Langkah Konkrit Menciptakan Anak Rajin Sholat Tanpa Paksaan

Tongkronganislai.net - Tentunya bagi Anda sebagai orang bau tanah ingin mempunyai bawah umur yang taat kepada Allah swt. Dan ibadah yang paling utama ialah sholat!

Bagaimana menciptakan bawah umur Anda taat akan ibadah yang agung ini? Bagaimana menciptakan bawah umur kita Sholat dengan kesadaran mereka sendiri tanpa diperintah, tanpa berdebat dahulu dan disiplin mendirikannya tanpa perlu diingatkan?

Apakah bawah umur Anda enggan dan malas untuk sholat? Atau bahkan mereka menciptakan jengkel dikala mengingatkan untuk sholat? Mari kita lihat bagaimana kita sanggup mengubahnya.

Ini ialah pengalaman seorang perempuan yang mempunyai anak perempuan yang sudah duduk di dingklik kelas 5 SD. Baiklah inilah dongeng darinya dengan bahasa yang telah disesuaikan.

Sholat bagi anakku tampaknya hal yg sangat berat, sampai-sampai suatu hari saya berkata kepadanya: "Bangun!! Sholat!!", dan saya mengawasinya dari jauh.

Aku melihatnya mengambil sajadah, kemudian melemparkannya ke lantai. Kemudian ia mendatangiku.

Aku bertanya kepadanya: "Apakah kau sudah sholat?"

Ia menjawab: " Sudah "?

Kemudian saya murka dengan sangat keras, lantaran ia berbohong ihwal itu. Aku tahu saya salah, tetapi kondisinya memang benar-benar membuatku sedih.

Air mataku tak terbendung disitu...

Aku benar-benar emosi dan murka pada putriku, saya gertak dengan keras dan saya menakutinya dengan siksa neraka.

Tapi apa yang terjadi...ternyata semua ocehanku itu menyerupai tidak didengar dan tidak bermanfaat sekali.

Hingga suatu hari, seorang sahabatku bercerita ketika ia berkunjung kerumah seorang kerabat dekatnya (seorang yg biasa2 saja dari segi agama) , tapi ketika tiba waktu sholat, semua anak-anaknya pribadi bersegera melaksanakan sholat tanpa diperintah dan atas kesadaran sendiri.

Aku berkata padanya "Bagaimana anak-anakmu sanggup sholat dgn kesadaran mereka tanpa berdebat dan tanpa perlu diingatkan dengan keras tanpa perlu kita marah-marah?"

Ia menjawab: "Demi Allah, saya hanya ingin menyampaikan padamu bahwa semenjak jauh sebelum saya menikah saya selalu memanjatkan DO'A ini, dan hingga dikala ini pun saya selaku berdoa dengan DO'A tersebut.

Setelah saya mendengarkan nasehatnya, saya selalu tanpa henti berdoa dengan do'a ini.

Dalam sujudku...

Saat sebelum salam...

Ketika witir...

Dan disetiap waktu-waktu yang mustajab...

Wahai saudara-saudaraku...

Anakku dikala ini telah duduk dibangku SMA.

Sejak saya memulai berdoa dengan doa itu hingga dikala ini, anakkulah yg rajin membangunkan kami dan mengingatkan kami untuk sholat.

Dan adik-adiknya, Alhamdulillah...mereka semua selalu menjaga sholat.

Saat ibuku berkunjung dan menginap dirumah kami, ia tercengang melihat anak perempuanku berdiri pagi, kemudian membangunkan kami satu persatu untuk sholat.

Aku tahu Anda semua ingin tau ingin mengetahui doa apakah itu?

Doa ini ada di QS.Ibrahim: 40
 
 رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء  
(إبراهيم ، 40) 
"Robbij 'alnii muqiimash sholaati wa min dzurriyyatii robbanaa wa taqobbal du'aa"

Artinya : "Ya Robbku, jadikanlah saya dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya Robb, perkenankanlah doaku." (QS. Ibrahim: 40)

Doa...Doa...dan Doa...

Sebagaimana Anda semua tahu bahwa doa ialah senjata seorang mukmin.

 Tentunya bagi Anda sebagai orang bau tanah ingin mempunyai anak Langkah Konkrit Membuat Anak Rajin Sholat TANPA Paksaan
Anak Rajin Shalat / Satujam.com
Pentingnya Keteladanan Perilaku Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Anak merupakan buah hati, tumpuan dan keinginan dari keluarga. Selain itu anak ialah amanat dari Allah yang diberikan kepada orang tua, maka Islam menugaskan kepada umatnya semoga memperlihatkan pendidikan terhadap anaknya, terutama dalam hal ini ialah ibadah shalat.

Pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh kedua orang tua, lantaran anak merupakan cikal bakal generasi penerus sebuah bangsa. Kunci utama keberhasilan pendidikan anak ini terletak pada orang tua, semenjak kelahiran anak hingga berangsur-angsur menjadi orang dewasa.

Orang bau tanah sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anaknya baik yang berkenaan dengan iman, moral, mental, jasmani maupun rohani. Pendidikan pertama yang harus ditanamkan orang bau tanah ialah keimanan dan sikap agama di dalam diri anak untuk memupuk keteladanan yang baik dalam diri mereka.

Keluarga ialah sebagai unit pertama dan institusi utama dalam masyarakat. Menurut Hasan Langgulung, di dalam keluarga tersebut berkembang individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan dan melalui interaksi dengannya individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi, dan sikapnya dalam hidup dan itu ia memperoleh ketenteraman dan ketenangan.1

Ada juga yang menyampaikan keluarga merupakan forum pendidikan yang pertama, kawasan anak didik pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya.2

Pada dasarnya umat insan selalu membutuhkan naungan keluarga dalam segala jenjang umur, mulai semenjak kanak-kanak hingga kematian menemuinya. Seorang anak, harus hidup di tengah-tengah keluarga yang utuh. Jika tidak maka akan mempunyai etika dan tabiat yang gila lantaran tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Sebagaimana Firman Allah SWT:

Wahai orang-orang yang beriman ! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang materi bakarnya ialah insan dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, lagi keras, yang tidak durhaka kepada allah terhadap apa yang beliau perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim/66: 6)”.3

Berdasarkan Firman Allah tersebut, maka orang bau tanah berkewajiban memelihara anggota keluarga dari hal-hal yang tidak pantas, serta lebih dahulu menjalankan perintah agama secara baik, lantaran anak lebih cenderung menjiplak dan mengikuti kebiasaan yang ada dalam lingkungan hidupnya.

Artinya mendidik anak dengan keteladanan sikap secara pribadi itu lebih baik dari pada hanya dengan nasehat dalam bentuk ucapan-ucapan belaka. Jadi, jikalau orang bau tanah mempunyai kebiasaan melaksanakan hal-hal yang baik, maka anak- anaknya pun akan menjadi insan shalih, lantaran semenjak kecil sudah mendapatkan hal-hal yang baik.

Orang bau tanah memegang peranan yang sangat penting dan amat besar lengan berkuasa atas pendidikan anak-anaknya. Sejak bayi lahir ibunyalah yang selalu berada di sampingnya. Oleh lantaran itu, ia menjiplak perangai ibunya dan kebiasaannya.4

Diantara yang menjadi kewajiban orang bau tanah dalam berkeluarga ialah memperlihatkan didikan agama kepada keluarga itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran agama harus dimulai dari keluarga. Artinya, anak yang tiba dari keluarga muslim harus mengetahui serta mendapatkan Islam dari lingkungan keluarga, bukan dari kawasan lain. Jadi, apabila si anak mulai biasa mengucapkan kata-kata, hendaklah ia mulai pula mendapatkan ajaran-ajaran Islam walaupan hanya satu huruf.

Artinya, orang bau tanah harus mulai menanamkan pengertian agama dari yang sekecil-kecilnya kemudian makin hari makin bertambah sesuai dengan tingkat perkembangan umur anak. Tentu saja dalam hal ini yang pertama kali mendidik anak ialah ibu.

Dari sekian banyak kewajiban-kewajiban orang bau tanah terhadap pendidikan agama anak-anaknya, ialah mendidik dan memberi keteladanan anak untuk beribadah. Mendidik dan memberi teladan anak untuk melaksanakan ibadah menyerupai shalat semenjak kecil ialah menjadi kewajiban orang tua.

Sebagaimana firman-Nya: “Dan perintahkan kepada keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam menjalankannya. (Q.S. Tha ha/20: 132).5

Dari ayat di atas sanggup di ambil kesimpulan bahwa shalat merupakan kewajiban bagi orang-orang yang beriman yang telah ditentukan waktunya, demikian juga memerintah anak untuk melaksanakan shalat merupakan kewajiban-kewajiban yang harus diperhatikan oleh orangtuanya.

Dengan demikian orang bau tanah haruslah menjadi rujukan bagi anak- anaknya. Karena orang bau tanah merupakan rujukan baik dalam pandangan anak, yang tingkah laris dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan menempel pada diri dan perasaannya, lantaran keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya anak.

Jika orang bau tanah atau keluarga mendidik jujur, sanggup dipercaya, berakhlak mulia, pemberani dan tidak berbuat maksiat, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dengan sifat-sifat mulia ini. Jika sebaliknya dalam keluarga orang bau tanah pendusta, penghianat, berbuat sewenang-wenang, bakhil, pengecut, maka kemungkinan besar anak pun akan tumbuh dengan sifat tercela tersebut.6


Catatan Kaki

1. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, dan Pendidikan, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1995), hlm. 346

2. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm. 117

3. Departemen Agama RI, Al -Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 560
4. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 35 

5. Departemen Agama RI, Al -Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2008 ), hlm. 321

6. Abdullah Nasih Ulwan, “Tarbiyatul Aulad Fil Islam”,Terj. Saifullah Karnalie dan Hery Noer Aly, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy syifa’), 1981, hlm. 2 

Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: