Tongkronganislami.net - Alhamdulillah, segala puji hanya kepada Allah SWT. Kita bersyukur hingga hari ini diberi kekuatan dan kesempatan untuk menjalani hari-hari Ramadhan dengan penuh amal kebaikan, marhaban ya ramadhan.
Sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW nabi junjungan kita semua, yang mengisi Ramadhan dengan sepenuh amal yang berkah. Memberikan pola kepada kita bermacam-macam amal yang disyariatkan dalam Ramadhan yang mulia. Semoga kita bisa menggandakan dan menjalankannya.
Sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW nabi junjungan kita semua, yang mengisi Ramadhan dengan sepenuh amal yang berkah. Memberikan pola kepada kita bermacam-macam amal yang disyariatkan dalam Ramadhan yang mulia. Semoga kita bisa menggandakan dan menjalankannya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, goresan pena ini akan diarahkan pada pembahasan seputar puasa Ramadhan bagi anak-anak. Sebuah citra yang unik seringkali ditemui di jalan-jalan dan sekolahan. Kita melihat anak usia sepuluh tahunan, atau bahkan lebih dari itu yang dengan ringan menikmati kuliner dan minuman yang segar di siang hari Ramadhan.
Tentu kita bertanya-tanya dalam hati, apakah yang menciptakan sang anak tersebut tidak berpuasa di hari-hari Ramadhan ini ? Seandainya saja alasannya yaitu sakit dan kondisi fisik yang lemah, tentulah kita tidak akan mempermasalahkannya. Jangankan anak kecil, orang remaja yang sakitpun dibolehkan untuk berbuka oleh syariat Islam yang indah dan manusiawi. Maka pertanyaan selanjutnya adalah, apakah anak tersebut tidak pernah dilatih dan diperintahkan berpuasa oleh orang bau tanah mereka ?
Inilah yang akan sedikit kita bahas dan renungkan pada kesempatan kali ini. Bagaimana sesungguhnya Islam menawarkan pandangan seputar belum dewasa dan puasa Ramadhan (baca: Tujuan Puasa).
Inilah yang akan sedikit kita bahas dan renungkan pada kesempatan kali ini. Bagaimana sesungguhnya Islam menawarkan pandangan seputar belum dewasa dan puasa Ramadhan (baca: Tujuan Puasa).
![]() |
Membiasakan anak Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan |
Mungkin ada sebagian orang bau tanah yang akan dengan gampang beralasan bahwa syariat Islam tidak mewajibkan belum dewasa untuk berpuasa, sehingga tidak perlu tergesa-gesa menyuruh mereka berpuasa sebelum waktunya atau hingga usia baligh.
Alasan ini memang terlihat benar pada satu sisi, alasannya yaitu tidak ada kewajiban ibadah apapun –begitu pula puasa Ramadhan- kepada mereka yang belum baligh atau bermimpi basah. Rasulullah SAW bersabda :
Alasan ini memang terlihat benar pada satu sisi, alasannya yaitu tidak ada kewajiban ibadah apapun –begitu pula puasa Ramadhan- kepada mereka yang belum baligh atau bermimpi basah. Rasulullah SAW bersabda :
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَشِبَّ وَعَنْ الْمَعْتُوهِ حَتَّى يَعْقِلَ
Diangkat pena catatan amal dari tiga orang : orang absurd yang hilang akalnya hingga sadar kembali, orang tidur hingga ia bangun, dan anak kecil hingga ia bermimpi (baligh) (HR Abu Daud)
Lalu apakah kemudian kita berdiam diri tidak mengenalkan dan melatih anak kita berpuasa hingga waktunya datang ?
Tidak dan sekali-kali tidak. Ibadah dijalankan dengan ringan alasannya yaitu ada latihan dan pembiasaan. Begitu pula dan apalagi ibadah puasa yang sangat mayoritas sisi fisiknya. Jika tidak dibiasakan semenjak dini, maka penundaan dari tahun ke tahun hanyalah mengakibatkan kesulitan yang bertambah-tambah.
Sungguh anak kecil usia tujuh tahun bahkan kurang, pada ketika ini telah bisa dengan gampang untuk diajak dialog. Semakin ia mengetahui alasan dan pentingnya berpuasa, maka akan semakin gampang melatihnya berpuasa. Anak-anak kita pun akan menjalankannya dengan lebih ringan ketika meyakini apa yang dilakukannya berpahala.
Saya jadi ingat lirik lagu Bimbo seputar belum dewasa dan puasa, tentu kita semua masih mengingatnya dengan baik setiap Ramadhan hadir. “ Ada anak bertanya pada bapaknya .. buat apa berlapar-lapar puasa ? “. Dijawab oleh sang ayah : “ lapar mengajarkan rendah diri selalu .. “. Demikian seterusnya, kita bisa membahasakan urgensi puasa dalam ungkapan yang menggugah belum dewasa kita dalam berpuasa.
Memberikan Motivasi
Motivasi disini memang sangat unik jikalau terkait dengan anak-anak. Kebiasaan yang berlaku disekitar kita yaitu menawarkan hadiah kepad mereka yang bisa merampungkan puasanya dengan sempurnya. Maka jumlah hadiah diubahsuaikan dengan jumlah hari mereka berpuasa (baca: Keutamaan Puasa Ramadhan). Kebiasaan ini tidak sepenuhnya salah, namun motivasi disini tidak harus berupa barang dan bahan yang itu-itu saja.
Anak-anak kita dalam masa pertumbuhan yang sangat sensitif, mereka membutuhkan asupan gizi yang cukup. Jangan jadikan puasa sebagai hal yang menciptakan mereka kekurangan gizi dan menjadi lemah (baca: Tips Jaga Kesehatan Saat Puasa). Karenanya para orangtua hendaknya berlaku serius dalam mempersiapkan hidangan sahur bagi putra-putrinya.Pastikan bahwa mereka akan bisa menjalaninya dengan baik,karena kita telah menghidangkan modal yang cukup ketika sahur dan berbuka.
Membuat Kesibukan yang Menyenangkan
Berpuasa seharian bagi sebagian besar anak kecil yaitu sesuatu yang berat dan sangat menyiksa diri. Kita tidak bisa membiarkan mereka larut dalam kondisi sedemikian. Karenanya perlu dilakukan langkah dan upaya untuk menyibukkan mereka biar lalai dari rasa lapar dan dahaga. Inspirasi semacam ini bisa kita dapatkan dari bagaimana cara sobat mendidik anakanaknya untuk berpuasa.
Pepatah pesan yang tersirat menyampaikan dengan indahnya, bahwa mendidik anak ketika kecil bagaikan mengukir di atas batu. Susah memang tapi masih memungkinkan untuk dilakukan. Sedangkan mendidik orang bau tanah bagaikan mengukir di atas air, hampir-hampir tidak pernah kita bayangkan bagaimana melakukannya.
Rasa-rasanya tidak hiperbola jikalau kita mengatakan, bahwa belum dewasa memang belum wajib untuk berpuasa, tapi sungguh para orang bau tanah memiliki kewajiban untuk mulai mengenalkan dan melatih anak-anaknya berpuasa.
Kewajiban ini sudah diisyaratkan begitu terang dalam Al-Quran, sebagai panduan bagi orang bau tanah untuk melaksanakan langkah-langkah yang terang dalam mengarahkan anaknya dalam beribadah (baca: kewajiban puasa). Allah SWT berfirman :
Kewajiban ini sudah diisyaratkan begitu terang dalam Al-Quran, sebagai panduan bagi orang bau tanah untuk melaksanakan langkah-langkah yang terang dalam mengarahkan anaknya dalam beribadah (baca: kewajiban puasa). Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (QS At-Tahrim : 6).
Setiap orang bau tanah yang mentadabburi dan memahami ayat ini tentulah segera tergerak dan merasa bertanggung jawab untuk mengenalkan ibadah puasa kepada anak-anaknya. Kita juga memiliki pola teladan dari Rasulullah yang mulia dalam problem ini. Bukan hanya dalam problem ibadah, bahkan dalam problem etika dan moral pun dia telah mengajarkan kepada belum dewasa yang belia, tanpa memandang usia apalagi baligh tidaknya.
Dalam suatu kesempatan makan bersama anak kecil, dia mengajarkan kepada seorang anak wacana bagaimana moral makan. Beliau bersabda : “Wahai anakku, sebutlah nama Allah , makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah yang erat terlebih dahulu (HR Muslim). Hadits diatas memperlihatkan bagaimana urgensinya memulai mengenalkan kebaikan semenjak kecil.
Lalu bagaimanakah cara kita untuk mengenalkan dan melatih belum dewasa kita berpuasa Setidaknya ada lima hal yang perlu kita cermati dalam problem ini. Semoga kita bisa menjalankannya dengan baik dan istiqomah.
Memberikan pemahaman ringan seputar Puasa dan Urgensinya
Memberikan pemahaman ringan seputar Puasa dan Urgensinya
Sungguh anak kecil usia tujuh tahun bahkan kurang, pada ketika ini telah bisa dengan gampang untuk diajak dialog. Semakin ia mengetahui alasan dan pentingnya berpuasa, maka akan semakin gampang melatihnya berpuasa. Anak-anak kita pun akan menjalankannya dengan lebih ringan ketika meyakini apa yang dilakukannya berpahala.
Saya jadi ingat lirik lagu Bimbo seputar belum dewasa dan puasa, tentu kita semua masih mengingatnya dengan baik setiap Ramadhan hadir. “ Ada anak bertanya pada bapaknya .. buat apa berlapar-lapar puasa ? “. Dijawab oleh sang ayah : “ lapar mengajarkan rendah diri selalu .. “. Demikian seterusnya, kita bisa membahasakan urgensi puasa dalam ungkapan yang menggugah belum dewasa kita dalam berpuasa.
Memberikan Motivasi
Motivasi disini memang sangat unik jikalau terkait dengan anak-anak. Kebiasaan yang berlaku disekitar kita yaitu menawarkan hadiah kepad mereka yang bisa merampungkan puasanya dengan sempurnya. Maka jumlah hadiah diubahsuaikan dengan jumlah hari mereka berpuasa (baca: Keutamaan Puasa Ramadhan). Kebiasaan ini tidak sepenuhnya salah, namun motivasi disini tidak harus berupa barang dan bahan yang itu-itu saja.
Mungkin saja kita bisa arahkan ke hadiah yang lebih baik dari itu semua, contohnya diberikan uang untuk bersedekah, uang untuk membeli buku, uang untuk infaq palestina. Makara pada satu sisi kita memotivasi, sisi yang lain juga mengarahkan kemana sebaiknya hadiah tersebut digunakan. Ini hanya sekedar pola ringan, saya yakin bapak dan ibu sekalian lebih tahu hadiah yang terbaik buat anak-anaknya.
Persiapan Puasa yang Matang
Persiapan Puasa yang Matang
Anak-anak kita dalam masa pertumbuhan yang sangat sensitif, mereka membutuhkan asupan gizi yang cukup. Jangan jadikan puasa sebagai hal yang menciptakan mereka kekurangan gizi dan menjadi lemah (baca: Tips Jaga Kesehatan Saat Puasa). Karenanya para orangtua hendaknya berlaku serius dalam mempersiapkan hidangan sahur bagi putra-putrinya.Pastikan bahwa mereka akan bisa menjalaninya dengan baik,karena kita telah menghidangkan modal yang cukup ketika sahur dan berbuka.
Membuat Kesibukan yang Menyenangkan
Berpuasa seharian bagi sebagian besar anak kecil yaitu sesuatu yang berat dan sangat menyiksa diri. Kita tidak bisa membiarkan mereka larut dalam kondisi sedemikian. Karenanya perlu dilakukan langkah dan upaya untuk menyibukkan mereka biar lalai dari rasa lapar dan dahaga. Inspirasi semacam ini bisa kita dapatkan dari bagaimana cara sobat mendidik anakanaknya untuk berpuasa.
Sebuah riwayat shohih dari Rubayyi binti Muawidz, ia berkata:” Di pagi Asyura’ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan ke kampung-kampung Anshar :” Siapa yang pagi ini dalam keadaan puasa maka sempurnakanlah puasanya, dan barangsiapa yang pagi ini dalam keadaan tidak berpuasa, maka berpuasalah pada sisa hari ini. Dan kamipun melaksanakan puasa Asyura’.
Sebagaimana kami menyuruh puasa belum dewasa kecil kami, dan kami beserta putra-putra kami berangkat ke masjid dengan menjadikan mainan dari kapas buat mereka, jikalau ada salah seorang dari mereka menangis minta makanan, kami berikan mainan itu kepadanya hingga masuk waktu berbuka” (HR Bukhari dan Muslim)
Melatih Secara Bertahap
Melatih Secara Bertahap
Yang terakhir tentu saja kita harus meyakini pentingnya: Bertahap dalam Latihan berpuasa. Rasulullah SAW telah menawarkan panduannya ketika memerintahkan kita untuk mengajarkan anak kita melaksanakan ibadah sholat . Beliau bersabda dari lisannya yang mulia :
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk sholat ketika usia tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya) ketika usia sepuluh tahun “ (HR Abu Daud)
Maka hendaknya latihan puasa dilakukan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan, dari tahun ke tahun ditargetkan ada peningkatan. Karenanya memulai semenjak usia dini merupakan salah satu langkah sukses menuju tahapan-tahapan selanjutnya.
Kebiasaan masyarakat kita yang mengistilahkan “puasa sambung" dan “puasa mbedhug” atau berbuka ketika dhuhur menjelang dan melanjutkan puasa setelahnya, ini memperlihatkan sesungguhnya langkah konkret ini sudah dianut masyarakat kita dalam mengenalkan anak-anaknya berpuasa.
Baca Juga:
Sekarang tinggal kita kembali menganjurkan kepada mereka yang masih hirau tak hirau dan meremehkan problem ini, biar segera tersadar dan bersegera melatih anaknya untuk berpuasa. Semoga Allah SWT memudahkan niatan dan langkah kita ini. Wallahu a’lam bisshowab
Kebiasaan masyarakat kita yang mengistilahkan “puasa sambung" dan “puasa mbedhug” atau berbuka ketika dhuhur menjelang dan melanjutkan puasa setelahnya, ini memperlihatkan sesungguhnya langkah konkret ini sudah dianut masyarakat kita dalam mengenalkan anak-anaknya berpuasa.
Baca Juga:
- Konsekuensi Hukum Puasa Ramadhan bagi ibu Hamil
- Fidyah Bagi yang Meninggalkan Puasa Ramadhan Karena Uzur Tertentu
- Penjelasan Hadis Anjuran Sahur ketika Puasa Bulan Ramadhan
Sekarang tinggal kita kembali menganjurkan kepada mereka yang masih hirau tak hirau dan meremehkan problem ini, biar segera tersadar dan bersegera melatih anaknya untuk berpuasa. Semoga Allah SWT memudahkan niatan dan langkah kita ini. Wallahu a’lam bisshowab
Buat lebih berguna, kongsi: