Pendidikan Anak Berbakat



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat bersama-sama sudah dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu. Pengembangan sumber daya insan berkualitas yang bisa mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain pada hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1) Penemukenalan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam banyak sekali bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan kreativitas -yang intinya dimiliki setiap orang- tapi perlu ditemukenali dan dirangsang semenjak usia dini.
Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan belum dewasa lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang khas yang memperlihatkan pada keunggulan dirinya. Namun, ‘keunggulan’ tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi ‘kelemahan’. Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini yakni diabaikannya ia sebagai individu yang mempunyai hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.

 Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau sanggup naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa akseptor didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk membuatkan potensi belum dewasa tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, menyerupai anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun di antara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut sanggup membuatkan potensinya dibutuhkan acara dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, kiprah pendidikan yakni membuatkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka sanggup berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara. Maka dalam makalah ini akan membahas wacana pendidikan anak berbakat.

B.            Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian anak berbakat?
2.      Apa saja ciri-ciri anak berbakat?
3.      Bagaimana cara identifikasi anak berbakat?
4.      Apa saja faktor-faktor terwujudnya bakat?
5.      Apa saja jenis-jenis bakat?
6.      Bagaimana strategi, model, dan penilaian pendidikan anak berbakat?
7.      Apa saja permasalahan yang sanggup terjadi pada anak berbakat?
8.      Apa saja prinsip penyelenggaraan pendidikan anak berbakat?                  
9.      Siapa saja pihak yang berperan pada anak berbakat?                     

C.           Tujuan
Makalah ini bertujuan biar mahasiswa sanggup :
1.      Mengetahui pengertian anak berbakat.
2.      Mengetahui ciri-ciri anak berbakat.
3.      Memahami cara identifikasi anak berbakat.
4.      Mengetahui faktor-faktor terwujudnya bakat.
5.      Mengetahui jenis-jenis bakat.
6.      Memahami strategi, model, dan penilaian pendidikan anak berbakat.
7.      Memahami permasalahan yang sanggup terjadi pada anak berbakat
8.      Mengetahui prinsip penyelenggaraan pendidikan anak berbakat   
9.      Mengetahui pihak yang berperan pada anak berbakat




BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian
Pengertian talenta atau aptitude berbeda dengan kemampuan (ability) dan prestasi (achervement). Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih biar sanggup terwujud. (Munandar dalam Psikologi Umum,180). Bakat yakni kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketermapilan yang relative bisa bersifat umum ataupun khusus. (Alex Sobur,181)
Kemampuan yakni daya untuk melaksanakan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan memperlihatkan bahwa suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan memperlihatkan bahwa suatu tindakan sanggup dilaksanakan kini dan dikembangkan dimasa mendatang apabila kondisi latihan dikemukanan secara optimal sedangkan talenta memerlukan latihan dan pendidikan biar suatu tindakan sanggup dilakukan di masa yang akan datang.
Bakat menentukan prestasi sesorang. Misalnya orang yang mempunyai talenta matematika dan diperkirakan akan bisa mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Makara prestasi merupakan perwujudan dari talenta dan kemapuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan talenta yang unggul dalam bidang tertentu.
Anak berbakat belum dewasa yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol, sanggup menawarkan prestasi yang tinggi.
Syamsu Yusuf dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 158 menyampaikan bahwa anak berbakat yakni mereka yang tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ diatas 120. Ahli lain yang memakai IQ sebagai kriteria dalam menentukan anak berbakat adalah, Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir sekitar setengah era mendominasi psikologi dan pendidikan. Torrance melaporkan hasil studinya mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam kaitannya dengan keberbakatan. Ia mengemukakan bahwa apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% belum dewasa yang tinggi kreatifitasnya tidak akan termasuk ke dalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat.
Munandar dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan anak berbakat itu lebih mengacu kepada anak yang memperlihatkan kemampuan unjuk kerja yang tinggi dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu.
Dari beberapa pendapat hebat maka anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang lebih menonjol dari aspek intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.
Istilah yang melukiskan belum dewasa berbakat, cerdas atau cemerlang yaitu genius, talented, gipted dan bright atau superior. Persamaan dari istilah-istilah tersebut yakni penyimpangan ke atas dari rata-rata. Sedangkan perbedaannya adalah:
1.             Genius digunakan pada mereka yang mempunyai kemampuan unggul berhasil mencapai prestasi yang luar biasa, menawarkan sumbangan yang orisinal dan bermutu, serta mempunyai makna yang universal atau mantap.
2.             Talented suatu talenta khusus yang tidak selalu menghasilkan prestasi yang luar biasa, tidak perlu orsini atau dampak yang universal.
3.             Gipted atau berbakat mempunyai kesamaan dengan genius, karena keduanya berkaitan dengan kualitas intelektual, namun berbakat belum tentu terwujud dalam suatu karya unggul yang menerima ratifikasi universal. Makara tidak semua anak berbakat merupakan anak genius.
4.             Bright atau superior merujuk pada karakteristik seseorang yang mempunyai intelegensi yang tinggi.

Menurut Marland dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, anak berbakat yakni anak yang mempunyai kemampuan tinggi dalam aspek:
1.             Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan individu yang berada pada posisi di atas rata-rata.
2.             Bakat akademik khusus, yaitu kemampuan individu dalam bidang-bidang tertentu seoerti bahasa dan matematika.
3.             Kreatif dan berfikir produktif, yaitu kemempuan yang menghasilkan gagasan gres dengan memadukan elmen-elmen yang biasanya dianggap sebagai suatu yang terpisah-pisah atau tdak homogen dan keampuan membuatkan keterampialan gres yang mengandung nilai-nilai sosial.
4.             Kepemimpianan, yaitu kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok untuk mengambil keputusan, memetapkan tindakan bersama atau mencapai tujuan tertentu.
5.             Eampuan dalam bidang seni, yaitu mempunyai talenta khusus dalam bidang seni rupa, musik, tari, lukis, drama dan lainnya.

Sementara berdasarkan Renzulli dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan bahwa ada tiga dimensi yang menandai keberbakatan, yaitu:
1.             Kecerdasan, kemampuan umum yang biasanya diukur dengan tes intelegensi di atas rata-rata.
2.             Kreativitas, kemampuan menawarkan gagasan-gagasan gres dan menerapkannya dalam pemecahan masalah
3.             Komitmen terhadap tugas, tanggung jawab, semangat, atau motivasi yang tinggi untuk menuntaskan suatu tugas.
4.             Keterkaitan antara tiga ciri keberbakatan itu sanggup digambarkan memakai diagram.

B.            Ciri-ciri Anak Berbakat
Anak berbakat itu mempunyai karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek kesiagaan mental, kemampuan pengamatan, keinginan untuk belajar, daya konsentrasi, daya nalar, kemampuan membaca, ungkapan verbal, kemampuan menulis, kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik, pertanda minat yang luas, berambisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, sanggup berdiri diatas kaki sendiri dalam menawarkan pertimbangan, sanggup menawarkan jawaban yang tepat dan pribadi kesasaran, mempunyai rasa humor yang tinggi, melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi kiprah yang diminati.
Menurut Balitbang Depdiknas (1986) mengungkapkan ciri-ciri keberbakatan akseptor didik dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas, dan komitmen terhadap tugas:
1.             Lancar berbahasa ( bisa mengutarakan pikirannya)
2.             Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan
3.             Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis
4.             Mampu belajar/bekerja secara mandiri
5.             Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
6.             Mempunyai tujuan yang terang dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
7.             Cermat atau teliti dalam mengamati
8.             Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah;
9.             Mempunyai minat yang luas;
10.         Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
11.         Belajar dengan cepat
12.         Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
13.         Mampu berkonsentrasi
14.         Tidak memerukan dorongan (motivasi) dari luar.

Selanjutnya Utami Munandar, 2004 mengemukakan karaktersistik atau ciri-ciri anak berbakat itu sebagai berikut:

Aspek
Ciri-ciri
A.    Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, kecerdikan sehat tajam, daya konsentrasi baik, ungkapan diri lancar dan jelas, cermat dalam pengamatan, memacahkan dilema dan cepat dalam menemukan kesalahan.
B.     Kreativitas
Dorongan ingin tahu besar sering mengajukan pertanyaan yang baik, menawarkan banyak usulan atau gagasn terhadap suatu maslah, bebas dalam memberikan pendapat, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan sanggup mengungkapkannya, tidak gampang terpengaruh oleh orang lain, daya imajinasi kuat, orisinalitas tinggidan bahagia mencoba hal-hal yang baru.
C.     Motivasi
Tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami pengetahuan yang dipelajari didalam kelas, selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin, sanggup mempertahankan pendapatnya, tidak gampang melepaskan hal yang diyakini dan bahagia mencari dan memecahkan soal-soal.
D.    Psikososial
Senang dipilih menjadi pemimpin atau ketua, disenangi oleh sobat sekelas, sanggup bekerja sama, sanggup mempengaruhi teman-temannya, mempunyai inisiatif, rasa tanggung jawab besar, percaya pada diri sendiri, gampang beradaptasi terhadap situasi di sekolah, aktif berpartisipasi dalam kegiatan social di sekolah dan senag membantu orang lain.

Menurut Dedi Supriadi, anak berbakat mempunyai karakteristik yang berbeda dengan belum dewasa normal, karakteristik anak berbakat meliputi:
1.             Memiliki kelebihan yang menonjol dalam kosa kata
2.             Memiliki informasi yang kaya
3.             Cepat menguasai materi pelajaran
4.             Cepat dalam memahami kekerabatan antar fakta
5.             Mudah memahami dalil-dalil atau formula-formula
6.             Memiliki ketajaman dalam menganalisis sesuatu
7.             Gemar membaca
8.             Peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya
9.             Bersifat kritis
10.         Memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar

Karakteristik dan sikap yang positif anak berbakat, yaitu sebagai berikut:
Karakteristik
Tingkah laris yang
1.      Belajar dengan cepat/ mudah
2.      Dapat Membaca secara insentif
3.      Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4.      Memiliki banyak informasi
5.      Memiliki perhatian yang cukup lama
6.      Memiliki rasa ingin tahu atau interes terhadap banyak sekali hal
7.      Bekerja secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri
8.      Senang mengamati
9.      Memiliki rasa humor
10.  Mengerti atau mengenal hubungan-hubungan
11.  Memiliki prestasi akademik yang tinggi
12.  Lancar dalam berbahasa
13.  Individualistik
14.  Memiliki motif intrinsik
1.      Mengingat dan menguasai fakta-fakta secara cepat
2.      Membaca banyak buku dan memakai perpustakaan pribadi
3.      Dapat mengkomunikasikan banyak sekali gagasan dengan baik
4.      Cepat memingat dan merespon
5.      Menyelesaikan tugas-tugas
6.      Banyak mengajukan pertanyaan, atau memperoleh banyak sekali gagasan
7.      Merancang sesuatu diluar tugasnya
8.      Mengenal masalah
9.      Dapat menertawakan diri sendiri
10.  Dapat memecahkan masalah-masalah sosial sendiri
11.  Dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik
12.  Memiliki perbendaharaan kata yang luas, dan sanggup mengarahkan sobat sebaya dengan cara yang positif
13.  Senang mempertahankan pendapat sendiri, dan mempunyai sedikit teman
14.  Memerlukan sedikit sumbangan guru.

Pada umumnya belum dewasa berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Hal ini disebabkan anak berbakat mempunyai superioritas intelektual, bisa dengan cepat melaksanakan analisis, dan dalam irama perkembangan yang mantap. Bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari ukuran berfikir yang normal. Selain potensi intelektual belum dewasa berbakat mempunyai keunggulan pada aspek psikologis, yang lain, yaitu emosi. Anak-anak berbakat mempunyai stabilitas emosi yang mantap sehingga mereka akan bisa mengendalikan masalah-maslah personal. Rasa tanggung jawab mereka yang tinggi serta mempunyai cita rasa humor yang tinggi pula.
Jadi ciri-ciri anak berbakat yakni anak yang berbeda dari anak normal dari aspek kecerdasan, pemahaman dalam belajar, kreativitas, motivasi, komitmen terhadap tugas, dan psikososial.

C.           Identifikasi Anak Berbakat
Untuk mengidentifikasi anak berbakat sanggup ditempuh dengan beberapa cara yaitu tes prestasi belajar, tes kecerdasan, tes kreativitas, dan nominasi (oleh guru, orang tua, sobat sebaya dan diri sendiri)
Cara lain mengidentifikasi anak berbakat yaitu memakai seni manajemen yang dikenal dengan The Generic Gipted Identification Strategy. Melalui seni manajemen ini Clark melaksanakan dua tahap yaitu penjaringan dan identifikasi. Pada tahap penjaringan dilakukan melalui nominasi (guru, orang tua, sobat sejawat dan dirinya sendiri, laporan kemampuan siswa, hasil karya siswa, pekerjaan siswa, observasi, skala/ interior atau tes integelensi kelompok). Sedangkan tahap identifikasi memakai tes intelegensi individual, tes prestasi, tes kreativitas, tes talenta seni dan lain-lain.
Di Indonesia identifikasi anak berbakat dilakukan untuk merekrut mereka menjadi akseptor acara akselarasi, atau percepatan belajar. Untuk menjaring siswa yang berkemampuan unggulan ini, Depdiknas menentukan syaratnya.

D.           Faktor-faktor Terwujudnya Bakat
Beberapa hasil penelitian pertanda bahwa belum dewasa berbakat mempunyai potensi yang unggul. Potensi ini sanggup disebabkan oleh faktor keturunan, yang dilakukan oleh hebat terhadap tingkat keceradasan. Keberbakatan anak dalam proses perkembangannya memerlukan sentuhan dari lingkungan, berupa perawatan, pengasuhan dan pendidikan.
Lingkungan merupan faktor yang juga mempengaruhi perkembangan keberbakaan anak. Melalui lingkungan anak memperoleh apa yang dibutuhkannya, termasuk peluang-peluang yang mendukung teraktualisasikan potensi yang dimilikinya. Faktor lingkungan ini diantaranya menyangkut aspek nutrisi yang dikonsumsi anak dan kenyamanan hidupnya, yang mempengaryhi perkembangan keberbakatan itu, disamping aspek yang bersifat fisik, juga kondisi lingkungan yang bersifat psikologis.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi talenta seseorang terwujud yaitu:
1.      Keadaan lingkungan seseorang. Seperti, kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial, pedesaan, dan sebagainya.
2.      Keadaan dalam diri sendiri. Seperti, minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.

E.            Jenis-jenis Bakat
Yoesoef Noesyirwan dalam Psikologi Umum menggolongkan jenis talenta atau kemampuan berdasarkan fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan berdasarkan prestasinya. Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlibat dalam banyak sekali macam prestasi, talenta sanggup dibedakan dalam :
1.      Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini yakni kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar dan fundamen bakat, menyerupai kemampuan pengindraan, ketangkasan atau ketajaman panca indra, kemampuan motoriik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan jari-jemari, tangan dan anggota badan.
2.      Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Yang dimaksud dengan talenta jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan intelegensi. Daya ingat yakni kemampuan menyimpan isi kesadaran pada satu dikala dan membawanya kembali ke permukaan pada dikala yang lain. Dalam ingatan, jiwa kita bersifat mendapatkan dan reproduktif. Daya khayal merupakan isi kesadaran yang berasala dari dunia dalam kita sendiri, berupa gambar imajinasi dan ide-ide kreatif, sehingga jiwa kita bersifat impulsif dan produktif. Adapun intelegensi yakni kemampuan beradaptasi pada keadaan dengan memakai alat pemikiran yang berbeda dengan penyesuaian diri karena kebiasaan atau sebagai jawaban latihan (drill) dan coba-coba (trial and error). Penyesuaian diri karena kebiasaan, drill, dan trial and error, bersifat mekanis, kadang kala secara kebetulan memerlukan banyak waktu. Peneyesuaian diri dengan pemikiran terjadi karena pengertian, pendapat pemahaman, pencarian makna dan hubungannya yang tampak dalam pemecahan dan penguasaan keadaan gres dari kesulitan yang dihadapinya. Intelegensi sanggup diuraikan sebagai kemampuan menangkap, memahami, menjelaskan, menguraikan, memadukan dan menyimpulkan arti kekerabatan dan sangkut paut makna. Tiap orang mempunyai isi, proses, dan cara berfikir yang berbeda satu dengan yang lainnya.
3.      Bakat-bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat-bakat yang khas atau talenta dalam pengertian yang sempit ialah talenta yang semenjak awal sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas, menyerupai talenta bahasa, talenta melukis, talenta music, talenta seni, talenta ilmu dan lain-lain. Adapun talenta beragam yang berkembang lambatlaun dari talenta produktif  kea rah yang sangat bergantung dalam keadaan di dalam dan di luar individu, menyerupai talenta filsafat, talenta hukum, talenta pendidik, talenta psikologi, talenta kedokteran, talenta ekonomi, talenta politik dan lain-lain.
4.      Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemampuan
Bakat ini berafiliasi dengan watak, menyerupai kemampuan untuk mengadakan kontak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan mencicipi atau menghayati, perasaan orang lain.

Berdasarkan sifat prestasinya, talenta sanggup digolongkan dalam :
1.      Bakat Reproduktif ialah kemampuan untuk memprodusir hasil pekerjaan orang lain dan menguraikan kembali dengan tepat pengalaman-pengalaman sendiri. Bakat ini berafiliasi bersahabat dengan daya ingat.
2.      Bakat Aplikatif ialah kemampuan memiliki, mengamalkan, mengubah dan menerangkan pendapat, buah pikiran yang berasal dari orang lain.
3.      Bakat Interpretatif ialah talenta menerangkan dan menangkap hasil pekerjaan orang lain, sehingga disamping sesuai dengan maksud penciptanya, dalam klarifikasi itu juga tampil pendapat atau pendirian pribadi.
4.      Bakat produktif ialah kemampuan membuat hal-hal yang aru berupa sumbangan dalam ilmu pengetahuan, pembangunan, dan lapangan kehidupan yang lain yang berharga.

1.      Kecerdasan Bahasa (Linguistic)
Kecerdasan linguistic yakni kemampuan seseorang untuk memakai bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun mulut dalam banyak sekali bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan/ pemikirannya. Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan memakai bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Anak-anak dengan kecerdasan linguistic yang tinggi biasanya sudah bisa dikenali semenjak kecil (usia di bawah 4 tahun), contohnya berbicara seperi orang dewasa, tertarik pada buku, gampang mengenali symbol berupa kata-kata (misalnya HONDA, SURYA, KIJANG, dsb), menguasai banyak kata-kata. Dalam perkembangan berikutnya, belum dewasa ini menyenangi kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, seperti: membaca, menulis karangan, menulis puisi, menyusun kata-kata mutiara, pengarang, penyair, wartawan, pembicara, atau pembaca berita. dsb.

2.      Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan  operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang mempunyai kecerdasan matematis logis yakni ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer
3.      Kecerdasan Spasial
Orang yang mempunyai kecerdasan spasial yakni orang yang mempunyai kapasitas dalam berfikir secara tiga  dimensi. Contoh – contoh orang yang mempunyai kecerdasan spasial  yakni pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu sanggup mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
4.      Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melaksanakan acara fisik. Contoh-contoh orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, hebat bedah, dan pengrajin.
5.      Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal yakni kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk sanggup memahami dan sanggup melaksanakan interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan sanggup dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat wacana diri sendiri dan memakai kemampuan tersebut dalam membuat planning dan mengarahkan orang lain.

8.      Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam yakni contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang mempunyai kecerdasan ini.

Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan insan menjadi tiga kelompok yaitu:
1.      Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related)  yaitu objek yang dihadapi.
2.      Kelompok  kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi  oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
3.      Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi kekerabatan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interaksi dengan orang lain.

F.            Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan anak berbakat bertujuan biar anak menguasai sistem konseptual dalam banyak sekali mata pelajaran, anak bisa membuatkan keterampilan dan seni manajemen yang memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri, keatif dan memenuhi kebutuhannya sendiri, anak harus membuatkan suatu kesenangan dan gairah mencar ilmu yang akan membawa mereka kepada kerja keras.
Menurut Depdiknas dalam Syamsu Yusuf tujuan pendidikan bagi anak berbakat yakni sebagai berikut:

1.      Tujuan Umum
a.       Memenuhi kebutuhan akseptor didik yang mempunyai karakterisitik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.
b.      Memenuhi hak asasi akseptor didik yang sesuai dengn kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
c.       Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan akseptor didik
d.      Memenuhi kebutuhan aktualisai diri pesera didik
e.       Menimbang kiprah akseptor didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran
f.       Menyiapkan akseptor didik sebagai pemimin masa depan.

2.      Tujuan Khusus
a.       Memberikan pengarahan untuk sanggup menuntaskan acara pendidikan secara cepat sesuai dengan potensinya.
b.      Meningkatkan efisien dan efektivitas proses pembelajaran akseptor didik.
c.       Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang terang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan akseptor didik secara optimal
d.      Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritulal dan emosionalnya secara seimbang.

1.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan seni manajemen pembelajaran yakni sebagai berikut.
a.         Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.    
b.        Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja membuatkan kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut menerima perhatian.
c.         Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan  produk. 
Sehubungan  dengan  itu,  M. Soleh  YAI (1996) dalam http://natiwy.blogspot.com/2012/01/makalah-anak-berbakat mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut. Modifikasi  proses  adalah  metodologi  atau  cara  guru  mengajar termasuk  cara  mempresentasikan  isi  materi  kepada  siswa  yang berorientasi  kepada  berpikir  tingkat  tinggi,  banyak  pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung kecerdikan sehat atau argumentasi, kebebasan  memilih,  interaksi  kelompok  dan  simulasi,  serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi  isi  adalah  modifikasi  dalam  materi  pembelajaran  baik berupa  ide,  konsep  maupun  fakta.  Pembelajaran  dimulai  dari  hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks, aneh dan bervariasi. Modifikasi  produk  atau  hasil  adalah  produk  kurikulum  yang  tidak dapat  dipisahkan  dari  isi  materi  dan  proses  pembelajaran  yang dikembangkan  dan  merupakan  hasil  dari  proses  yang  dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.

2.      Model Pembelajaran
Pendidikan bagi anak berbakat sanggup dilaksanakan dengan banyak sekali model, menyerupai akselarasi, pengayaan dan pengelompokan berdasarkan kemampuan.
a.         Model Akselarasi atau percepatan
Akselarasi tidah hanya diartikian sebagai cara untuk mempercepat penyelesaian studi biar lulus lebih awal, tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan mencar ilmu siswa berbakat biar meningkatkan produktivitas, efisiensi dan evektivitas mencar ilmu mereka, percepatan yang terjadi dalam mencar ilmu tanpa intervensi pendidikan dan mengurangi kebosanan atau kejenuhan dalam belajar.
Model akselarasi sanggup dilaksanakan dalam banyak sekali bentuk, meliputi:


1)      Loncat kelas
Usia mental para anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya, maka gampang timbul perasaan tidak puas mencar ilmu bersama dengan belum dewasa seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju daripada belum dewasa seumurnya misal aspek sosial. Akan tetapi cara percepatan dengan meloncat anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya masalah-masalah penyesuaian, baik di sekolah, dirumah maupun dilingkungan sosialnya. Kecuali norma yang digunakan yakni norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri.
2)      Percepatan melalui pelayanan individual
Cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri. Kesulitannya ialah pengaturan andsminitrasi sekolah yang mencakup pengaturan-pengaturan tenaga pengajar karena hanya menawarkan pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan akan timbul kesulitan dalam penyesuai diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman sebaya.

3)      Mengikuti pembelajaran di kelas yang lebih tinggi
Siswa mempunyai peluang untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang diprogramkan di kelas yang lebih tinggi. Pelung yang diberikan itu sanggup mempercepat penyelesaian studi siswa.

b.        Model Pengayaan
Melayani siswa yang mempunyai kemampuan unggul, sanggup dilakukan dengan acara pengayaan yaitu menawarkan tugas-tugas pelengkap yang relevan dengan bidang studi yang diterimanya. Model pengayaan ini sanggup memenuhi harapan atau kebutuhan siswa dalam membuatkan kemampuan intelektualnya, dengan tidak memisahkan mereka dari teman-teman sekelasnya.

c.         Model Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan
Siswa yang diidentifikasi berbakat dari semua tingkat kelas yang sama disuatu sekolah dikelompokan ke dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdapat lima atau delapan anak. Jika lebih dari delapan anak sebaiknya mereka dikelompokan menjadi dua kelompok. Setiap kelompok dibimbing oleh guru yang mempunyai kemampuan atau keterampilan khusus untuk mengajar atau membimbing para siswa yang berkemampuan luar biasa.

Terdapat pula model atau sistem penyelenggaraan pendidikan bagi anak berbakat atau cemerlang adalah:
a.         Sekolah khusus
Dari sudut manajemen sekolah gampang diatur. Namun dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa. Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan karena kurangnya kemungkinan anak untuk mendefinisikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melaui pergaulan, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan gampang merasa sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan.

b.        Kelas khusus
Pada model ini kurikulum dibentuk khusus demikian pula dengan guru-gurunya. Keuntungannya ialah gampang mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaiakan suatu mata pelajaran bisa diadaptasi dengan keadaan dan kebutuhan anak. Kerugia akan terjadi pada anak-ana normal yang sebaya, sehingga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan. Karena dalam kenyataannya ia berada dalam kelas yang eksekutif, tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.

c.         Kelas terintegrasi
Cara ini bisa dilakukan di setiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan sehabis itu memperoleh pelajaran pelengkap dikelas khusus.
Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berafiliasi dengan kemampuan khusus ditambah. Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan model terintegrasi atau inklusi yakni bagaimana menawarkan perhatian kepada setiap individu anak dalam setting kelas yang relatif bermacam-macam kemampuannya. Implikasi dari penerapan model ini yakni perlunya kurikulu yang fleksibel atau berdiferensi, yang bisa mengakomodasi belum dewasa normal maupun berbakat, dan guru-guru mempunyai kesiapan atau kemampuan untuk melayani siswa yang mempunyai keragaman karakterisitik tersebut.
Kerugian yang mungkin dialami anak:
1)             Berkurangnya waktu untuk melaksanakan kegiatan lain yang diharapkan untuk meperkembangkan aspek kpribadiannya, misal pergaulan, olah raga dan kesenian.
2)             Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan pada belum dewasa yang masih kecil, kemungkinan mengganggu teman-temannya bertambah.
3)             Dikelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk membuatkan aspek-aspek kepribadiannya. Keuntungan lain jumlah jam mencar ilmu yang cukup usang di kelas khusus masih memperoleh kesempatan bersaing dengan teman-temannya yang mempunyai potensi berbeda.

Ohio Association for Gifed Children mengajukan beberapa alternatif wacana acara pendidikan anak berbakat, sebagai berikut:
a.         Akselarasi
b.        Loncat kelas
c.         Pengelompokan khusus
d.        Curriculum Compating
e.         Kurikulum Berdiferensi
f.         Pengayaan
g.        Post-Scondary Enrollment Option
h.        Pull out program
i.          Resource Room/ Area
j.          Selft Containned Classroom

Alternatif wacana acara pendidikan anak berbakat yakni sebagai berikut:
a.         Akselarasi (acceleration)
b.        Loncat kelas (advanced Placement)
c.         Pengelompokan khusus
d.        Curriculum Chompacting
e.         Kurikulum berdiferensi
f.         Pengayaan
g.        Post-Secondary Enrollment
h.        Pull-out Program
i.          Resource room/ Area
j.          Selft-Contained Classroom

3.      Evaluasi Pembelajaran
Proses  evaluasi  pada  anak  berbakat  tidak  berbeda  dengan  anak  pada umumnya,  namun  karena  kurikulum  atau  program  pelajaran  anak  berbakat berbeda dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan penilaian yang sesuai dengan keadaan tersebut.
Tujuan penilaian yakni untuk mengetahui ketuntasan mencar ilmu anak berbakat. Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan, 1992 dalam http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/teori-kecerdasan-ganda-dan-penerapannya-dalam-kegiatan-pembelajaran/ , keberbakatan meliputi:
1.      Kecerdasan Bahasa (Linguistic)
Kecerdasan linguistic yakni kemampuan seseorang untuk memakai bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun mulut dalam banyak sekali bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan/ pemikirannya. Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan memakai bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Anak-anak dengan kecerdasan linguistic yang tinggi biasanya sudah bisa dikenali semenjak kecil (usia di bawah 4 tahun), contohnya berbicara seperi orang dewasa, tertarik pada buku, gampang mengenali symbol berupa kata-kata (misalnya HONDA, SURYA, KIJANG, dsb), menguasai banyak kata-kata. Dalam perkembangan berikutnya, belum dewasa ini menyenangi kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, seperti: membaca, menulis karangan, menulis puisi, menyusun kata-kata mutiara, pengarang, penyair, wartawan, pembicara, atau pembaca berita. dsb.

2.      Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan  operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang mempunyai kecerdasan matematis logis yakni ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer
3.      Kecerdasan Spasial
Orang yang mempunyai kecerdasan spasial yakni orang yang mempunyai kapasitas dalam berfikir secara tiga  dimensi. Contoh – contoh orang yang mempunyai kecerdasan spasial  yakni pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu sanggup mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
4.      Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melaksanakan acara fisik. Contoh-contoh orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, hebat bedah, dan pengrajin.
5.      Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal yakni kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk sanggup memahami dan sanggup melaksanakan interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan sanggup dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat wacana diri sendiri dan memakai kemampuan tersebut dalam membuat planning dan mengarahkan orang lain.

8.      Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam yakni contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang mempunyai kecerdasan ini.

Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan insan menjadi tiga kelompok yaitu:
1.      Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related)  yaitu objek yang dihadapi.
2.      Kelompok  kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi  oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
3.      Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi kekerabatan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interaksi dengan orang lain.

F.            Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan anak berbakat bertujuan biar anak menguasai sistem konseptual dalam banyak sekali mata pelajaran, anak bisa membuatkan keterampilan dan seni manajemen yang memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri, keatif dan memenuhi kebutuhannya sendiri, anak harus membuatkan suatu kesenangan dan gairah mencar ilmu yang akan membawa mereka kepada kerja keras.
Menurut Depdiknas dalam Syamsu Yusuf tujuan pendidikan bagi anak berbakat yakni sebagai berikut:

1.      Tujuan Umum
a.       Memenuhi kebutuhan akseptor didik yang mempunyai karakterisitik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.
b.      Memenuhi hak asasi akseptor didik yang sesuai dengn kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
c.       Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan akseptor didik
d.      Memenuhi kebutuhan aktualisai diri pesera didik
e.       Menimbang kiprah akseptor didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran
f.       Menyiapkan akseptor didik sebagai pemimin masa depan.

2.      Tujuan Khusus
a.       Memberikan pengarahan untuk sanggup menuntaskan acara pendidikan secara cepat sesuai dengan potensinya.
b.      Meningkatkan efisien dan efektivitas proses pembelajaran akseptor didik.
c.       Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang terang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan akseptor didik secara optimal
d.      Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritulal dan emosionalnya secara seimbang.

1.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan seni manajemen pembelajaran yakni sebagai berikut.
a.         Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.    
b.        Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja membuatkan kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut menerima perhatian.
c.         Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan  produk. 
Sehubungan  dengan  itu,  M. Soleh  YAI (1996) dalam http://natiwy.blogspot.com/2012/01/makalah-anak-berbakat">https://mataseluruhdunia1010.blogspot.com//search?q=24/teori-kecerdasan-ganda-dan-penerapannya-dalam-kegiatan-pembelajaran/">http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/teori-kecerdasan-ganda-dan-penerapannya-dalam-kegiatan-pembelajaran/ , keberbakatan meliputi:
1.      Kecerdasan Bahasa (Linguistic)
Kecerdasan linguistic yakni kemampuan seseorang untuk memakai bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun mulut dalam banyak sekali bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan/ pemikirannya. Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan memakai bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Anak-anak dengan kecerdasan linguistic yang tinggi biasanya sudah bisa dikenali semenjak kecil (usia di bawah 4 tahun), contohnya berbicara seperi orang dewasa, tertarik pada buku, gampang mengenali symbol berupa kata-kata (misalnya HONDA, SURYA, KIJANG, dsb), menguasai banyak kata-kata. Dalam perkembangan berikutnya, belum dewasa ini menyenangi kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, seperti: membaca, menulis karangan, menulis puisi, menyusun kata-kata mutiara, pengarang, penyair, wartawan, pembicara, atau pembaca berita. dsb.

2.      Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan  operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang mempunyai kecerdasan matematis logis yakni ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer
3.      Kecerdasan Spasial
Orang yang mempunyai kecerdasan spasial yakni orang yang mempunyai kapasitas dalam berfikir secara tiga  dimensi. Contoh – contoh orang yang mempunyai kecerdasan spasial  yakni pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu sanggup mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
4.      Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melaksanakan acara fisik. Contoh-contoh orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, hebat bedah, dan pengrajin.
5.      Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal yakni kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk sanggup memahami dan sanggup melaksanakan interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan sanggup dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat wacana diri sendiri dan memakai kemampuan tersebut dalam membuat planning dan mengarahkan orang lain.

8.      Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam yakni contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang mempunyai kecerdasan ini.

Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan insan menjadi tiga kelompok yaitu:
1.      Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related)  yaitu objek yang dihadapi.
2.      Kelompok  kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi  oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
3.      Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi kekerabatan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interaksi dengan orang lain.

F.            Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan anak berbakat bertujuan biar anak menguasai sistem konseptual dalam banyak sekali mata pelajaran, anak bisa membuatkan keterampilan dan seni manajemen yang memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri, keatif dan memenuhi kebutuhannya sendiri, anak harus membuatkan suatu kesenangan dan gairah mencar ilmu yang akan membawa mereka kepada kerja keras.
Menurut Depdiknas dalam Syamsu Yusuf tujuan pendidikan bagi anak berbakat yakni sebagai berikut:

1.      Tujuan Umum
a.       Memenuhi kebutuhan akseptor didik yang mempunyai karakterisitik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.
b.      Memenuhi hak asasi akseptor didik yang sesuai dengn kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
c.       Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan akseptor didik
d.      Memenuhi kebutuhan aktualisai diri pesera didik
e.       Menimbang kiprah akseptor didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran
f.       Menyiapkan akseptor didik sebagai pemimin masa depan.

2.      Tujuan Khusus
a.       Memberikan pengarahan untuk sanggup menuntaskan acara pendidikan secara cepat sesuai dengan potensinya.
b.      Meningkatkan efisien dan efektivitas proses pembelajaran akseptor didik.
c.       Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang terang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan akseptor didik secara optimal
d.      Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritulal dan emosionalnya secara seimbang.

1.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan seni manajemen pembelajaran yakni sebagai berikut.
a.         Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.    
b.        Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja membuatkan kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut menerima perhatian.
c.         Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan  produk. 
Sehubungan  dengan  itu,  M. Soleh  YAI (1996) dalam http://natiwy.blogspot.com/2012/01/makalah-anak-berbakat mengemukakan bahwa instrumen dan mekanisme yang digunakan  mengacu pada ketuntasan mencar ilmu yakni pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan mencar ilmu seseorang. Model pengukuran menyerupai tersebut di atas yakni pengukuran teladan kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada pengukuran teladan norma yang membandingkan keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil final yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga menawarkan keterangan mengenai  taraf  kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya.

G.           Permasalahan yang Dapat Terjadi pada Anak Berbakat
Kerentanan (vulnerability) anak berbarkat terletak dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan ketegangan emosional dan konflik sosial yang memerlukan tingkat penyesuaian yang tinggi biar tidak mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka bisa memakai kekuatan intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif. Namun, sebagian dari mereka kurang berhasil dalam penyesuaian diri ini disebabkan oleh konflik yang mereka alami.
Menurut Utami Munandar, 2009 mengemukaakn ada tiga faktor yang mengakibatkan anak berbakat dalam keadaan rentan merupakan ciri kepribadian yang sanggup menimbulkan kesulitan, mengakibatkan ketegangan bagi anak berbakat yaitu:
1.      Karakteristik kepribadian yang mengakibatkan kerentanan anak berbakat ialah:
a.       Perfeksionisme
Dorongan dalam untuk mencapai kesempurnaan membuat siswa berbakat tidak putus asa dengan prestasinya yang tidak sanggup memenuhi tujuan-tujuan pribadinya. Dorongan akan kesempurnaan ini sanggup mengakibatkan anak berbakat hanya mau menentukan kegiatan tertentu jikalau ia yakin akan bisa berhasil. Kritik terhadap diri sendiri yang berlebih dan taraf aspirasi yang tidak realitis membuat banyak anak berbakat diliputi rasa tidak mampu.
b.      Kepekaan yang hiperbola (supersensitivity)
Sistem saraf yang super sensitif dari anak berbakat membuatnya lebih peka dalam pengamatan, menanggapi dirinya dan lingkungannya secara analitis dan kritis, sehingga ia menjadi gampang tersinggung dan diliputi perasaan menyerupai dikucilkan. Anak kecil yang berbakat sering digambarkan sebgai anak yang hiperraktif dan perhatiannya gampang beralih
c.       Kurang keterampilan sosial
ada anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungn sosialnya, mereka lebih banyak menyendiri dan sanggup dihinggapi rasa kesendirian dn kesunyian. Di lain pihak ada pula anak berbakat yang ingin terkenal dan menjadi pimpinan, hal ini sanggup mengarah kekecenderungan untuk mendominasi kelompoknya.
Sosialisasi dini dari anak berbakat sagat penting bagi perkembangan mereka sebagai pemimpin masa depan. Mereka memerlukan bimbingan orang cukup umur untuk membantu mereka mencar ilmu bagaimana berperanserta sebagai anggota kelompok, disamping juga memenuhi kebutuhan pribadi mereka.

2.      Kondisi lingkungan yang sanggup menyulitkan anak berbakat ialah:
a.       Isolasi sosial
Karena kurang memahami ciri-ciri dan kebutuhan anak berbakat, orang cukup umur dalam sikap dan sikap mereka sanggup memperlihatkan sentimen atau penolakan terhadap anak berbakat.
Demikian pula kelompok sebaya sanggup memberi tekanan terhadap anggota kelompokyang menyimpang dari mayoritas, yang kreatif dan berbakat. Kondisi ini sanggup mengakibatkan anak berbakat mengalami isolasi sosial.
b.      Harapan yang tidak realistis
Harapan atau tuntutan yang tidak realistis terhadap anak berbakat dari pihak orang renta atau orang cukup umur lainnya sanggup terjadi karena dua hal:
1)        Kecenderungan untuk menggeneralisasi sehingga anak berbakat diharapkan/dituntut menonjol dalam semua bidang.
2)        Pelibtan ego orang renta atau guru terhadap keberhasilan anak (ingin merasa gembira atas prestasi anak)
c.       Tidak tersedia pelayanan pendidikan yang sesuai
Ketidakpedulian terhadap kebutuhan anak berbakat dan penolakan terhadap hak-hak mereka mengakibatkan masyarakat kurang menawarkan kesempatan pendidikan yang sesuai bagi anak berbakat. Akibat dari keterlantaran ini ialah bahwa siswa berbakat harus menuntaskan pendidikan formal mereka dalam sekolah yang lebih menekankan konformitas terhadap “yang rata-rata”. Dalam iklim sosial ini anak “berbeda”, hal ini sanggup mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan mentalnya maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangannya secara menyeluruh.

Dapat pula dikategorikan menjadi 2, yaitu internal problem dan eksternal problem.
Internal Problems
1.      Univen Development
2.      Perr Relations
3.      Excessive Self-Criticsm
4.      Perfectionism
5.      Avoidance of risk-Taking
6.      Multipotentiality
7.      Gifted Children with Disabilities

Exsternal Problems
1.      School culture and Norms
2.      Expectation by Others
3.      Perr Relations
4.      Depression
5.      Family Relations

Terkait dengan dilema anak berbakat Ohio’s State Board of Education telah melaksanakan penelitian, yang risikonya memperlihatkan bahwa
1.      banyak anak berbakat mengalami “drop out” dari sekolah, karena tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang dibutuhkan,
2.      anak berbakat yang tidak mendapatkan tantangan, atau stimulasi yang sanggup membuatkan potensinya cenderung kurang siap mendapatkan tantangan, tugas-tugas sekolah yang lebih tinggi
3.      85% anak berbakat mengalami “underaciver” karena mereka tidak memperoleh layanan pendidikan yang diharapkan, dan
4.      Mereka sering mengalami rasa bosan, kurang bersemangat, frustasi, rasa marah, dan merasa kurang berharga.

Terdapat pula permasalahan anak berbakat yaitu:
1.      Kemampuan berpikir kritis sanggup mengarah ke arah sikap
2.      Meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;
3.      Pemberian Label/ sebutan pada anak berbakat bahwa dirinya berbakat sanggup menimbulkan harapan terhadap kemampuan anak dan sanggup menimbulkan beban mental pada dirinya dan kadang mengakibatkan frustasi.
4.      Resiko dan tekanan yang menyertai potensi intelegensi tinggi dan sering mengarahkan anak yang berpotensi tinggi untuk menjadi anak yang bersikap defensif.
5.      Kemampuan kreatif dan minat untuk melaksanakan hal-hal yang baru, bisa mengakibatkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;
6.      Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, sanggup menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya;
7.      Kepekaan yang tinggi, sanggup membuat mereka menjadi gampang tersinggung atau peka terhadap kritik;
8.      Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, sanggup membuat kurang sabar dan kurang empati jikalau tidak ada kegiatan atau jikalau kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;
9.      Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk sanggup menjajaki dan membuatkan minatnya;
10.  Keinginan mereka untuk sanggup berdiri diatas kaki sendiri dalam mencar ilmu dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, sanggup menimbulkan konflik karena tidak gampang beradaptasi atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau temantemannya.
11.  Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;
12.  Sikap hirau tak hirau dan malas, sanggup timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.

H.           Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Anak Berbakat
1.      Penerapan Kurikulum Berdiferensi
Penerapan model pendidikan siswa berbakat yang terintegrasi dalam kelas yang reguler/ normal disamping mempunyai banyak laba bagi perkembangan psikologi dan sosial anak, tetapi juga menghadapi hal yang rumit, yaitu perlunya menawarkan perhatian secara berbeda melalui “pengajaran yang diindividualisasikan” yaitu setting kelas tetapi perhatian diberikan kepada setiap individu anak.
Implikasi dari kondisi tersebut untuk penyelenggaraan siswa berbakat diharapkan penerapan kurikulum berdiferensi, yang sanggup mengakomodasi para siswa yang normal maupun yang cemerlang. Dengan demikian, kurikulum pendidikan seyogyanya sanggup mengakomodasi dimensi vertikal maupun horisontal. Secara vertikal, belum dewasa cerdas harus dimungkinkan untuk menuntaskan pendiikannya lebih cepat. Secara horisontal, disediakan acara pengayaan dimana siswa cemerlang dimungkinkan untuk mendapatkan materi tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber mencar ilmu tambahan.
Menurut Conny S ada beberapa materi yang harus menjadi landasan utama dalam membuatkan kurikulum berdiferensi yang berkenaan dengan materi, keterampilan, pengembangan pikiran, dan sikap yang harus dicapai.
Mengenai materi, isi kurikulum harus mempusatkan dan mengkoordinasi ide dan dilema serta tema yang lebih luas, rumit dan mendalam, yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan secara melintang dengan sistem pemikiran.
a.       Keterampilan Mental
1)        Pengembangan kurikulum harus menawarkan pengalaman mencar ilmu sehingga anak mempunyai pikiran yang terorganisasikan. Caranya ialah dengan memasukan konsep generalisasi, prinsip dan teori yang berarti, yang berkaitan dengan maslah nyata yang menarik bagi dirinya ke dalam proses berfikir.
2)        Pengembangan kurikulm harus menampilkan ide dan teori masa lalu, masa yang akan tiba serta masa kini untuk memperluas pemahaman yang lebih mendalam terhadap banyak sekali sistem dan nilai, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif dan afektif yang lebih tinggi.
3)        Pengembangan kurikulum harus menerapkan pengetahuan pada tingkat ganda dan pengertian dalam banyak sekali situasi dan insiden secara beragam. Memperluas cara berfikir, mencari jawaban terhadap banyak sekali insiden harus diselenggarakan dalam pengalaman belajar.
4)        Pengembangan kurikulum harus menawarkan kesempatan untuk memperoleh dan menerapkan mencar ilmu secara mendasar.
5)        Kondisi lingkungan harus menumbuhkan wangsit turunan orisinal terhadap banyak sekali masalah.
6)        Kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang dijabarkan dari disiplin yang satu ke bidang lain harus diadakan dalam banyak sekali situasi mencar ilmu dengan banyak sekali kemungkinan yang terbuka.
b.      Penerapan berfikir produktif
1)        Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkonseptualkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan ke dalam bentuk inovatif dengan perspektif bermakna dalam banyak sekali mata pelajaran. Guru harus mempersiapkan materi pemerkaya akseptor didik.
2)        Pengembangan keterampilan banyak sekali bentuk berkomunikasi.
c.       Pengembangan sikap
1)        Kesempatan menjelajah rintisan ilmu pengetahuan dengan kemungkinan menyatakan pendapatnya melalui banyak sekali media.
2)        Kesempatan pengembangan metode dan keterampilan musyawarah serta konsesus terhadap perbedaan, pembagian terstruktur mengenai dilema melalui banyak sekali kemungkinan.
3)        Memahami peranan persepsi dalam penafsiran isu dan cara pengembangan pendapat pribadi serta pernyataannya dalam hal-hal yang dalam acara khusus harus diberikan peluang untuk ditumbuhkan.

2.      Penciptaan Lingkungan yang Kondusif
Penyelenggaraan pendidikan anak berbakat perlu didukung oleh penciptaan lingkungan mencar ilmu yang kondusif, yang memfasilitasi dn menawarkan peluang-peluang bagi anak dalam membuatkan potensinya.  Gallagher mengemukakan beberapa hal yang terkait dengan upaya membuat lingkungan mencar ilmu yang aman bagi anak barbakat, yaitu:
a.       Memberikan acara pengayaan
b.      Menugaskan “guru konsultan”
c.       Menyediakan ruang sumber
d.      Menggunakan mentor
e.       Memberikan latihan kepada anak untuk melaksanakan studi mandiri
f.       Menyediakan kelas-kelas khusus terhadap minat siswa



3.      Penempatan guru yang kualified
Salah satu faktor yang sangat berarti bagi keberhasilan penyelengara pendidikan anak berbakat yakni guru. Guru yang dipandang cocok bagi pendidikan anak berbakat, yakni yang mempunyai karakeristik sebagai berikut:
a.       Memiliki kemampuan berfikir logis, rasional dan produktif
b.      Memiliki kreativitas yang tinggi
c.       Memiliki pengalaman mencar ilmu yang bermakna
d.      Memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik mulut maupun tulis
e.       Memiliki pemahaman konsep wacana kebermaknaan
f.       Memiliki keterampilan dalam menerapkan banyak sekali metode pembelajaran secara efektif
g.      Memiliki wawasan yang luas wacana banyak sekali aspek kehidupan, terutama yang terkait dengan materi-materi yang diajarkan kepada anak
h.      Memiliki komitmen yang kuat terhadap kiprah yang diembannya
i.        Memiliki kemampuan untuk membuatkan dan mengevaluasi acara pendidikan anak berbakat
j.        Memiliki pemahaman wacana kurikulum berdiferensi dan langkah-langkah pengembangannya
k.      Memiliki pemahaman wacana konsep bimbingandan bisa menerapkannya
l.        Menguasai teknologi inforasi yang menunjang tugasnya dalam mengajar anak berbakat.

I.              Pihak yang Berperan pada Anak Berbakat
1.      Peran Guru
a.       Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang mencar ilmu tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya, guru pun perlu mempunyai pengertian wacana keterbakatan.
b.      Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan mencar ilmu sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
c.       Guru anak berbakat hendaknya lebih banyak menawarkan tantangan daripada tekanan
d.      Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil mencar ilmu siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
e.       Guru anak berbakat lebih baik menawarkan umpan balik daripada penilaian
f.       Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif seni manajemen belajar
g.      Guru hendaknya sanggup membuat suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.

2.      Peran Orang Tua
Orang renta memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak berbakat istimewa :
a.       Memahami konsep keberbakatan istimewa
b.      Perlu dipahami bahwa anak yang mempunyai potensi berbakat istimewa memerlukan dorongan psikologis maupun materil yang berbeda maka pengasuhannya diharapkan diadaptasi dengan karakteristik yang dimilikinya.
c.       Membuat komunikasi dengan pihak sekolah dalam membuatkan pendidikan bagi anaknya.
d.      Mengembangkan lingkungan yang aman dalam proses pendidikan anak berbakat istimewa.

3.      Masyarakat
Suatu masyarakat yang berdasarkan pada aturan yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis baik bagi warga negaranya, merupakan lingkungan yang aman untuk pertumbuhan kreatifitas. Terdapat sembilan faktor sosiokultural yang kreatif.
a.              Tersedianya sarana kebudayaan
b.             Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
c.              Penekanan pada “becoming” (menjadi) bukan sekedar hanya pada “being” (sekedar ada)
d.             Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi
e.              Timbulnya kebebasan sehabis pengalaman tekanan dan tindakan keras
f.              Keterbukaan terhadap kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontras.
g.             Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
h.             Adanya interaksi antara individu-individu yang berpengaruh
i.               Adanya insentif, penghargaan, atau hadiah
Selain itu sangat dibutuhkan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapt bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, contohnya dengan memandu dan memupuk minat anak.  Perlu diadakan pertemuan terencana antara guru-guru yang membimbing anak berbakat dengan orangtua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan anak.
Program-program kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat bisa dimanfaatkan untuk membuatkan talenta anak, misalnya: mencar ilmu musik, menari, drama, ilmu, dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
1.      Pengertian anak berbakat yakni anak yang mempunyai kemampuan yang lebih menonjol dari aspek intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.
2.      Ciri-ciri anak berbakat yakni anak yang berbeda dari anak normal dari aspek kecerdasan, pemahaman dalam belajar, kreativitas, motivasi, komitmen terhadap tugas, dan psikososial.
3.      Mengidentifikasi anak berbakat sanggup ditempuh dengan beberapa cara yaitu tes prestasi belajar, tes kecerdasan, tes kreativitas, dan nominasi (oleh guru, orang tua, sobat sebaya dan diri sendiri)
4.      Faktor –faktor yang mempengaruhi terwujudnya talenta yaitu keadaan lingkungan dan keadaan diri sendiri.
5.      Jenis-jenis Kecerdasan yaitu  kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related),  kelompok  kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, dan kelompok kecerdasan yang dipengaruhi kekerabatan dengan orang lain (person related).
6.      Strategi pembelajaran diadaptasi dengan anak berbakat, model pendidikan anak berbakat antara lain akselarasi atau percepatan, model pengayaan, model pengelompokan berdasarkan kemampuan, sekolah khusus, kelas khusus, dan kelas terintegrasi, dan penilaian melalui teladan criteria serta teladan norma.
7.      Beberapa permasalahan yang sanggup terjadi pada anak berbakat istimewa
8.      Prinsip penyelenggaraan pendidikan anak berbakat yakni penerapan kurikulum berdiferensi, penciptaan lingkungan yang kondusif, dan penempatan guru yang kualified.
9.      Pihak yang berperan pada anak berbakat yakni kiprah guru dan kiprah orang renta dan masyarakat.
B.            Saran
Anak berbakat merupakan potensi lebih yang dimiliki oleh anak yang perlu dikembangkan. Pengembangan anak berbakat perlu dilakukan oleh dunia pendidikan yang lebih bermutu biar potensi-potensi luar biasa sanggup tergali secara maksimal.

File Word Dapat diunduh  DI SINI
Buat lebih berguna, kongsi: