BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu karakter masyarakat jahiliyah ialah “Tukang berdebat dengan kata-kata pedas dan retorika luar biasa, sehingga wahyu Makki juga berupa goncangan-goncangan yang mencekam, menyala-nyala menyerupai api yang memberi tanda ancaman disertai argumentasi sangat tegas dan kuat. Semua itu sanggup menghancurkan keyakinan mereka pada berhala, kemudian mengajak mereka kepada agama tauhid. Dengan demikian tabir kebobrokan mereka berhasil dirobek-robek, begitu juga segala keinginan mereka sanggup dilenyapkan dengan menawarkan contoh-contoh kehidupan akhirat, surge dan neraka yang terdapat di dalamnya.
Sebagai pewaris generasi yang Qur’ani, “Kita dituntut untuk memahami Qur’an pada masa sekarang sebagaimana kewajiban mereka yang menyaksikan turunnya Al-Qur’an pada masa Rasul” . “Al-Qur’an sebagai petunjuk atau aliran hidup bagi segenap umat manusia, khususnya bagi mereka yang beriman merupakan konsep dasar dalam jadwal dan prospek klasifikasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sebagai konsekuensinya di dalam Al-Qur’an telah tertuang segenap aspek yang dibutuhkan insan dalam kehidupannya, baik yang berkenaan dengan muslahat duniawi maupun ukhrawi”
Sebagai kitab yang unik, M. Quraish Shihab menyampaikan “Tiada Bacaan menyerupai Qur’an yang diatur tatacara membacanya, mana yang dipendekkan, dipertebal atau dihapus ucapannya, di mana kawasan yang terlarang ata boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya. Sampai kepada watak membacanya.
“Ilmu Makkiyah dan Madaniyah demikian luas sehingga obyek penelitiannya pun banyak dan berlainan. Ia sekaligus merupakan pengetahuan perihal urutan waktu turunya surat dan ayat, mengenai kepastian kawasan turunnya, pemilihan-pemilihan soal dan temanya serta penentuan oknum yang dimaksud oleh suatu ayat”.
“Ayat-ayat yang diturunkan di Makkah atau sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyahah. Sedangkan yang diturunkan di Madinah atau sehabis Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah”
Berdasarkan pembahasan di atas, dipahami bahwa hampir dalam segala hal Al-Qur’an sebagai wahyu Allah berbeda dengan kitab-kitab wahyu sebelumnya. Untuk memahami dan mengkaji Al-Qur’an diharapkan aneka macam aspek pendekatan, satu di antaranya ialah kajian Makkiyahah dan Madaniyah.
![]() |
Makalah Makkiyah dan Madaniyah (foto : Arraayah.ac.id) |
B. Rumusan Masalah
Untuk terarahnya pembahasan makalah Makkiyahahwa-Madaniy, penulis mengemukakan rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan ulama perihal pengertian Makkiyahah dan Madaniyah
2. Apa kebutuhan dan kegunaan mempelajari Makkiyahah dan Madaniyah
3. Bagaimana tertib surat Makkiyah dan Madaniyah
4. Bagaimana metode mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
5. Bagaimana ciri-ciri Qat’iyah Makkiyah dan Madaniyah
6. Bagaimana ciri-ciri Aghlabiyah Makkiyah dan Madaniyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan para ulama perihal pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama begitu semangat dan tertarik untuk meneliti ayat dan surat Al-Qur’an (Makkiyahah dan Madaniyah) untuk ditertibkan sesuai nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, kawasan dan pola kalimat secara cermat dan objektif
Dalam kajian surat Makkiyahahwal Madaniy, di kalangan para ulama berbeda pendapat, dan untuk lebih jelasnya perihal masalah Makkiyahah dan Madaniyah, penulis membagi pada tiga golongan sebagai berikut:
1. Golongan yang berpijak pada masalah tempat
Para ulama yang berpijak pada masalah kawasan beropini bahwa “ayat Makkiyah ialah ayat yang turun di Mekah sekalipun turun setelah hijrah, dan ayat Madinah ialah ayat yang turun di Madinah, dengan demikian berarti ia menitik beratkan masalah tempat”
ا لمكي ما نزل بمكة و لو بعدا لهجر ة والمد ني ما نز ل لمد ينة
“Makkiyah ialah yang turun di Mekah, walaupun sehabis hijrah. Dan Madaniy ialah yang diturunkan di Madinah”
2. Golongan yang berpijak pada masalah Tempat
Dari kalangan ini beropini bahwa”ayat Makkiyah ialah ayat yang turun di Mekah sekalipun turun setelah hijrah, dan ayat Madaniyah ialah ayat yang turun di Madinah, ini berarti titik berat masalahnya pada orang yang dituju oleh obrolan itu”.
ا لمكي ما وقع خطا با لاهل مكة والمد ني ماو قع خطا بلاهل المد ينة
“Makkiyah ialah yang menjadi khitab kepada penduduk Makkah dan Madaniy ialah yang menjadi khitab bagi penduduk Madinah”.
3. Golongan yang berpijak pada masalah urutan waktu saat berdakwah
Ulama yang berpijak pada masalah urutan waktu beropini bahwa “ayat Makkiyah ialah ayat yang turun sebelum hijrah sekalipun turun di luar Mekah, dan ayat Madaniyah ialah ayat yang turun sehabis hijrah sekalipun turunnya di Mekah, artinya soal urutan waktu dalam tahapan-tahapan dakwah Islam lebih diutamakan”
ا لمكي مانزل قبل هجرة الر سول الاالمدينة وان كان نزله بغيرمكة ولمدني ما نزل بعدالهجرةوانكا نزوله بمكة
“Makkyah, yang turun sebelum Rasul hijrah ke Madinah walaupun turunnya bukan di kota Mekah. Madaniyah yang turun sehabis hijrah walaupun di Mekah”
Berdasarkan pengertian dari pandangan para ulama tersebut di atas, dapatlah dipahami bahwa sebagian dari mereka lebih cenderung pada masalah urutan waktu. Namun demikian bukan berarti menafikan pendapat yang lainnya yaitu unsur kawasan dan pribadi-pribadi sebagai target penelitiannya.
B. Kebutuhan dan Kegunaan mempelajari surat Makkiyah dan Madaniyah
Berbicara masalah kebutuhan dan kegunaan mempelajari surat Makkiyah dan Madaniyah sangat banyak, di antaranya ialah sebagai berikut:
1. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur’an, alasannya ialah pengetahuan mengenai kawasan turun ayat sanggup membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkan dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan ialah pengertian umum lafadz, bukan alasannya ialah yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir sanggup membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di antara kedua ayat tersebut terdapat makna yang kontradiktif, yang tiba kemudian tentu merupakan nasihk atas yang terdahulu.
2. Meresapi gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, alasannya ialah setiap situasi merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika. Karakteristik gaya bahasa Makkiyah dan Madaniy dalam Qur’an pun menawarkan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah kejalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
Setiap tahapan dakwah memiliki topic dan pola penyampaian tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan tata cara, keyakinan dan kondisi lingkungan. Hal yang demikian Nampak terang dalam aneka macam cara Qur’an menyeru aneka macam golongan; orang yang beriman, yang musrik, yang munafik dan andal kitab.
3. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, alasannya ialah turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode Mekah maupun Madinah, semenjak permulaan turun wahyu sampai ayat terakhir diturunkan. Qur’an ialah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah. Peri hidup dia yang diriwayatkan andal sejarah harus sesuai dengan Qur’an dan Qur’an pun menawarkan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.
4. Membantu mufasir dalam mengistibatkan hukum-hukum islam,
5. Mengetahui petunjuk-petunjuk Nabi saw. Dalam membina dan membangun masyarakat islam.
Berdasarkan klarifikasi tersebut di atas dapatlah dipahami bahwa seorang peneliti dalam meneliti al-Qur’an, khususnya Makkiyah dan Madaniyah, merupakan kebutuhan pokok, alasannya ialah dengan demikian akan memperoleh aneka macam kemudahan, sekaligus sanggup membedakan mana ayat nasikh dan mana yang mansukh, dan atau sebagai alat media dalam memahami dan mengetahui proses perjalan sejarah pembentukan hukum, serta gaya bahasa yang terkandung dalam al-Qur’an.
C. Tertib Surat Makkiyah dan Madaniyah
1. Tartib surat Makkiyahah
Surat-surat Makkiyah yaitu sebanyak 82 surat. Surat-surat tersebut ialah sebagai berikut :
1. الاْ نعا م 22. لقمان 43. الملك 64. الفجر
2. الآ عراف 23. اسجد ة 44. القلم 65. البلد
3. يو نس 24. سبأ 45. الحاقة 66. الشمس
4. هو د 25. يس 46. المعارج 67. الليل
5. يو سف 26. ص 47. نوح 68. الضحى
6. ابر اهيم 27. الز مر 48. الجن 69. الإنشراح
7. ا لحجر 28. المؤ من 49. المز مل 70. التين
8. النحل 29. حم اسجد ة 50. المد ثر 71. العلق
9. بن اسرائيل 30. اشورى 51. القيا مة 72. العاديات
10. الكهف 31. فاطر 52. الإ نسان 73. القارعة
11. مر يم 32.. الز خرف 53. المرسلات 74. التكاثر
12. طه 33. الد خان 54. النبأ 75. العصر
13. الاْ نبياء 34. الجاثية 55. النازعات 76. الهمزة
14. الحخ 35. قّ 56. عبس 77. الفيل
15. المؤ منو 36. الذاريات 57. التكوير 78. قريش
16. الفر قان 37. الأ حقا ف 58. الإنفطار 79. الماعون
17. الشعراء 38. الطور 59. الإنِشقاق 80. الكوثر
18. النمل 39. النجم 60. البتروج 81. الكافرون
19. القصص 40. القمر 61. الطارك 82. اللهب
20. العنكبوت 41. الواقعة 62. الآعلى
21. الروم 42. الصف 63. الغاشية
2. Surat-surat Madaniyah
Para ulama berbeda pendapat perihal surat-surat madaniyah. Surat-surat yang mereka sepakati sebanyak 20 surah antara lain:
1. البقرة 6. التو بة 11. الحخرت 16. الجمعة
2. ال عمران 7. النور 12. الحديد 17. المنافقون
3. النساء 8. الاْْحزاب 13. المجادلة 18. الطالاق
4. الماىد ة 9. محمد 14. الحشر 19. التحريم
5. الاْْْنفا ل 10. الفتح 15. الممتحنة 20. النصر
Sedang yang diperselisihkan oleh para ulama ada 12 surat, antara lain:
1. الافاتحة 4. الصّّفّّ 7. القد ر 10. الإ خلا ص
2. الرىد 5. التغابن 8. البينة 11. الفلق
3. الرحمن 6. التطفيف 9. الزلزال 12. الناس
Pendapat lain menyampaikan ayat-ayat Makkiyah turun selama 12 tahun 5 bulan dan 13 hari. Tepatnya mulai 17 ramadhan tahun 41 sampai awal Rabi’ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Perbandingan ayat-ayat yang diturunkan dimekah berkisar 19/30 dan yang diturunkan dimedinah berkisar 11/30. Adapun surat-surat yang turun di Mekah sejumlah 91 dan yang turun di Madinah sejumlah 28.”
a. Surat Makkiyah 91 surat yaitu: (1). Al-Alaq (2). Al-Qalam (3). Al-Muzammil (4). Al-Mudatsir (5). Al-Fatihah (6). Al-Ahzab (7). At-Takwir (8). Al-A’la (9). Al-Lail (10). Al-Fajr (11). Ad-Duha (12). Ak-Insyira (13). Al-Ashr (14). Al-Adiyat (15). Al-Kautsar (16). At-Takasur (17). Al-Ma’un (18). Al-Kafirun (19). Al-Fil (20). Al-Alaq (21). An-Nas (22). Al-Ikhlas (23). An-Najm (24). ‘Abasa (25). Al-Qadar (26). Asy-Syamsu (27). Al-Buruj (28). At-Tin (29). Al-Quraisy (30). Al-Qari’ah (31). Al-Qiyamah (32). Al-Humazah (33). Al-Mursalat (34). Qaf (35). Al-Balad (36). Ath-Thariq (37). Al-Qamar (38). Shad (39). Al-A’raf (40). Al-Jin (41). Yasin (42). Al-Furqan (43). Fathir (44). Maryam (45). Thaha (46). Al-Waqi’ah (47). Asy-Syu’ara (48). An-Naml (49). Al-Qashash (50). Al-Isra’ (51). Yunus (52). Hud (53). Yusuf (54). Al-Hijr (55). Al-An’am (56). Ash-Shafat (57). Luqman (58). Shaba’ (59). Az-Zumar (60). Ghafir (61). Fushshilat (62). Asy-Syura (63). Az-Zukhruf (64). Ad-Dhukhan (65). Al-Jatsiah (66). Al-Ahqaf (67). Adz-Dzariyat (68). Al-Ghasyiah (69). Al-Kahf (70). An-Nahl (71). Nuh (72). Ibrahim (73). Al-Anbiya’ (74). Al-Mu’minun (75). As-Sajdah (76). Ath-Thur (77). Al-Mulk (78). Al-Haqqah (79). Al-Ma’arij (80). An-Naba’ (81). An-Nazi’at (82). Al-Infithar (83). Al-Insyiqaq (84). Ar-Rum (85). Al-Ankabut (86). Al-Muthaffifin.
Kalangan ulama tafsir beropini bahwa surat al-Muthaffifin (Tathfif) ialah surat yang terakhir turun di Mekah. Menurut al-Khudhari, selain surat-surat tersebut masi ada lagi surat-surat yang di masukan kedalam kelompok Makiyah, yakni: (87). Al-Zalzalah (88). Al-Ra’d (89). Al-Rahman (90). Al-Insan (91). Al-Bayyinah.
b. Surat al-Madaniyah 28 surat yaitu: (1). Al-Baqarah (2). Al-Anfal (3). Ali Imran (4). Al-Ahzab (5). Al-Mumtahanah (6). An-Nisa’ (7). Al-Hadid (8). Al-Qital (Muhammad) (9). Ath-Thalaq (10) al-Hasyr (11). An-Nur (12). Al-Haj (13). Al-Munafiqun (14). Al-Mujadalah (15). Al-Hujarat (16). At-Tahrim (17). At-Taghabun (18). Ash-Shaf (19). Al-Jumu’ah (20). Al-Fath (21). Al-Maidah (22). At-Taubah (23). An-Nasr (24). Surat Az-Zalzalah (25). Surat Ar-Rad (26. Surat Ar-Rahman) (27). Surat Al-Insan (28). Surat Al-Bayyinah.
D. Metode Mengetahui Surat Makkiyah dan Madaniyah
Oleh para ulama dalam memilih surat Makkiyahah dan Madaniyah berstandar pada dua metode, yaitu metode sima’I Naqli (pendengaran apa adanya) dan metode Qiyas Ijtihadi (kias hasil Ijtihad). Yang dimaksud dengan metode “Naqlis-Sima’I ialah ayat-ayat dan surat-surat yang kita kenal bahwa ia ialah Makkiyahah atau Madaniyah dengan cara periwayatan dari salah satu sahabat yang hidup pada periode wahyu, dan mereka menyaksikan turunnya ayat atau dari salah satu tabi’in yang telah mendengar dari sahabat”
Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa metode Sima’I Naqli pegangannya ialah informasi (pendengaran), sedangkan metode qiyasi ijtihadi berpegangan pada penalaran. Baik informasi telinga maupun penalaran, keduanya merupakan metode pengetahuan yang valid dan penelitian yang akurat.
E. Ciri-Ciri Qat’iyah Makkiyahah dan Madaniyah
1. Ciri-Ciri Qat’iyah Makkiyahah
1) Setiap surat yang di dalamnya terdapat kalimat “Kalla” ialah Makkiyahah. Kalimat “Kalla” disebut 33 kali dalam 15 surat, semuanya dalam separo terakhir al-Qur’an. Hikmah “Kalla” yang demikian itu untuk menahan dan melarang orang yang sombong dan keras kepala. Demikian itu cocok dipakai untuk berbicara pada kaum musyrikin di Mekah.
2) Setiap surat yang di dalamnya terdapat ayat-ayat Sajadah, ialah Makkiyahah , terdapat 14 surat yaitu; Surat al-A’raf, Ar-Rad, an-Nahl, al-Isra’, Maryam, al-Haj (dua sajadah), al-Furqan, an-Naml, as-Sajdah, al-Fush-Shilat, an-Najm, al-Insyiqaq, al-A’alaq (Iqra bismi rabik).
3) Setiap surat yang dimulai dengan qasam (sumpah) ada 15 surat yakni; Surat ash-Shaffat, az-Zariyat, ath-Thur, an-Najm, al-Mursalat, an-Naziat, al-Buruj, ath-Thariq, al-Fajr, asy-Syams, al-Lail, adh-Dhuha, at-Tin, al-Adiyat, al-Ashr.
4) Setiap surat yang dibuka dengan huruf-huruf hijriah, menyerupai “Alif-Lam-Mim” dan “Ha-Mim” dan lain-lain, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran, lantaran keduanya ialah Madaniyah versi Ijma’, sedang pada surat ar-Rad terdapat perbedaan pendapat.
5) Setiap surat yang memuat “Ya ayyuhan-nnas”, serta tidak memuat “Ya ayyuha-Iladzina amunu”, kecuali pada surat al-Haj yang di simpulan surat memuatnya, namun ia tetap Makkiyahah”.
2. Ciri-ciri Qat’iyah Madaniyah
1) Di dalamnya ada izin berperang, atau ada penerangan perihal hal perang dan klarifikasi perihal hukum-hukumnya.
2) Di dalamnya terdapat klarifikasi bagi hukuman-hukuman tindak pidana, faraid, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdatan, kemasyarakatan dan kenegaraan.
3) Di dalamnya tersebut perihal orang-orang munafik, terkecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di Mekah.
4) Di dalamnya didebat para andal kitab dan mereka diajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, menyerupai kita dapati dalam surat al-Baqarah, an-Nisa’. Ali Imran, at-Taubat.
F. Ciri-Ciri Aghlabiyah Makkiyah dan Madaniyah
1. Ciri-ciri Aghlabiyah Makkiyah
1) Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek, nada perkataannya keras dan agak bersajak.
2) Mengandung usul pokok-pokok keyakinan kepada Allah, hari simpulan dan menggambarkan keadaan nirwana dan neraka.
3) Menyeru insan berperangai mulia dan berjalan di atas jalan kebajikan.
4) Mendebat orang-orang musyrikin dan pertanda kesalahan-kesalahan pendirian mereka.
5) Banyak terdapat lafal sumpah
2. Ciri-ciri Aghlabiyah Madaniyah
1) Surat panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang serta terang pertanda aturan dengan mempergunakan uslub yang terang.
2) Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang memperlihatkan kepada hakikat-hakikat keagamaan
Secara umum kriteria atau ciri-ciri surah Makkiyah dan madaniyah antara lain
A. Ciri-ciri surah Makkiyah
1. setiap ayat yang dimulai dengan usul ”ياََََ اَ يها النس “ ( hai sekalian manusia) ialah Makkiyahah, kecuali sebuah ayat dalam surat al-Hajj, 22:1, yang dimulai dengan ” ياََََ اَ يها النس “ sedang ia turun di Madinah (madaniyah)
2. setiap surah yang dimulai dengan huruf-huruf potong ialah Makkiyahah, kecuali surah al-Baqarah dan surah al-Imran, yang dimulai dengan huruf-huruf potong juga, akan tetapi turun di Madinah.
3, setiap surah yang memuat dongeng Nabi Adam bersama Iblis/Setan ialah Mkkiyah, kecuali dongeng nabi Adam yang terdapat didalam surah al-Baqarah.
4, Setiap surah yang menyebutkan masalah atau kisah-kisah umat terdahulu pada umumnya ialah Makkiyahah, ditambah dengan azab atau siksaan Tuhan yang ditimpakan kepada mereka.
5. Pada umumnya surah-surah yang turun di Mekah, ayatnya pendek-pendek, gaya bahasa tegas, padat dan berisi, serta memiliki nilai balaghah yang tinggi, menyerupai surah-surah yang terdapat dalam juz ‘Amma’
B. Ciri-ciri surah Madaniyah
1. Setiap ayat yang dimulai dengan “يا ايها الذين امنوا” ialah madaniyah
2. Setiap ayat yang membicarakan soal hukum, fardhu, dll., umumnya ialah Madaniyah
3. Pada umumnya, ayat-ayat dan surah-surah madaniyah panjang-panjang, gaya bahasanya lebih bersifat yuridis, panjang dan lain-lain.
Berdasarkan klarifikasi tersebut di atas dapatlah dipahami bahwa titik berat pembahasan baik dari segi cirri-ciri qat’iyah Makkiyah dan Madaniyahah, maupun cirri-ciri Aqlabiyah Makkiyah dan Madaniyahah berpijak pada masalah Dhawabith dan Mumayyizat.
![]() |
Makkiyah dan Madaniyah (foto: Santrigaul.net) |
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bahan Makkiyah dan Maddaniyah yang telah diuraikan dalam makalah ini, maka penulis mencoba menyimpulkan sebagai berikut:
1. Makkiyah ialah ayat-ayat atau surat-surat yang turun di Mekah, walaupun sehabis nabi Muhammad berhijrah di Kota Mekah.
2. Madaniyah ialah ayat-ayat atau surat-surat yang turun di Medinah sehabis Nabi Muhammad berhijrah, walaupun turunnya di kota Mekah.
3. Kegunaan mempelajari Makkiyah dan Madaniyah ialah untuk mengetahui kawasan di mana ayat atau surat tersebut diturunkan, dan atau sebagai alat bantu dalam menafsirkan al-Qur’anul Karim.
4. Tertib surat Makkiyah dan Madaniyah ialah terkandung maksud untuk menertibkan ayat-ayat atau surat-surat pada tempatnya, dimana seharusnya ayat atau surat tersebut di tempatkan, apakah ia sebagai Makkiyah atau Madaniyah.
5. Cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah, oleh para ulama menumpuh pada dua cara yaitu melalui metode Sima’I Naqli dan metode Qiyasi Ijtihadi.
6. Ciri-ciri Qat’iyah Aghlabiyah ialah suatu kajian yang berpijak pada masalah lafal, dan atau berpijak pada gaya bahasa suatu surat atau ayat dari pada Makkiyah dan Madaniyah
7. Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama perihal jumlah surat Makiyah dan Madaniayah
Daftar Pustaka
Ar-Rumi, Abdurrahman bin Fahd. Dirasat fi ‘Ulum Qur’an, diterjemahkan oleh Amirul Hasan dengan judul Ulumul Qur’an. Cet I. Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Mahabits fi Ulumil Qur’an, ditejemahkan oleh Fuad Hasbi Ash Shiddieqy, dengan judul Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Cet I. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002.
Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Cet. I. Jakarta: Bulan Bintang, 1954.
Ash-Shalih, Subhi. Mahabits fi Ulumil-Qur’an, diterjemahkan oleh Tim Pustaka Firdaus dengan judul Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Cet. VIII; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001
Al-Qattan, Manna Khatil. Mahabits fi Ulumil Qur’an diterjemahkan oleh Mudzakir AS dengan judul Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Cet III. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 1986.
Mardan, al-Quran: sebuah pengantar memahami al-Quran secara utuh cet. I; Jakarta: pustaka mapan, 2009.
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an. Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Qur’an. Cet. I; Jakarta; Litera Antar Nusa, 1986.
Sudarsono, SH. Filsafat Islam. Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Syihab, Umar. Al-Qur’an dan Kekenyalan Hukum. Cet. I, Semarang: Dina Utama, 1993.
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Cet. I Bandung: Mizan, 1996.
shihab Quraish. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, Cet. IV. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008
Makalah ulumul Qur'an perihal Makkiyah dan Madaniyah ini telah dipublikasikan di Universitas Islam Negeri UIN Alauddin Makassar.
Buat lebih berguna, kongsi: