Peristiwa Kehidupan Rasulullah Sebelum dan Sesudah Hijrah
a. Izin kepada Kaum Muslimin Mekah untuk Hijrah ke Madinah
Ibnu Ishaq berkata “Ketika Allah mengizinkan Rasululullah berperang, kaum Anshar masuk islam, menolong ia dan para pengikut beliau, serta melindungi kau muslimin yang dating ke daerah mereka, Rasulullah saw memerintahkan sahabat-sahabatnya kaum Muhajirin dari kaumnya dan kaum muslimin yang lain di Mekah untuk hijrah ke Madinah dan bergabung dengan saudara-saudara mereka, kaum Anshar. Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah mengakibatkan untuk kalian saudara-saudara dan negeri yang kalian merasa kondusif di dalamnya.’ Kemudian kaum Muslimin Mekah hijrah ke Madinah kelompok per kelompok dan Rasulullah saw. tetap di Mekah menunggu izin dari tuhannya untuk hijrah dari Mekah ke Madinah.
b. Rasulullah tetap di Mekah saat sahabat-sahabatnya berhijrah
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah para sahabat hijrah ke Madinah, Rasulullah saw tetap di Mekah menunggu izin dari Tuhannya untuk hijrah. Semua kau Muhajirin hijrah ke Madinah, kecuali sahabat yang ditahan atau orang yang disiksa, terkecuali Ali bin Abu Thalib dan Abu Bakar bin Abu Quhafah. Abu Bakar sudah sering kali meminta izin kepada Rasulullah untuk hijrah ke Madinah, namun ia bersabda kepadanya, ‘Engkau jangan terburu-buru, mudah-mudahan Allah memberimu sobat untuk hijrah.’ Abu Bakar berharap kiranya ia sanggup menemani hijrahnya Rasulullah saw.
c. Abu Bakar mendambakan Bisa Menemani Hijrahnya Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata, “Abu Bakar yaitu orang kaya. Ketika ia meminta izin untuk berhijrah kepada Rasulullah, ia bersabda, ‘Engkau jangan terburu-buru. Mudah-mudahan Allah memberimu teman. Abu Bakar mendambakan kiranya orang yang dimaksud Rasulullah saw yaitu dirinya. Kemudian ia membeli 2 unta, menahan keduanya di rumahnya dan memberinya makan dengan cukup sebagai persiapan hijrahnya.”
d. Hadis Aisyah r.a. ihwal hijrah
Ibnu Ishaq berkata bahwa orang yang tidak saya ragukan kejujurannya berkata kepadaku dari Urwah bn Zubair dari Aisyah ummul mukminin berkata, “Rasulullah biasa dating ke rumah Abu Bakar pada salah satu dari dua waktu; pagi atau sore. Pada hari Allah mengizinkan ia hijrah dan keluar dari Mekah meninggalkan kami, ia dating kepada kami pada tengah hari dan ia tidak pernah dating kepada kami pada waktu ibarat itu. Ketika Abu Bakar melihat kedatangannya, ia berkata ‘Rasulullah saw tidak dating pada waktu ibarat ini melainkan untuk sesuatu yang amat penting.’ Ketika Rasulullah saw telah dating, Abu Bakar agak terlambat beranjak dari ranjangnya dan Rasulullah saw. pun duduk. Di rumah Abu Bakar saat itu tidak ada siapa-siapa kecuali saya dan saudariku, Asma binti Abu Bakar. Rasulullah saw. bersabda, ‘Keluarlah engkau dari tempatmu kepadaku, wahai Abu Bakar.’ Abu Bakar berkata, ‘Wahai Nabi Allah, bahwasanya dua unta ini telah saya siapkan untuk hijrah.’ Rasulullah dan Abu Bakar mengontrak Abdullah bin Uraiqith –ia orang Bani al-Dail bin Bakar dan ibunya berasal dari Bani Sahm bin Amr. Abdullah bin Uraiqith yaitu orang musyrik- sebagai penunjuk jalan bagi keduanya. Rasulullah saw. dan Abu Bakar berada dalam pemeliharaan Abdullah bin Uraiqith hingga hari yang telah ditentukan oleh keduanya.”
e. Berada di Gua Tsur
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah saw tetapkan keluar dari Mekah dan hijrah ke Madinah, ia pergi ke rumah Abu Bakar bin Abu Quhafah, lalu keduanya keluar dari pintu diam-diam rumah Abu Bakar di depan rumahnya. Setelah itu, keduanya pergi ke gua Tsur di gunung Mekah bawah dan masuk ke dalamnya. Abu Bakar memerintahkan anaknya, Abdullah bin Abu Bakar untuk mendengarkan apa yang dikatakan insan ihwal Rasulullah saw. dan Abu Bakar di siang hari, lalu sore harinya ia memberikan gosip yang didengarnya kepada keduanya. Selain itu, Abu Bakar memerintahkan mantan budaknya, Amir bin Fuhairah mengembalakan kambingnya di siang hari di akrab gua Tsur dan sore harinya ia membawa kambing tersebut kepada keduanya di gua. Abu Bakar memerintahkan Asma binti Abu Bakar mengantarkan masakan yang memadai kepada keduanya.”
Ibnu Hisyam berkata bahwa sebagian ulama berkata kepadaku, al-Hasan bin al-Hasan bin Bashri berkata, “Rasulullah saw. tiba di gua pada malam hari. Abu Bakar masuk ke dalam lebih awal sebelum Rasulullah. Abu Bakar mengamati gua untuk melihat apakah di dalamnya terdapat hewan buas atau ular? Ia melindungi Rasulullah saw. dengan dirinya.”
f. Perjalanan ke Madinah
Ibnu Ishaq berkata bahwa saya diberi tahu dari Asma binti Abu Bakar ra. yang berkata, “Ketika Rasulullah saw dan Abu Bakar telah berangkat, beberapa orang Quraisy dating ke rumah kami termasuk Abu Jahal. Mereka berdiri di pintu rumah Abu Bakar, lalu saya keluar menemui mereka. Mereka berkata, ‘Mana ayahmu, hai putri Abu Bakar? Aku berkata, ‘ Demi Allah, saya tidak tahu kemana ayahku pergi.’ Abu Jahal mengangkat tangannya dan menampar pipiku hingga anting-antingku terlepas dari telingaku.’ Setelah itu, mereka pergi dari rumahku. Selama tiga hari, kami tidak tahu kemana Rasulullah saw. pergi. Pada suatu hari, datanglah seseorang dari Mekah Bawah yang bernyanyi mendendangkan bait-bait lagu Arab. Orang-orang membuntutinya, mendengarkan apa yang diucapkan dan apa yang mereka lihat. Ketika ia keluar dari Mekah Atas, ia berkata,
Semoga Allah, Tuhan seluruh insan membalas dengan akhir yang baik
Kepada dua sahabat yang tinggal di tenda Ummu Ma’bad
Keduanya tiba dengan membawa kebaikan lalu keduanya pergi pada sore hari
Sungguh beruntung orang yang menemani Muhammad pada sore hari
Ibnu Ishaq berkata bahwa Asma binti Abu Bakar berkata, “Ketika kami mendengar ucapan orang di atas, kami pun tahu kemana Rasulullah pergi dan arah tujuan ia yaitu ke Madinah. Rasulullah saw. pergi bersama tiga orang, yakni Abu Bakar, Amir bin Fuhairah (mantan budak Abu Bakar) dan Abdullah bin Arqath (sang penunjuk jalan).”
g. Kaum Muslimin menunggu kedatangan Rasulullah saw. di Ambang Madinah
Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Ja’far bin al-Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin al-Zubair dari Abdurrahman bin Uwaim bin Sa’idah yang berkata, bahwa beberapa sahabat Rasulullah yang berasal dari kaumku berkata, “Ketika kita mendengar Rasulullah saw telah keluar dari Mekah dan kedatangannya sudah dekat, maka usai shalat Subuh, kami berjalan keluar perkampungan untuk menunggu kedatangan beliau. Demi Allah, kami tidak beranjak hingga matahari menyengat. Jika kami tidak menemukan daerah berteduh, kami masuk ke dalam rumah. Pada hari kedatangan Rasulullah saw. kami duduk sebagaiman sebelumnya. Ketika kami tidak menemukan daerah berteduh, kami masuk ke dalam rumah masing-masing. Rasulullah saw dating saat kami masuk dalam rumah. Orang yang pertama kali melihat kedatangan ia yaitu salah seorang Yahudi. Ia pernah melihat apa yang telah kami perbuat saat kami menunggu beliau. Orang Yahudi tersebut berteriak keras,’Hai Bani Qailah (kaum Anshar), ini dia kakek kalian telah dating kepada kalian.’ Kami segera keluar rumah untuk menemui Rasulullah saw yang saat itu berteduh di bawah pohon kurmah ditemani Abu Bakar yang seusia dengan beliau. Sebagian besar dari kami memang tidak pernah melihat ia sebelumnya. Kaum Anshar pun berkerumun sekitar Rasulullah dan mereka tidak sanggup membedakan Rasulullah saw dan Abu Bakar. Ketika daerah tersebut tidak lagi sanggup menaungi Rasulullah, Abu Bakar berdiri dan menaungi Rasulullah saw dengan bajunya. Ketika itu, kami barulah mengetahui Rasulullah saw.
h. Masjid Quba
Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah saw menetap di Quba di Bani Amr bin Auf pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Beliau membangun masjid di Quba.”
i. Shalat Jum’at pertama yang dikerjakan Rasulullah di Madinah
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika waktu shalat Jum’at telah tiba, Rasulullah saw sedang berada di Bani Salim bin Auf, lalu ia mengerjakan shalat Jumat di masjid tengah lembah, tepatnya di lembah Ranuna. Shalat Jum’at tersebut merupakan shalat Jum’at pertama yang dikerjakan Rasulullah di Madinah.”
j. Tempat Berhentinya Unta
Ibnu Ishaq berkata, “Unta itu terus berjalan. Ketika unta itu melewat perkampungan Bani Malik bin al-Najjar, ia duduk di pintu masjid Rasulullah. Masjid ia saat itu masih berupa daerah pengeringan kurma milik dua anak yatim Bani al-Najjar. Kedua anak yatim tersebut berjulukan Sahl dan Suhail, keduanya anak Amr dan berada dalam asuhan Muadz bin Afra Sahl. Ketika unta itu berhenti dan Rasulullah tidak turun daripadanya, unta itu melompat, lalu berjalan tidak jauh. Rasulullah saw meletakkan kendali unta itu dan ia tidak membelokkannya. Kemudian unta itu menoleh ke belakang, pergi ke daerah duduk semula, duduk di dalamnya, membisu tenang, berdiri di tempatnya dan meletakkan dadanya di tanah. Ketika itu Rasullah gres turun. Setelah itu Abu Ayyub Khalid bin Zaid membawa bekal perjalanan Rasulullah dan menaruhnya di rumahnya. Rasulullah saw menetap di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid. Beliau bertanya ihwal daerah penjemuran kurma milik siapa? Muadz bin Afra berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, daerah penjemuran tersebut milik Sahl dan Suhail, keduanya anak Amr. Keduany anak yatim dan masih keluargaku dan saya akan meminta kerelaan keduanya, lalu jadikan daerah tersebut sebagai masjid.”
k. Keberadaan Rasulullah di Rumah Abu Ayyub
Ibnu Ishaq berkata bahwa Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari Martsir bin Abdullah bin al-Yazini dari Abu Rahm al-Simai yang berkata bahwa Abu Ayyub berkata, “Ketika Rasulullah saw. menginap di rumahku, ia menginap di lantai dasar, sedang saya dan istriku tinggal di lantai atas. Aku berkata kepada Rasulullah saw. ‘Wahai Rasulullah, ayah dan ibuku menjadi tebusanku, bahwasanya saya segan berada di atasmu dan engkau berada di bawahku. Silahkan engkau berada di lantai atas dan kami turun ke lantai bawah.’ Rasulullah saw berkata, ‘Hai Abu Ayyub, bahwasanya sambutan yang paling baik terhadap kami dan orang yang bersama kami yaitu kami berada di lantai bawah.’ Rasulullah tetap tinggal di lantai bawah, sedang kami tinggal di lantai atas. Suatu saat guci kami yang berisi air pecah, lalu saya dan Ummu Ayyub mengambil selimut kami satu-satunya, lalu kami mengelap air dengannya lantaran khawatir air menetes ke bawah mengenai Rasulullah dan itu menciptakan ia terganggu.”
l. Gelombang Hijrah ke Madinah
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu, kaum Muhajirin menyusul kepada Rasulullah secara bergelombang. Kaum muslimin Mekah yang tidak sanggup hijrah, niscaya ia disiksa atau ditahan orang-orang Quraisy. Kaum Muhajirin Mekah tidak sanggup membawa keluarga dan harta mereka. Rumah-rumah mereka ditutup lengang tanpa penghuni.”
m. Rasulullah mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar
Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah saw mempersaudarakan sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beliau bersabda, ‘Bersaudaralah kalian lantaran Allah; dua orang, dua orang.’ Beliau memegang tangan Ali bin Abu Thalib, lalu bersabda, ‘Ini Saudaraku’. Dengan juga dengan persaudaraan Hamzah bin Abd. Muthalib dengan Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib dan Muadz bin Jabal, Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin al-Rabi dan lain sebagainya.
n. Permusuhan Orang-orang Yahudi terhadap Rasulullah dan Kaum Muslimin
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika itulah para Rahib Yahudi melancarkan permusuhan terhadap Rasulullah lantaran dengki dan dendam, lantaran Allah mengistimewakan orang Arab dengan menentukan salah seorang dari mereka menjadi rasul. Para rahib didukung oleh kaum Aus dan Khazraj yang tetap bertahan dengan kejahiliaannya. Orang-orang Auz dan Khazraj adlah orang munafik dan menganut agama nenek moyang mereka; syirik dan mendustakan hari Kebangkitan, namun Islam mengalahkan mereka dengan kemunculannya dan komitmen kaum mereka dengan masuk islam. Kemudian mereka menampakkan diri masuk islam dan mengakibatkan islam sebagai tameng dari pembunuhan, padahal mereka munafik dalam diri mereka. Hati nurani mereka menyatu dengan orang-orang Yahudi lantaran pendustaan mereka kepada Rasulullah, menyakiti ia dan dating kepada ia membawa kerancuan lantaran mereka ingin mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan.
Ibnu Hisyam menyebutkan satu persatu rahib Yahudi dalam bukunya; rahib dari bani Tsa’labah bin Fathiyyun, rahib dari Bani Qainuqa, rahib dari Bani Quraidzah, Bani Zuraiq, Bani al-Najjar dll.
o. Pengusiran Orang Munafik dari Masjid
Ibnu Ishaq berkata, “Pada suatu hari sebagian orang munafik hadir di masjid Rasulullah saw. Rasulullah melihat mereka mengobrol sesame mereka dengan bunyi pelan-pelan dan sebagian di antara mereka merapat kepada sebagian yang lain, lalu ia memerintahkan pengusiran mereka dengan keras dari masjid.
Buat lebih berguna, kongsi:
