Tongkronganislami.net - Malu ialah sifat sekaligus sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang mukmin. Malu ialah suatu sikap dimana orang mukmin merasa takut untuk mengerjakan sesuatu yang buruk, yang tercela, dan yang menyalahi norma-norma agama dan sosial.
Jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu (HR. Bukhari)
Maka, kalau ada orang yang tidak lagi mempunyai sifat malu, kemungkinannya hanya dua: pertama, mungkin dia termasuk yang tidak percaya kepada fatwa agama; kedua, dia ialah orang yang akalnya tidak sehat. Dengan kata lain, orang yang tidak punya malu, kalau tidak atheis berarti dia ialah orang gila. Makanya, Nabi Muhammad S.a.w pernah menegaskan:
Orang yang cara berpikirnya sehat, niscaya akan merasa malu kalau dia berjalan di jalanan umum dengan -maaf- telanjang, sebab hanya orang aneh yang sanggup melakukannya. Maka, kalau ada orang cukup umur telanjang sembari berjalan di muka umum, sanggup dipastikan dia ialah orang yang mengidap kelainan jiwa alias gila. Orang aneh itu tidak lagi mempunyai rasa malu.
Orang yang tidak mempunyai rasa malu, dia akan berbuat sekehendak hatinya, tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Orang aneh berbuat sekehendak hatinya tanpa rasa malu dan tanpa mempedulikan reaksi lingkungan sekitarnya. Menurut hadits Nabi, “jika tidak merasa malu, berbuatlah sekehendak hati”.
Orang yang tidak mempunyai rasa malu, dia akan berbuat sekehendak hatinya, tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Orang aneh berbuat sekehendak hatinya tanpa rasa malu dan tanpa mempedulikan reaksi lingkungan sekitarnya. Menurut hadits Nabi, “jika tidak merasa malu, berbuatlah sekehendak hati”.
إِذَا لمَ ْتَسْتَحِ, فَاصْنَعِ مَا شِئْتَ
Jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu (HR. Bukhari)
Maka, kalau ada orang yang tidak lagi mempunyai sifat malu, kemungkinannya hanya dua: pertama, mungkin dia termasuk yang tidak percaya kepada fatwa agama; kedua, dia ialah orang yang akalnya tidak sehat. Dengan kata lain, orang yang tidak punya malu, kalau tidak atheis berarti dia ialah orang gila. Makanya, Nabi Muhammad S.a.w pernah menegaskan:
الحَيَاءُ مِنَ الإِيْمَانِ
Sifat malu itu merupakan cuilan dari iman. (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Orang yang beriman niscaya akan malu melaksanakan sesuatu yang buruk. Ia akan malu mengambil barang yang bukan hak miliknya. Sebagai pejabat dia akan malu disebut koruptor. Sebagai pedagang dia akan malu disebut curang. Sebagai pelajar dia akan malu dijuluki tukang menyontek pekerjaan temannya. Sebagai mahasiswa dia akan malu disebut plagiator. Jika kebetulan sebagai seorang tokoh masyarakat, maka dia akan malu kalau-kalau perselingkuhannya diketahui orang banyak. Apalagi sebagai da’i, sebagai ulama, niscaya akan lebih malu kalau ternyata dia tidak bisa menyampaikan al-akhlāk al-karīmah, yaitu teladan sikap yang berbudi luhur kepada jamaahnya.
Rasa malu untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang tercela, baik malu itu kepada diri sendiri atau malu apabila orang lain nanti akan mencemooh perbuatannya ialah rasa malu yang harus dimiliki oleh setiap mukmin. Dengan demikian, malu selalu mendatangkan kebaikan bagi pelakunya. Kata Nabi,
Malu itu tidak mendatangkan kecuali yang baik-baik. (HR. Bukhari)
Jika kini semakin banyak orang yang tidak punya rasa malu, itu sebab zaman kini susah membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang manfaat dan yang mudharat kini semakin kabur dan memasuki wilayah remang-remang, sebab orang zaman kini banyak yang mengabaikan petuah-petuah agama. Gemerlapnya dunia telah menutup mata banyak orang untuk melihat hal-hal yang benar dan baik. Kini, uang bisa membungkam verbal banyak orang untuk menyampaikan sesuatu yang benar, yang haqq.
Orang yang tidak punya sifat malu, berarti tidak punya hak untuk mendapat kepercayaan. Jangan percaya atau mempercayai orang yang tidak punya rasa malu. Maka hati-hatilah kalau akan menitipkan barang kepada orang yang tidak punya rasa malu, bisa gawat, bisa-bisa nanti barang kita akan diklaim menjadi miliknya.
Seolah Nabi ingin mengatakan: kalau engkau tidak merasa malu, mending jadi orang aneh saja sekalian.
Orang yang beriman niscaya akan malu melaksanakan sesuatu yang buruk. Ia akan malu mengambil barang yang bukan hak miliknya. Sebagai pejabat dia akan malu disebut koruptor. Sebagai pedagang dia akan malu disebut curang. Sebagai pelajar dia akan malu dijuluki tukang menyontek pekerjaan temannya. Sebagai mahasiswa dia akan malu disebut plagiator. Jika kebetulan sebagai seorang tokoh masyarakat, maka dia akan malu kalau-kalau perselingkuhannya diketahui orang banyak. Apalagi sebagai da’i, sebagai ulama, niscaya akan lebih malu kalau ternyata dia tidak bisa menyampaikan al-akhlāk al-karīmah, yaitu teladan sikap yang berbudi luhur kepada jamaahnya.
Rasa malu untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang tercela, baik malu itu kepada diri sendiri atau malu apabila orang lain nanti akan mencemooh perbuatannya ialah rasa malu yang harus dimiliki oleh setiap mukmin. Dengan demikian, malu selalu mendatangkan kebaikan bagi pelakunya. Kata Nabi,
الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلاَّ بِخَيْرٍ
Malu itu tidak mendatangkan kecuali yang baik-baik. (HR. Bukhari)
Jika kini semakin banyak orang yang tidak punya rasa malu, itu sebab zaman kini susah membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang manfaat dan yang mudharat kini semakin kabur dan memasuki wilayah remang-remang, sebab orang zaman kini banyak yang mengabaikan petuah-petuah agama. Gemerlapnya dunia telah menutup mata banyak orang untuk melihat hal-hal yang benar dan baik. Kini, uang bisa membungkam verbal banyak orang untuk menyampaikan sesuatu yang benar, yang haqq.
Orang yang tidak punya sifat malu, berarti tidak punya hak untuk mendapat kepercayaan. Jangan percaya atau mempercayai orang yang tidak punya rasa malu. Maka hati-hatilah kalau akan menitipkan barang kepada orang yang tidak punya rasa malu, bisa gawat, bisa-bisa nanti barang kita akan diklaim menjadi miliknya.
Pejabat yang tidak punya rasa malu, jangan dipercaya lagi, sebab bisa-bisa nanti dia akan memakai akomodasi kantor menyerupai layaknya milik sendiri. Demikianlah, “jika tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu”.
إِذَا لمَ ْتَسْتَحِِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ رواه البخاري
Seolah Nabi ingin mengatakan: kalau engkau tidak merasa malu, mending jadi orang aneh saja sekalian.
Buat lebih berguna, kongsi: