Meninggal Di Bulan Ramadhan, Apakah Niscaya Khusnul Khotimah?

Tongkronganislami.net - Banyak saudara kita yang ingin berjumpa dengan Ramadhan, namun Allah swt telah mencukupkan jatah umur mereka di dunia. Ada yang Allah jemput sebelum memasuki Ramadhan, dan ada pula sehabis mereka berpuasa barang beberapa hari. Namun ada juga saudara seiman yang masih diberi nikmat hidup oleh Allah swt, tapi belum melaksanakan apa yang semestinya dikerjakan. Semoga Allah swt menjaga kita semua dari perbuatan zalim terhadap-Nya.

Berkaitan dengan meninggal di bulan Ramadhan, ada anggapan di masyarakat kita bahwa meninggal dalam bulan ampunan ini merupakan salah satu tanda janjkematian yang baik atau husnul khatimah. Tentu semua orang menginginkan kematian yang baik sebagai sebuah final yang indah. Husnul khatimah merupakan salah satu tanda kebaikan seorang hamba selama hidup di dunia.


Lalu apa itu husnul khatimah? Apakah meninggal di bulan Ramadhan termasuk salah satu diantaranya? Berikut bahasan singkatnya.


Husnul khatimah merupakan keadaan seorang hamba, dimana sebelum meninggal dunia ia menerima taufik untuk menjauhi hal-hal yang mengundang kemurkaan Allah, bertaubat dari dosa-dosa dan maksiat, menjadi taat dan berinfak shaleh, kemudian ia meninggal dalam keadaan menyerupai ini. Dalil yang menyampaikan hal ini yaitu sabda Rasulallah saw:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ فَقِيلَ كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ

“Dari Anas ia berkata, Rasulallah saw bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba,maka Dia akan mempekerjakannya. Beliau ditanya, bagaimana Allah mempekerjakannya wahai Rasulallah? Beliau menjawab, Allah memberinya taufik untuk berinfak shaleh sebelum ia meninggal [H.R. at-Tirmidzi (2142), Ahmad (11625), Ibnu Hibban (341)].”

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا عَسَلَهُ قِيلَ وَمَا عَسَلُهُ قَالَ يَفْتَحُ اللَّهُ لَهُ عَمَلًا صَالِحًا قَبْلَ مَوْتِهِ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ
“Rasulallah saw bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka ia akan memberinya madu. Rasulallah saw ditanya, bagaimanakah madu itu? Beliau menjawab, Allah membuka (kesempatan) untuk berinfak shaleh baginya sebelum meninggal kemudian Allah cabut nyawanya [H.R. Ahmad (17784), Ibnu Hibban (342, 343), ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath (3298, 4656)].”

Husnul khatimah memiliki beberapa ciri. Sebagian hanya diketahui oleh orang yang mengalami (baca:meninggal) dan sebagian lainnya bsa dilihat oleh manusia.

Adapun tanda husnul khatimah yang sanggup dilihat oleh banyak orang merupakan bentuk kabar besar hati dan tanda keridla-an Allah swt. Hal ini juga menyampaikan keutamaan dan karamah Allah kepadanya. Demikian menyerupai yang tercantum dalam firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan, Rabb kami yaitu Allah kemudian mereka istiqamah (dengan pernyataan itu), maka malaikat akan turun (memberi isu bahwa) jangan kalian takut dan jangan pula bersedih. Bergembiralah dengan nirwana yang dijanjikan kepada kalian [Q.S. Fushilat (41): 30].”

Kabar besar hati ini terjadi dikala maut menjemput orang beriman sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsirnya. Makna ini juga ditunjukkan oleh hadits:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللهِ أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ فَقَالَ لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ

“Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata (bahwa) Rasulallah saw bersabda: Siapa yang bahagia berjumpa dengan Allah, maka Allah (juga) bahagia berjumpa dengannya. Dan barangsiapa yang tidak bahagia berjumpa dengan Allah, maka Allah pun tidak bahagia berjumpa dengannya. Aku (‘Aisyah) bertanya, Wahai Nabi Allah, Apakah (yang dimaksud) benci kematian? Sebab setiap kami tidak suka dengan kematian. Rasulallah saw menjawa, bukan itu maksudnya. Akan tetapi (maksudnya adalah) apabila seorang mukmin diberi kabar besar hati perihal rahmat dan ridla Allah, maka ia ingin berjumpa dengan-Nya dan Allah pun ingin berjumpa dengannya. Sebab sungguh orang kafir apabila diberi tahu perihal azab dan marah Allah, ia tidak suka berjumpa dengannya dan Allah pun tidak suka berjumpa dengannya (H.R. al-Bukhari dan Muslim).”

Mengomentari hadits ini, imam an-Nawawi mengatakan, sifat cinta dan benci yang diperhitungkan dalam syara’ yaitu dikala terjadi sakaratul maut, dimana taubat pada waktu itu tidak diterima lagi. Ketika itu, ditampakkan keadaan orang yang meninggal, sehingga terlihat apa yang kembali kepadanya (apa yang ia dapatkan). Dengan kalimat lain, orang yang beriman ingin bertemu dengan Allah dikala terjadi sakaratul maut alasannya mengatahui apa yang akan ia dapatkan. Sedangkan orang yang ingkar kepada Allah tidak akan menyukainya, pun lantaran mereka tahu jawaban apa yang akan didapat selepas kematiannya.

Lalu apa saja tanda husnul khatimah ini? Diantara gejala tersebut adalah:

1. Mampu mengucapkan syahadat di kematian (Laa ilaaha ilaallah) (lihat Sunan Abi Dawud, hadits no. 3116 dan Shahih Sunan Abi Dawud, hadits no. 2673)

2. Dahi mengeluarkan keringat, sebagaimana riwayat dari Buraidah ibn al-Hushain (lihat Musnad Ahmad, hadits no. 22513, Sunan at-Tirmidzi, hadits no. 980, Sunan an-Nasa’i, hadits no. 1828).

3. Meninggal pada malam atau hari Jum’at (lihat Musnad Ahmad, hadits no. 6546, Sunan at-Tirmidzi, hadits no. 1074).

4. Terbunuh di medan perang di jalan Allah/membela agama Allah (lihat Q.S. Ali Imran (3): 169-170, Shahih Muslim, hadits no. 1915).

5. Orang yang meninggal lantaran wabah penyakit (lihat Shahih al-Bukhari, hadits no. 2830 dan 3474, Shahih Muslim, hadits no. 1916).

6. Orang yang meninggal lantaran penyakit perut (داء البطون) (lihat Shahih Muslim, hadits no. 1915).

7. Orang yang meninggal lantaran tertimpa benda/bangunan (الهدم) dan yang mati lantaran tenggelam (lihat Shahih al-Bukhari, hadits no. 2829 dan Shahih Muslim, hadits no. 1915).

8. Wanita yang meninggal sehabis melahirkan, atau dikala dalam keadaan hamil (lihat Sunan Abi Dawud, hadits no. 3111, Musnad Ahmad, hadits no. 17341, Kitab al-Janaiz karya Syaikh al-Albani, hal. 39).

9. Orang yang meninggal lantaran terbakar dan lantaran peradangan pada selaput dada/alblora (lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib karya Syaikh al-Albani, no. 1396).

10. Meninggal lantaran mempertahankan agama, harta, atau jiwa (lihat Sunan at-Tirmidzi, hadits no. 1421).

11. Meninggal dikala ribath; menjaga wilayah perbatasan dari serangan musuh (lihat Shahih Muslim, hadits no. 1913).

12. Meninggal dikala sedang melaksanakan ketaatan/amal shaleh, misal sedekah, shalat, puasa, dan sebagainya (lihat Musnad Ahmad, hadist no 22813).

Berdasarkan keterangan ini, orang yang sedang berpuasa kemudian meninggal dunia sanggup dikategorikan sebagai orang yang meninggal dikala sedang menjalankan ketaatan kepada Allah swt. Namun meski demikian, kita dihentikan serta merta mengklaim bahwa yang bersangkutan termasuk penghni nirwana kecuali pada mereka yang telah disebutkan oleh Rasulallah saw, menyerupai Empat Khalifah.

Hal lain yang perlu dicatat adalah, husnul khatimah hanya berlaku bagi hambanya yang beriman dan meninggal dalam keadaan beriman, serta ketaatan yang dilakukan juga lantaran mengharap ridla Allah swt.

Oleh lantaran kita tidak mengetahui kapan kita akan mati, maka melaksanakan ketaatan dengan sebaik mungkin sepanjang hayat yaitu solusi satu-satunya. Sebab husnul khatimah yaitu akhir dari konsistensi amal baik dan keimanan yang selalu menempel pada diri seseorang. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: