Artikel Islami Realisasi Istiqomah (Komitmen) Dalam Keimanan

Umat islam yakni umat yang beriman, berprinsip, dan berideologi. Iman yang mengakibatkan umat islam berbeda dengan umat lain yakni iman yang senantiasa gres pada manusia. iman yang bisa membersihkan dogma insan dari kotoran kesesatan dan debu-debu syirik serta kekufuran yakni iman yang mengandung keyakinan akan ke-Esa-an Allah pencipta alam semesta.

Iman yakni kepercayaan hati terhadap apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah yang disertai dengan mengamalkan syariatnya. Akan tetapi ratifikasi iman tidak cukup hanya di ucapkan di bibir saja, tanpa diwujudkan dalam perwujudan yang nyata. Seorang yang mengaku dirinya beriman tapi enggan melaksanakan kebaikan dan condong melaksanakan kejahatan, maka arti iman orang itu tidak sempurna. Karena orang-orang yang benar-benar mempunyai iman yang berpengaruh pasti ia selalu menjaga dirinya dari kehinaan dan kerendahan yang mengakibatkan ia dimurkai oleh Allah. Jika dilihat dari kenyataan yang ada pada masyarakat kini ini, mereka yang menyatakan dirinya sebagai orang islam, banyak terjerumus dalam dosa besar, menyerupai melaksanakan perzinahan, pencurian, dan lain sebagainya. Yang tak lain hanya lantaran menuruti impian nafsunya.

 Iman yang mengakibatkan umat islam berbeda dengan umat lain yakni iman yang senantiasa gres Artikel Islami Realisasi Istiqomah (Komitmen) dalam Keimanan

Oleh lantaran itu seorang mukmin haruslah mempunyai keyakinan dalam hati akan keimanannya disertai perwujudan amal perbuatan dan pengokohan jiwa. Hal ini dikarenakan hati dan jiwa merupakan satu pokok/inti untuk mewujudkan keimanan haqiqi, dan merupakan gambaran diri dari seorang muslim. Oleh lantaran itu, Agar iman seseorang itu tidak tercampur oleh kasus haram sekalipun, termasuk berbuat dosa besar dan mendhalimi diri sendiri (syirik),hati harus tetap dalam keadaan istiqomah dan berpegang teguh pada nilai-nilai agama.

Maka dari itu disini akan dijelaskan mengenai arti penting dari iman dan cara merealisasikannya serta cara mengakibatkan hati tetap fokus pada keimanan.

Komitmen merupakan salah satu unsur dimensi dalam pro-aktivitas, ia lahir dari logika dengan berpikir yang disadari. Kesadaran bukan di otak, tetapi berpusat dihati. Hati yakni alat untuk menghayati, oleh lantaran itu akad merupakan hasil kerja hati dengan penghayatan. Diantara prasyarat terpenting untuk ibadah yakni kehadiran hati yang tolong-menolong merupakan esensi ibadah. Tanpa hati, ibadah tidak ada artinya dan tidak diterima di sisi Allah.

Hati orang mukmin yakni hati yang cemerlang, yang tidak keluar dari fitrahnya yang suci. Hati orang mukmin bergerak pada jalan yang lurus, yaitu jalan spiritual yang lempang menuju nilai-nilai kemanusiaan, Dan mempunyai hati higienis yang sanggup mengantarkannya pada derajat yang tinggi di hari akhir, sebagaimana firman Allah:

وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

Artinya: “Dan janganlah engkau hinakan saya pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari (ketika) harta dan belum dewasa tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati bersih.”(Qs. As-Syu'ara: 87-89).

Tahapan Komitmen (istiqomah) bagi Seorang Mukmin

1. istiqomah hati: yaitu senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati dari sifat syirik, menjauhi sifat-sifat cela menyerupai riya' dan menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutama ikhlas. Dengan kata lain, istiqomah hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kokoh terhadap kebenaran.
2. Istiqomah lisan: yaitu memelihara verbal atau tutur kata dari omong kosong semoga senantiasa berkata benar dan jujur, selaras dengan hati yang berpegang pada prinsip kebenaran dan tidak berpura-pura. Istiqomah verbal hanya dimiliki oleh orang yang beriman dan berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah. Demikian ini, dalam al-Qur'an disebutkan:


يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)

Artinya: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman denganucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."

Dan hadits[4]:

قال محمد بن داود حدثنى محمد بن ابى السرى - 1 - قال نا بكر بن بشر الترمذي قال حدثنى عبد الحميد بن سوار عن اياس بن معاوية ابن قرة المزني عن ابيه عن جده انه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول ان الحياء والعفاف والعى عى اللسان لا عى القلب والعمل من الايمان، قال اسحاق قرة بن اياس –

3. Istiqomah perbuatan: yaitu tekun bekerja atau melaksanakan amalan dan segala usaha untuk mencapai kejayaan yang diridhoi Allah, dengan kata lain istiqomah pebuatan merupakan perilaku pengabdian dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau usaha menegakkan kebenaran tanpa rasa kecewa, lemah semangat, atau putus asa.

Dari uraian di atas, yang paling menonjol dalam dalam membuatkan dan membangun komitmen/istiqomah yakni hati. Tak ubahnya dengan tanah subur, hati punya sifat tertentu[5]:
serius menunaikan kebenaran: hal ini membuahkan pengetahuan akan kebenaran sertai dengan perilaku konsisten. Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ (17) الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ (18)

Artinya: "Orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas menerima gosip gembira, lantaran itu sampaikanlah gosip itu kepada hamba-hamba-Ku, Yang mendengarkan perkataan kemudian mengikuti apa yang palimg baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai logika sehat." (Qs. Az-Zumar: 17-18).

2. Cinta kebenaran dan berlapang dada terhadap islam

Orang yang berhati lurus, cinta kepada kebenaran dan melapangkan dadanya untuk mempelajari islam, yang demikian ini beliau berhak menerima petunjuk dari Allah. Sesuai dengan Firman-Nya:

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (125)

Artinya: " barang siapa dikehendaki Allah akan menerima hidayah (petunjuk), pasti Dia akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, pasti Allah mengakibatkan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan ia sedang menaiki langit." (Qs. Al-An'am: 125).

3. Menjawab panggilan iman dan suka meningkatkannya

Orang yang berhati tulus memenuhi panggilan iman, menyerupai yang dikisahkan Allah dalam al-Qur'an:

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آَمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ (193)

Artinya: " Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang engkau masukkan kedalam neraka, maka sungguh telah engkau hinakan ia, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang dhalim. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruang) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "berimanlah kau kepada TuhanMu", maka kaimi pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti." (Qs. Ali-Imran: 193).

4. Selalu ingat

Orang memang bisa lupa, tetapi orang-orang yang berhati lurus akan selalu ingat, sehingga ia tetap melihat, tidak buta. Itulah sebabnya mengapa Allah mensyari'atkan dzikir (ingat) bagi hamba-Nya:

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ (55)

Artinya: " Dan tetaplah memberi peringatan, lantaran sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin."

5. Yakin

Dari sini bisa diketahui bahwa hati yang penuh perhatian/istiqamah (komitmen) merupakan jantung dan ruhnya ibadah, dan bahwa kecemerlangan dan derajat kesempurnaannya ditentukan oleh derajat perhatian hati. Bahkan, hal yang lebih penting dari pada meluangkan waktu untuk shalat yakni meluangkan hati. Memiliki hati yang luang artinya bahwa pada waktu shalat atau ibadah lainnya, kita harus melepaskan diri dari urusan duniawi, dengan mengosongkan hati sepenuhnya demi ibadah kepada Allah SWT. Demikianlah suatu keimanan akan tertanam dalam jiwa seorang yang berpengaruh dan mempunyai kepribadian utuh yakni istiqomah.

Asbabul Wurud Hadis Istiqomah (Komitmen) dalam Keimanan

قل أمنت بالله ثم ا ستقم

 " Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian luruslah kau!."

Diriwayatkan oleh: Imam Ahmad, Muslim, Imam hadits yang empat kecuali Abu Daud dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi.

Dari Sufyan, ia berkata: " Ya Rasulullah katakanlah kepadaku wacana islam yang saya tidak akan bertanya kepada seorangpun selain engkau. Maka Rasulullah bersabda: " katakanlah: Aku beriman kepada Allah….....dst", ini berdasarkan riwayat Muslim. Sedangkan meburur Ibnu Majah dari Sufyan, ia berkata: " Ya Rasulullah terangkan kepadaku satu perintah yang saya akan berpegang teguh kepadanya!". Rasulullah bersabda: " katakanlah, Tuhanku yakni Allah, kemudian luruslah engkau!". Imam Tirmizi telah menambahkan: " apa yang paling ditakuti terjadi atas diriku!". Rasulullah bersabda: "ini". Beliau memegang lidahnya.

Yakni: " Perbaharui imanmu kepada Allah, ucapkan dengan hatimu, sebutkan dengan lidahmu, berusahalah menghadirkan pengertian iman secara syar'i diiringi dengan melazimkan berbuat taat dan mengakhiri hal-hal yang bertentangan. Kata al-Manawi, hadits ini merupakan kalimat pendek yang isinya sangat luas. " kami telah mengumpulkan semua pengertian iman, islam, I'tiqad secars qaulli maupun fi'li, ternyata bahwa islam itu yakni peng-Esa-an terhadap Allah, dialah penghasil yang pertama dan utama sedangkan taat dengan seluruh jenisnya yakni urutan yang berikutnya. Dan istiqamah yakni melaksanakan semua yang diperintahkan Allah dan menjauhkan semua yang dilarang."

Penutup

Iman yakni bentuk keyakinan dan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu. Imam merupakan promotor yang mendorong insan untuk melaksanakan hal-hal yang terpuji dan menjauhkannya dari hal-hal yang keji. Dan orang-orang yang beriman yakni orang-orang yang percaya pada Allah, para Malaikat, para Rasul, kitab-kitab, dan lain sebagainya tanpa adanya keraguan.

Iman itu bukanlah hanya dengan angan-angan saja, tetapi ia yakni suatu yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan oleh perbuatan, seperti: tekun bekerja atau melaksanakan amalan dan segala usaha untuk mencapai keridhoan Allah. Komitmen keimanan merupakan belahan terpenting dalam hidup seseorang, untuk sanggup mencapai akad yang berpengaruh yakni dengan memperbaiki hati. Untuk memperbaiki keimanan, seseorang harus mempunyai keyakinan dalam hati serta pengokohan dalam jiwa.

Sebagai hamba Allah, kewajiban yang harus dilaksanakan yakni melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, inilah bentuk dari keimanan. Akan tetapi keimanan tidak akan bisa terwujud dengan amal perbuatan kecuali dengan hati yang lapang dada dan kuat. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahqaaf ayat 13-14:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14)

Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami yakni Allah”, kemudian beliau tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, abadi didalamnya, sebagai jawaban atas apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. Al-Ahqaaf: 13-14).

Dari ayat diatas mengatakan bahwa orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah yakni orang-orang yang mempunyai akad diri/istiqamah dan teguh pendirian dalam tauhid dan yakin akan kebenaran serta mempunyai semangat yang tinggi dalam beribadah dan tetap berinfak shaleh. Demikianlah hati yang istiqamah merupakan sumber pokok keimanan.

Maraji'
Ad-Damsyiqi, Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi. Asbabul Wurud: Latar belakang historis timbulnya hadits-hadits Rasul. Jakarta: Kalam mulia, 2005
Al-bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail. Matn al-Bukhari. Jeddah: al-Haramain, T.th
Az-Zandany, Abdul Majid dkk. Al-Iman. Jakarta: Pustaka al-kautsar, 1997
Bahreisy, Salim. Tarjamah Riyadhus Shalihin I. Bandung: PT al-Ma'arif, 1986
Khomeini, Imam. 40 Hadits: telaah atas hadits-hadits mistis dan akhlak. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004
Mahmud, Ali Abdul Halim. Karakteristik Umat Terbaik:telaah manhaj, dogma dan harakah. Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Maududi, Abu A'la. Dasar-dasar iman. Bandung: Pustaka, 1986

Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: