BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia pendidikan ketika ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya penemuan teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan insan dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang sanggup dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan yaitu dunia kerja, baik sektor formal maupun sektor non formal”.
Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya insan sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya insan yang dimiliki. Upaya tersebut sanggup dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu forum pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk mempunyai keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan penerima didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan bisa berbagi sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang bisa bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan mempunyai kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kehadiran Sekolah Menengah kejuruan kini ini semakin didambakan masyarakat khususnya masyarakat yang berkecimpung pribadi dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang mempunyai keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
Gambaran ihwal kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas berdasarkan ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas berdasarkan ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan penerima didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan penerima didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.
Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik mempunyai huruf yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan kiprah pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum Sekolah Menengah kejuruan yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok Produktif.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir mengenai inspirasi kurikulum hingga bagaimana pelaksanaannya di sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek dalam mekanisme pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek kegiatan kurikulum yang terdiri atas empat dimensi yang saling bekerjasama satu terhadap yang lain, yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu inspirasi atau konsepsi, (2) Kurikulum sebagai suatu planning tertulis, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) dan (4) Kurikulum sebagai suatu hasil belajar.
Kurikulum yang diimplementasikan di Sekolah Menengah kejuruan ketika ini, khusus untuk kelompok produktif masih memakai kurikulum tahun 2004, sedangkan untuk kelompok normatif dan adaptif sudah memakai model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi kurikulum ini menuntut kreativitas guru di dalam memperlihatkan pengalaman berguru yang sanggup meningkatkan kompetensi penerima didik, alasannya yaitu betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada jadinya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan acara dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum.
Pendidikan dan pembinaan di SMK; khususnya pada jadwal produktif yang sesuai dengan bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang bisa memperlihatkan pengalaman berguru kepada penerima didik di dalam penguasaan kompetensi atau kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industri. Pendekatan pembelajaran tersebut terdiri dari : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini diharapkan bisa memperlihatkan pengalaman berguru kepada penerima didik di dalam penguasaan seluruh kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka bisa mengikuti uji level pada setiap selesai semester untuk Kelas X dan XI serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilaksanakan oleh pihak industri sebagai inatitusi pasangan.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Pendidikan Kejuruan?
2. Bagaimana landasan Pendidikan Kejuruan?
3. Apakah Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan?
4. Bagaimana Karakteristik Pendidikan Kejuruan?
5. Bagaiamana Prinsip Pendidikan Kejuruan?
6. Apakah jenis Pendidikan Kejuruan?
7. Apa Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Kejuruan?
8. Bagaimana Contoh Sekolah Kejuruan di Indonesia?
9. Apa Tuntutan perkembangan Pendidikan Kejuruan?
10. Adakah Hambatan Pendidikan Kejuruan?
11. Bagaimana Penampilan Sekolah Pendidikan Kejuruan Masa Depan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pendidikan Kejuruan
2. Mengetahui landasan Pendidikan Kejuruan
3. Mengetahui Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan
4. Mengetahui Karakteristik Pendidikan Kejuruan
5. Mengetahui Prinsip Pendidikan Kejuruan
6. Mengetahui jenis Pendidikan Kejuruan
7. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Kejuruan
8. Mengetahui bagaimana Contoh Sekolah Kejuruan di Indonesia
9. Mengetahui Tuntutan perkembangan Pendidikan Kejuruan
10. Mengetahui Hambatan Pendidikan Kejuruan
11. Mengetahui bagaimana Penampilan Sekolah Pendidikan Kejuruan Masa Depan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Kejuruan
Beberapa pendapat ihwal pengertian pendidikan kejuruan dari beberapa hebat antara lain, pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai “vocational educational is simply training for skills, training the hands” (Vocational Instructional Service, 1989). Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu keterampilan, yaitu keterampilan tangan. Pada periode kesembilan belas dimunculkan konsep gres ihwal pendidikan kejuruan, yaitu dengan dimasukkannya pendidikan kejuruan ke dalam pemberdayaan profesional, menyerupai halnya hukum, profesi, kedokteran, keperawatan dan profesional lainnya. Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan yaitu pendidikan non akademis yang berorientasi pada prakik-praktik dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya.
Sedangkan berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan yaitu pendidikan menengah yang mempersiapkan penerima didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan yaitu pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih insan biar mempunyai kebiasaan bekerja untuk sanggup memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga sanggup dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya.
Memahami pendapat di atas sanggup diketahui bahwa pendidikan kejuruan bekerjasama dengan mempersiapkan seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pembinaan potensi tenaga kerja. Hal ini meliputi banyak sekali bentuk pendidikan, pelatihan, atau pembinaan lebih lanjut yang dibuat untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki atau melanjutkan pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah. Dari beberapa pendapat di atas sanggup disimpulkan pendidikan kejuruan yaitu belahan dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan bisa berbagi potensi dirinya dalam mengadopsi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya cita-cita sukses dalam karirnya sepanjang hayat. Dengan kesungguhan dalam mengikuti pendidikan kejuruan maka para lulusan kelak sanggup menjadi insan yang bermartabat dan mandiri.
B. Landasan Pendidikan Kejuruan
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945.
a. UUD 1945 mengamanatkan kepada pemerintah melalui perjuangan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta sopan santun mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang.
b. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15, menjelaskan bahwa Sekolah Menengah kejuruan merupakan “pendidikan menengah yang mempersiapkan penerima didik terutama dalam bidang pekerjaan tertentu”. Dan Pasal 38 yang menyatakan bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan pemerintah melalui BSNP.
c. Kepmendikbud No. 323/U/1997 ihwal Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda di SMK.
d. PP No. 19 Tahun 2005 ihwal Standar Nasional Pendidikan.
e. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 ihwal Standar Isi.
f. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 ihwal Standar Kompetensi Kelulusan.
g. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 ihwal Pedoman Pelaksanaan
h. Permendiknas No. 22 dan No. 23 ihwal Standar Isi dan Standar Kelulusan
i. Ketentuan-ketentuan lain yang bekerjasama dengan penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan di SMK.
2. Landasan Filosofis
Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus berbagi keberadaan insan untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang lain menyerupai ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral.
Filosofi memandang pendidikan kejuruan sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas penyiapan orang untuk bekerja atau mandiri, maka menuntut adanya jenis pendidikan yang sanggup menyediakan banyak sekali alternatif pilihan itu, dan untuk hal tersebut yang paling sempurna yaitu pendidikan kejuruan itu sendiri.
Oemar Hamalik (1990) dalam http://ismailmajid.wordpress.com/2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-pendidikan-teknologi-kejuruan/ memberikan 16 butir dalil sebagai falsafah pendidikan kejuruan yaitu:
a. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi nyata dimana lulusan akan bekerja.
b. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan kiprah atau jadwal seusai dengan apa yang dikerjakan kelak. Demikian pula fasilitas atau peralatan beserta proses kerja dan operasionalnya dibuat sama dengan kondisi nyata nantinya.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif bilmana latihan dan kiprah yang diberikan secara pribadi dan spesifik (dalam arti mengerjakan benda kerja sesungguhnya, bukan sekedar tiruan).
d. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana dalam latihan kerja atau dalam pengerjaan kiprah sudah dibiasakan pada kondisi nyata nantinya.
e. Pendidikan kejuran akan efektif bilamana program-program yang disediakan yaitu banyak dan bervariasi meliputi semua profesi serta bisa dimanfaatkan atau ditempuh oleh penerima didik.
f. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan secara berulang kali hingga diperoleh penguasaan yang memadai bagi penerima didik.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif bila para guru dan instrukturnya berpengalaman dan bisa mentransfer kepada penerima didik.
h. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana bisa memperlihatkan bekal kemampuan minimal yang dibutuhkan dunia kerja (sebagai standar minimal profesi), sehingga gampang adaptif dan gampang pengembangannya.
i. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila memperhatikan kondisi pasar kerja.
j. Proses pemantapan berguru dan latihan penerima didik dalam pendidikan kejuruan akan efektif apabila diberikan secara proporsional.
k. Sumber data yang dipergunakan untuk menentukan jadwal pendidikan didasarkan atas pengalaman nyata pekerjaan di lapangan.
l. Pendidikan kejuruan memberikan jadwal tertentu yang fundamental sebagai dasar kejuruannya serta jadwal lain sebagai pengayaan atau pengembangannnya.
m. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila sebagai forum pendidikan yang menyiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja tertentu dan dalam waktu tertentu.
n. Pendidikan kejuruan sanggup dirasakan keuntungannya secara sosial kemasyarakatan termasuk memperhatikan korelasi kemanusiaan dan korelasi dengan masyarakat luar dunia pendidikan.
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila bersifat fleksibel dan tidak bersifat kaku.
p. Walaupun pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biaya investasi semaksimal mungkin, namun apabila hingga dalam batas minimal tersebut tidak efektif, maka lebih baik penyelenggaraan pendidikan kejuruan dibatalkan.
Berdasarkan falsafah pendidikan kejuruan yang diuraikan di atas, khususnya dari Charles Prosser sanggup diasumsikan bahwa 16 butir falsafah tersebut juga sekaligus kriteria dasar yang sagat esensial dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Maksudnya dalah pendidikan kejuruan akan dikatakan dengan penjabaran baik apabila bisa memenuhi 16 kriteria falsafah pendidikan kejuruan tersebut.
C. Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan Berdasarkan Sistem Perundang-undangan Republik Indonesia
Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan kejuruan tidak terlepas dari tujuan pendidikan kejuruan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tujuan pendidikan kejuruan sceara umum yaitu untuk mempersiapkan penerima didik memasuki dunia kerja dengan dibekali kompetensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut, diterjemahkan dalam kurikulum yang dikembangkan sesuai karakteristik pendidikan kejuruan.
Berdasarkan beberapa pendapat, terdapat beberapa Model Sistim Pendidikan Kejuruan :
1. Model Pasar
Merupakan sistim pendidikan yang merupakan tanggung jawab industri dan di jalankan sepenuhnya oleh industri. Pada model pasar pemerintah tidak terlibat dalam proses kualifikasi kejuruan. Model ini sering juga disebut Model Liberal dan pribadi di arahkan pada produksi dan pasaran kerja.
2. Model Sekolah
Model sekolah yaitu model pendidikan dimana pemerintah berperan merencanakan, mengorganisasikan, dan memantau pelaksanaan pendidikan kejuruan. Model ini sering juga disebut Model Birokratik.
3. Model Sistim Ganda
Merupakan perpaduan antara model pasar dan model sekolah dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pengawas model pasar, model ini disebut juga dual system. Dalam model ini, Siswa/Siswi Sekolah Menengah kejuruan melaksanakan berguru tidak hanya di dalam sekolah melainkan juga di luar sekolah melalui Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) di Dunia Usaha / Dunia Industri.
4. Model Pendidikan Koperatif
Pendidikan kejuruan yang diselenggarakan bersama antara sekolah dan perusahaan. Terbagi dalam dua macam :
a. School and Enterprise, pendidikan kejuruan yang merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan industri.
b. Training Center and Enterprise.
5. Informal Vocantional Education
Sistim pendidikan yang lahir dengan sendirinya, atas inisiatif pribadi atau kelompok untuk memenuhi ketrampilan yang tidak sanggup dipenuhi di pendidikan formal.
Semua model pendidikan di atas sebetulnya bertujuan sama, yaitu membuat tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan sesuai tuntutan kerja selain itu bisa berbagi potensi diri dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
D. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut sanggup dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran.
1. Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, sopan santun mulia, serta keterampilan penerima didik untuk hidup berdikari dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan jadwal kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan penerima didik untuk sanggup melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan jadwal kejuruan atau bidang keahlian. Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut :
a. Asumsi ihwal anak didik
Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk berbagi pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, menyerupai proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut proses perubahan akhir efek eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan akhir perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman berguru untuk membantu mereka dalam berbagi diri dan potensinya. Oleh alasannya yaitu itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman berguru merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibuat oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian kiprah atau tugas, dan sikap yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual sanggup dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan mempunyai konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan alasannya yaitu tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir penerima didik.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan penerima didik menjadi insan produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, sanggup dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.
d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan pembinaan yang bisa berbagi potensi insan secara optimal. Meskipun intinya korelasi antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan yaitu korelasi yang didasari oleh kepentingan ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa korelasi penyelenggaraan pendidikan kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi.
Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, alasannya yaitu keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti memperlihatkan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.
2. Peserta didik
Peserta didik pada Pendidikan Kejuruan lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan mempunyai kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus sanggup pribadi bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik. Usia penerima didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau penerima didik berada pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini biasanya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi alasannya yaitu adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh alasannya yaitu itu, di dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa kiprah perkembangan remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu :
a. Mampu menjalin korelasi yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan bisa memimpin tanpa mendominasi.
b. Mampu melaksanakan peran-peran sosial sebagai pria dan wanita. Mampu menghargai, mendapatkan dan melaksanakan peran-peran sosial sebagai pria dan perempuan dewasa.
c. Menerima kondisi jasmaninya dan sanggup menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut untuk menyenangi dan mendapatkan dengan masuk akal kondisi badannya, sanggup menghargai atau menghormati kondisi tubuh orang lain, sanggup memelihara dan menjaga kondisi badannya.
d. Memiliki kemandirian emosional dari orang renta dan orang cukup umur lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang tuanya, sanggup mengasihi orang tua, menghargai orang renta atau orang cukup umur lainnya tanpa tergantung pada mereka.
e. Memiliki perasaan bisa berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan bisa untuk mencari nafkah sendiri.
f. Mampu menentukan dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Anak telah bisa membuat perencanaan karir, menentukan pekerjaan yang cocok dan bisa ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.
g. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep ihwal hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern, berbagi keterampilan berpikir dan berbahasa untuk sanggup memecahkan problema-problema masyarakat modern.
h. Memiliki sikap sosial menyerupai yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
i. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah mempunyai seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan perjuangan untuk merealisasikannya.
3. Substansi pendidikan kejuruan
Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :
a. Orientasi (Orientation)
Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dengan keberhasilan pendidikan penerima didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa: Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman dan acara dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh pengalaman dan acara tersebut pada penerima didik).
b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan jadwal pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yang jelas. Justifikasi untuk jadwal pendidikan kejuruan yaitu adanya kebutuhan nyata tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia perjuangan dan industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan berdasarkan Finch dan Crunkilton (1984: 12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi pada penerima didik, maka santunan bagi kurikulum tersebut berasal dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.
c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan mempersiapkan penerima didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984: 13) mengemukakan bahwa: Kurikulum pendidikan kejuruan bekerjasama pribadi dengan membantu siswa untuk berbagi suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut jadinya bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan berguru pendidikan kejuruan mengupayakan di dalam berbagi pengetahuan penerima didik, keahlian meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya.
Seluruh kemampuan tersebut di atas, sanggup dikuasai oleh penerima didik melalui pengalaman berguru yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses berguru mengajar di sekolah maupun situasi kerja yang bergotong-royong pada dunia perjuangan atau industri (pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil berguru atau kemampuan yang telah dikuasai diharapkan sanggup memperlihatkan donasi pada pengembangan diri penerima didik, sehingga mereka bisa bekerja sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industri.
d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)
Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu forum pendidikan kejuruan diukur dari keberhasilan penerima didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan ia masuki. Penilaian keberhasilan pada penerima didik di sekolah harus pada penilaian bergotong-royong atau kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa dalam standar keberhasilan sekolah harus bekerjasama erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang dipakai oleh guru dengan mengacu pada standar atau mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja (dunia perjuangan dan dunia industri).
e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards)
Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia perjuangan atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan bermacam-macam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
Sebagai contoh, untuk menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan pada Sekolah Menengah kejuruan yaitu dengan dilaksanakannya uji level untuk kelas X dan XI, serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia perjuangan atau industri berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian.Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia perjuangan dan industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang dihasilkan oleh masing-masing industri.
f. Hubungan kolaborasi dengan masyarakat (School-community relationships)
Suatu perjuangan pendidikan harus bekerjasama dengan masyarakat, demikian pula dengan pendidikan kejuruan mempunyai tanggung jawab di dalam mempertahankan korelasi yang berpengaruh dengan banyak sekali bidang keahlian yang berkembang di masyarakat.
Pengertian masyarakat yang dimaksud yaitu dunia perjuangan dan dunia industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia perjuangan atau industri, maka duduk kasus korelasi antara forum pendidikan dengan dunia perjuangan atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan kejuruan. Perwujudan korelasi timbal balik berupa kesediaan dunia perjuangan atau industri, menampung penerima didik untuk mendapat kesempatan pengalaman berguru di lapangan kerja atau industri, merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement)
Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang akan dialokasikan, alasannya yaitu hal ini akan mensugesti kurikulum. Misalnya: Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang dipakai di bengkel atau laboratorium sanggup membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi.
h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya sesuai terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, penemuan dan penemuan-penemuan gres di bidang produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir penerima didik dalam jangka panjang.
i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung oleh fasilitas berguru yang memadai, alasannya yaitu untuk mewujudkan situasi berguru yang sanggup mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, dibutuhkan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium yaitu kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada sebagai fasilitas bagi penerima didik di dalam berbagi kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industri.
Kebutuhan untuk koordinasi jadwal kejuruan yang bekerja sama dengan industri di masyarakat, bekerjasama erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat kerja bagi penerima didik memperlihatkan suatu susunan unit permasalahan logistik.
j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan pembelajaran, meliputi biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik juga guru berharap untuk memperlihatkan pengalaman berguru yang bergotong-royong bagi penerima didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian yaitu pembelian materi habis sebagai materi praktikum yang dipakai secara rutin sesuai dengan jadwal keahlian yang dikembangkan pada sekolah masing-masing.
Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984) di atas, sanggup dijadikan contoh di dalam pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia sebaiknya mengacu pada karakteristik sebagai berikut :
1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan penerima didik memasuki lapangan kerja.
2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja.
3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan penerima didik harus pada “hands-on” atau performance dalam dunia kerja.
5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan kejuruan.
6) Pendidikan kejuruan yang baik yaitu responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi.
7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing”.
8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industry.
E. Prinsip-prinsip Pendidikan Kejuruan
Prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien jikalau lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya sanggup diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama menyerupai yang ditetapkan di tempat kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau institusi tersebut melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja menyerupai yang dibutuhkan dalam pekerjaan itu sendiri.
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau institusi tersebut bisa membekali setiap individu memodali minatnya, pengetahuan dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya sanggup diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang sanggup untung darinya.
f. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas menyerupai yang dibutuhkan dalam pekerjaan nantinya.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dimiliki oleh seseorang biar ia tetap sanggup bekerja pada jabatan tersebut.
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan usul pasar (memperhatikan gejala pasar kerja).
j. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jikalau pembinaan diberikan pada pekerjaan yang nyata.
k. Sumber yang sanggup mendapatkan amanah untuk mengetahui isi pembinaan pada suatu okupasi tersebut.
l. Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
m. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jikalau sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jikalau dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
n. Pendidikan kejuruan akan efisien jikalau metode pengajaran yang dipakai dan korelasi pribadi dengan penerima didik mempertimbangkan sifat-sifat penerima didik tersebut.
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jikalau ia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar.
p. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jikalau tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan dilarang dipaksakan beroperasi.
F. Jenis Pendidikan Kejuruan di Indonesia
Jenis pendidikan kejuruan di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sekolah menengah kejuruan (SMK) yaitu salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil berguru yang diakui sama/setara SMP/MTs. Sekolah Menengah kejuruan sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Terdapat banyak sekali jadwal keahlian dalam sekolah menengah kejuruan (SMK) menyerupai Penerbangan, Perkapalan, Tata Boga (Memasak), Tata Rias (Kecantikan), Tata Busana (Desain Baju), Akutansi, Administrasi, Perkantoran, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Desain Grafis, Rancang Bangunan, Perhotelan, Keperawatan, Apoteker, Pendingin, Pengolah Suara, Elektronik, Pertanian, Perikanan, Seni, Bioteknologi, Perkantoran, Pengolahan Kayu, Olahraga, teknik, dan arsitektur.
2. Madrasah aliyah kejuruan (MAK) yaitu salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil berguru yang diakui sama/setara SMP/MTs.
G. Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Kejuruan
1. Kelebihan Sekolah Kejuruan
a. Bisa pribadi bekerja dan bahkan bisa kerja sambil kuliah
b. Bakat bisa dikembangkan secara optimal esuai dengan bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan/kesempatan kerja yang sedang dan akan berkembang pada kawasan tersebut.
c. Lulusan Sekolah Menengah kejuruan merupakan tenaga terdidik, terlatih, dan terampil.
d. Mampu mengikuti pendidikan lanjutan dan atau menyesuaikan dengan perubahan teknologi.
e. Berdampak sebagai pendukung pertumbuhan industri (kecil atau besar).
f. Mengurangi angka pengangguran dan kriminalitas.
g. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara melalui pajak penghasilan dan pertambahan nilai.
2. Kekurangan Sekolah Kejuruan
a. Pelajarannya kurang detail dan tidak bervariatif
b. Pelajaran yang diajarkan hanya mengarah pada jurusan tertentu
c. Sekolah kejuruan yang berbentuk yayasan/swasta akan mensugesti pendanaan dan manajemen sekolah sehingga sarana dan prasarananya kurang memadai.
d. Sekolah kejuruan yang mempunyai program, akan tetapi jadwal tersebut kurang diminati oleh masyarakat alasannya yaitu tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkini.
H. Contoh Sekolah Kejuruan di Indonesia
1. Profil Sekolah

SMK Negeri 1 Temanggung dirintis semenjak tahun 1969 dengan nama Proyek Pelita Sekolah Teknik Menengah (STM) Pembangunan Pertanian Temanggung. Saat itu STM Pembangunan mulai mendapatkan siswa gres tahun 1973, dan secara resmi STM Pembangunan berdiri pada tahun 1975 berdasarkan Surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0310/O/1975, tanggal 31 Desember 1973 dengan jadwal keahlian awalnya hanya Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP), hingga ketika ini sudah menambah 2 jadwal keahlian lagi yaitu Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP) dan Kimia Analisis (KA).
2. Sistem Pendidikan
Penyusunan konsep untuk mengaplikasikan sistem manajemen mutu ISO 9001 di Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Temanggung mulai dirintis pada tahun 2005. Pada tahun 2006 sekolah memperoleh akta ISO 9001:2000 dari SAI Global Intenasional, dan telah melaksanakan resertifikasi yang dilaksanakan pada tanggal 16 September 2009, mengukuhkan Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Temanggung meraih akta ISO 9001:2008 berbasis IWA 2:2007 (International Workshop Aggrement 2 : 2007). Pada tahun 2009 pula, Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Temanggung berubah status RSBI menjadi RSBI Invest, yang diberi kepercayaan untuk membantu sistem pengelolaan sekolah Sekolah Menengah kejuruan lain yang tergabung dalam Sekolah Menengah kejuruan Aliansi Invest. Hingga ketika ini RSBI invest masih terus berlangsung, dan turut mendampingi Sekolah Menengah kejuruan lain untuk mendapatkan akta ISO 9001:2008.
3. Kurikulum Pokok
Kurikulum di Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Temanggung memakai KTSP dengan proses penyelarasan kompetensi dari Dunia Industri. Pengembangan Kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan contoh utama bagi satuan pendidikan dalam berbagi kurikulum.
Kurikulum dikembangkan dengan memakai KTSP, yang selalu melibatkan proses singkronisasi kurikulum dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DuDi) untuk menyelaraskan kompetensi keahlian yang dibutuhkan siswa. Partner Industri yang dilibatkan dalam singkronisasi kurikulum diantaranya adalah: PT. Coca Cola Bottling Semarang, PT. Chandra Buana Surya Semesta - Semarang, PT. Tirta Mas Megah-Temanggung, PT. Sukasari Mitra Mandiri, PT. Indofood CBP Sukses Makmur, T.bk - Semarang, PT. Pepsi Cola Indo Beverages Semarang, PT. Indofood Fritolay Makmur - Semarang, PT. Yuasa Food Berkah Makmur, LIPI Yogyakarta, BPSMB Surakarta, dll. Dengan proses singkronisasi kurikulum tersebut, mendukung keterserapan alumni dunia kerja, dimana keterserapan fresh graduate dalam kurun waktu 3 bulan mencapai 95% terserap didunia kerja.
4. Sistem Pembelajaran
Pola penyelenggaraan pembelajaran dilaksanakan secara terpadu melalui pola pendidikan sistem ganda dengan pengaturan sebagai berikut ;
a. Pembelajaran di sekolah
Melakukan pembelajaran prograan normatif, adaptif dan produktif, untuk pembelajaran produktif ditekankan pada penguasaan dasar-dasar keahlian serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat, bila memungkinkan sanggup melibatkan unsur industri dalam proses pembelajarannya. Disamping itu dikembangkan kelas wirausaha dan pengelolaan Unit Produksi.
b. Pembelajaran di Industri / dunia kerja Kegiatan pembinaan di industri / dunia perjuangan dilaksanakan sesuai jadwal bersama yang telah disepakati dan dilengkapi dengan jurnal kegiatan, daftar kemajuan pelatihan, perangkat monitoring dan asuransi kecelakaan kerja. Untuk pelaksanaannya dilakukan langkah-langkah berikut;
1) Pengkondisian Prakerin;
Sebelum penerima didik melaksanakan praktik industri, penerima didik melaksanakan praktik di sekolah dan atau sekolah mendatangkan guru tamu dari industri atau dunia usaha.\
2) Pemprograman Bersama;
Program Prakerin dibuat bersama antara sekolah (Hubungan Industri) dengan DU/DI biar apa yang akan dikerjakan penerima didik selama praktik industri bisa diketahui bersama.
5. Program Keahlian
a. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP)
Tujuan: Membekali penerima didik biar bisa mengindentifikasi materi hasil pertanian dan produk olahannya, menangani materi hasil pertanian, memahami kaitan antara materi dengan mutu produk, mengolah materi hasil pertanian menjadi banyak sekali produk olahan, mengemas produk,menyimpan dan menggudangkan hasil pertanian, menjalankan kegiatan produktif dalam bentuk perjuangan berdikari (bisnis mandiri) dibidang pengolahan hasil pertanian, menerapkan konsep berproduksi yang baik (Good Manufacturing Practice) dan mengendalikan keamanan pangan.
b. Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP)
Tujuan: Menerapkan konsep dasar teknologi dalam kegiatan Agribisnis Tanaman Perkebunan, menentukan komoditas tumbuhan perkebunan yang akan diusahakan, melaksanakan teknis produksi tumbuhan perkebunan, mengelola pekerjaan kebun, menyusun proposal perjuangan tumbuhan perkebunan.
c. Kimia Analisis (KA 4 Tahun)
Tujuan: Memahami dasar-dasar analis, menyajikan sampel, mengidentifikasi materi kimia, mengelola laboratorium, dasar kimia organik, analisa pangan dan non pangan, melaksanakan analisa organoleptik dan mutu mikrobiologi, menerapkan dasar kimia klinis, pengelolaan limbah industri, dan analisa data secara statistika.
6. Fasilitas/Sarana dan Prasarana
a. Ruang Kelas
b. Ruang berguru lain seperti: bengkel umum, green house, lab fisika, lab. komputer, lab. php, lab.agronomi, lab.biologi, lab.caning, lab.hpt, lab.kimia, lab.komputer, lab.kultur jaringan, lab.mesin budidaya, lab.mikrobiologi, lab.mutu atas, lab.mutu bawah, lab.pbhp, lab.php, lab.php, lab.plp, lab.tta, dan self acces.
c. Ruang Kantor
d. Ruang penunjang seperti: aula, gudang, kamar mandi guru, kamar mandi siswa, kantin, kebun percobaan, power plan gudang, riptaloka, ruang adpend, ruang arsip, ruang bahasa, ruang gedung baru, ruang guru, ruang hi /bkk, ruang iso, ruang kesiswaan, ruang komite, ruang konseling, ruang organisasi, ruang pimpinan, ruang sarpras, ruang satpam, ruang sbi / invest, ruang tata usaha, ruang uks, ruang perjuangan unit produksi, tandon, teaching factory jagung, teaching factory jamur, tempat beribadat, dan tempat parkir
e. Lapangan Olah Raga dan Upacara
f. Status Kepemilikan Tanah SHM dengan luas tanah 282230 m2, luas tanah terbangu 11033 m2, luas tanah siap berdiri 270 m2, dan luas lantai atas siap berdiri 954 m2.
g. Fasilitas Penunjang Perpustakaan yang meliputi admin virtual libraries, gudang buku, rak buku perpustakaan, pendaftaran pengunjung, ruang baca, ruang pengelolaan perpustakaan, dan self access siswa.
I. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan kejuruan, alasannya yaitu ketika ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang kolaborasi antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, dibutuhkan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber daya insan merupakan sumber daya aktif yang sanggup menentukan kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.
Pendidikan mempunyai kiprah yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya insan yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang menyiapkan penerima didik atau sumber daya insan yang mempunyai kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan dunia industri. Oleh alasannya yaitu itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pembinaan kejuruan di Sekolah Menengah kejuruan untuk masa depan.
1. Tuntutan penerima didik
Pendidikan kejuruan mempunyai kiprah untuk menyiapkan penerima didik biar siap bekerja, baik bekerja secara berdikari (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Sekolah Menengah kejuruan sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut bisa menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sumber daya insan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, mempunyai daya penyesuaian dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus diadaptasi dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Tuntutan penerima didik dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam klarifikasi Pasal 15 UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan penerima didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.
Tujuan Umum :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan penerima didik kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan potensi penerima didik biar menjadi warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
c. Mengembangkan potensi penerima didik biar mempunyai wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.
d. Mengembangkan potensi penerima didik biar mempunyai kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.
Tujuan Khusus :
a. Menyiapkan penerima didik biar menjadi insan produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia perjuangan dan industri sebagai tenaga tingkat kerja menengah, sesuai dengan kompetensi dalam jadwal keahlian yang dipilihnya.
b. Menyiapkan penerima didik biar bisa menentukan karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, menyesuaikan diri di lingkungan kerja, dan berbagi sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
c. Membekali penerima didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, biar bisa berbagi diri di kemudian hari baik secara berdikari maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Membekali penerima didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan jadwal keahlian yang dipilih.
2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat
Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas dunia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
a. Implementasi jadwal pendidikan dan pembinaan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif.
b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan animo perkembangan dan kemajuan teknologi biar kompetensi yang diperoleh penerima didik selama dan setelah mengikuti jadwal diklat, mempunyai daya penyesuaian yang tinggi.
c. Program pendidikan dan pembinaan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan kiprah aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk optimalisasi kiprah Pemda untuk merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di wilayahnya sebagai input bagi Sekolah Menengah kejuruan dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan.
Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, Sekolah Menengah kejuruan sebagai salah satu forum penyelenggara pendidikan dan pembinaan kejuruan harus bisa memperlihatkan layanan pendidikan terbaik kepada penerima didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan yaitu pada sistem SMK.
Pembukaan dan penutupan suatu Sekolah Menengah kejuruan intinya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya insan di wilayah atau kawasan setempat. Pembukaan institusi Sekolah Menengah kejuruan gres sangat dimungkinkan jikalau terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya insan yang terkait dengan kiprah dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan alasannya yaitu lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja yaitu tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh alasannya yaitu itu, pengembangan pendidikan kejuruan terang merupakan hal penting”.
Penutupan suatu institusi Sekolah Menengah kejuruan hanya dimungkinkan jikalau secara aturan tidak sanggup dipertahankan atau alasannya yaitu adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak sanggup dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk menutup Sekolah Menengah kejuruan selama institusi tersebut masih sanggup menjalankan kiprah dan fungsi serta tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku.
Upaya untuk mempertahan Sekolah Menengah kejuruan yang sanggup menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat, dalam hal ini Sekolah Menengah kejuruan harus bisa menjalankan kiprah dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan kiprah dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pembinaan di Sekolah Menengah kejuruan perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan.
3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan
Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola usang yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, terang dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai jadwal pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu :
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan deman driven ini mengharapkan dunia perjuangan dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, alasannya yaitu mereka yaitu pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta alasannya yaitu proses pendidikan itu sendiri lebih mayoritas dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam penilaian hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja.
Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam pengembangan kurikulum Sekolah Menengah kejuruan harus melaksanakan sinkronisasi kurikulum yng direalisasikan dalam jadwal Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melaksanakan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta mempunyai relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah sanggup membaca keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan dunia perjuangan atau industri untuk sanggup dimasuki oleh lulusan SMK.
b. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program)
Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya jadwal pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat. Sebagian jadwal pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memperlihatkan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang mustahil atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensi.
Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara pribadi berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.
d. Perubahan dari jadwal dasar yang sempit (Narrow Based) ke jadwal dasar yang mendasar, berpengaruh dan luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, berpengaruh dan lebih luas. Sistem gres yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : mustahil membentuk sumberdaya insan yang berkualitas dan yang mempunyai keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka penerima didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk keunggulan, sekaligus menyesuaikan diri terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem gres ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi berpengaruh dan mendasar, yang memungkinkan seseorang tamatan Sekolah Menengah kejuruan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.
e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exit.
Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari schools based program ke dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke jadwal berbasis kompetensi; dibutuhkan adanya keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan penerima didik Sekolah Menengah kejuruan yang telah mempunyai sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena jadwal pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka penerima didik tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau penerima didik tersebut ingin masuk sekolah kembali menuntaskan jadwal Sekolah Menengah kejuruan nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh penerima didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem jadwal berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama dengan aturan kalender berguru di sekolah.
f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning).
Sistem gres pendidikan kejuruan harus bisa memperlihatkan ratifikasi dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah mempunyai kompetensi tertentu, contohnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan ratifikasi sebagai bekal untuk pendidikan dan pembinaan berkelanjutan. Untuk ini Sekolah Menengah kejuruan perlu menyiapkan diri sehingga mempunyai instrument dan kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan dengan cara apapun kompetensi itu didapatkan.
g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pembinaan kejuruan, ke sistem gres yang mengintegrasikan pendidikan dan pembinaan kejuruan secara terpadu.
Program gres pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan ratifikasi dan penghargaan terhadap jadwal pembinaan kejuruan dan jadwal pendidikan kejuruan. Sistem gres ini memerlukan standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai melalui jadwal pendidikan, jadwal pembinaan atau bahkan dengan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif berguru sendiri.
h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem gres tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan Sekolah Menengah kejuruan pribadi bekerja, biar segera menjadi tenaga produktif, sanggup memberi return atas investasi SMK. Sistem gres juga mengakui banyak tamatan Sekolah Menengah kejuruan yang potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya jadwal Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari Sekolah Menengah kejuruan dan dari pengalaman kerja sebelumnya.
Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang efisien dibutuhkan “program antara” (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan Sekolah Menengah kejuruan yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke jadwal pendidikan yang lebih tinggi.
i. Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi).
Pola gres manajemen berdikari dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melaksanakan inovasi. Proses pendewasaan Sekolah Menengah kejuruan perlu ditekankan, untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melaksanakan apa yang baik berdasarkan sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas memperlihatkan penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka yang pantas ditindak.
j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat.
Sejalan dengan prinsip demand driven, dual based program, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem gres diharapkan sanggup mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan bisa mendorong Sekolah Menengah kejuruan berpikir dan berperilaku ekonomis.
J. Hambatan Pendidikan Kejuruan
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pendidikan kejuruan yaitu:
1. Tidak jarang pihak sekolah mengalami kesulitan untuk memutuskan jenis pekerjaan dan materi yang akan diberikan kepada penerima didik yang bisa sesuai dan diterima oleh dunia kerja.
2. Pelaksanaan penempatan siswa yang akan melaksanakan praktik kerja industri sering tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki siswa.
3. Sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia belum memadai, fasilitas berguru dan peralatan laboratorium banyak yang rusak/tidak layak dan tidak sesuai lagi dengan peralatan yang ada di dunia kerja.
4. Faktor kompetensi dan profesionalisme guru yang kurang memadai, sehingga pembelajaran tidak bisa berjalan secara efektif.
5. Terdapat kesenjangan yang mencolok antara Sekolah Menengah kejuruan yang ada di kota-kota besar dengan daerah, sehingga kita tidak bisa memacu pendidikan dengan cepat.
K. Penampilan Sekolah Pendidikan Kejuruan Masa Depan
Sekolah Menengah Kejuruan masa depan ihwal penampilan dan ciri antara lain bangunan dan lingkungan sekolah yang sanggup mengakomodasi dan mencerminkan ciri Sekolah Menengah kejuruan secara umum maupun ciri proses/mekanisme pendidikan dalam skala lebih kecil sebagai berikut:
1. SMK mempunyai ciri umum dengan penampilannya yang terbuka formal dan berskala manusia. Secara khusus, sekolah kejuruan harus mengekspresikan ciri jenis industri atau kejuruan yang ditanganinya.
- SMK berperan sebagai distributor perkembangan/ perubahan budaya selain sebagai tempat pencetakan tenaga kompeten. Untuk itu, bengkel atau studio atau ruang praktik tempat siswa berguru dan berlatih juga harus menampilkan ciri-ciri suatu industri.
- Ciri Arsitektur kawasan yang ditampilkan, diharapkan sanggup memberi aksen pada pembangunan dan lingkungan sekolah dan ditempatkan pada kawasan yang bersifat umum, terutama yang bisa terlihat dari luar lingkungan sekolah. Penampilan ciri tersebut harus tetap mempertimbangkan aspek fungsi sebagai bangunan pendidikan serta pertimbangan tujuan penampilan ciri daerah, besarnya biaya pembangunan dan kemudahan pemeliharaan.
Aspek lainnya berdasarkan Desain bangunan dan fasilitas Sekolah Menengah kejuruan masa depan, yakni harus mengacu pada teknologi yang dipakai ketika ini dan mengakomodasi perkembangan teknologi pada masa depan, yaitu penggunaan media kegiatan berguru mengajar menyerupai video, film dan multi-media. Juga penggunaan one student one laptop. Dalam kegiatan Workshop tersebut diatas, selain membahas aspek-aspek perancangan dari hal yang bersifat Arsitektural juga dari sisi Struktural. Dari segi Arsitektural, banyak hal yang mengakibatkan bahasan Kami. Yaitu ditinjau dari:
- Perancangan Sekolah Menengah kejuruan (USB-SMK)
- Ciri dan Penampilan SMK
- Perkembangan Masa Depan
- Dasar Arsitektur
- Tata Cahaya
- Tata Penghawaan (sirkulasi udara), tata akustik
- Tata lingkungan, tata pertamanan, perencanaan Site De Development.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan sanggup disimpulkan, bahwa pendidikan kejuruan dikembangkan berdasar pada tuntutan dunia kerja, yaitu dunia perjuangan dan dunia industri yang berkembang di masyarakat. Sebagai realisasi di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam perancangan kurikulum pendidikan kejuruan mengacu pada karakteristik pendidikan kejuruan yang seharusnya. Pendidikan menengah kejuruan mempunyai kiprah untuk menyiapkan penerima didik biar siap bekerja, baik bekerja secara berdikari (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut bisa menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sumber daya mansia yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, mempunyai daya penyesuaian dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus diadaptasi dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan tuntutan dunia kerja terhadap sumber daya insan yang dibutuhkan, oleh alasannya yaitu itu pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan harus bisa mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bisa memperlihatkan pengalaman berguru kepada penerima didik sesuai dengan standar kompetensi dan tuntutan dunia perjuangan dan dunia industri.
Keberhasilan pendidikan dan pembinaan di Sekolah Menengah kejuruan ditentukan dari kualitas lulusannya, dimana mereka harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan bertanggung jawab. Lulusan Sekolah Menengah kejuruan diharapkan bisa berbagi seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga mereka mempunyai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk bisa bekerja sesuai dengan yang dipelajarinya. Lulusan Sekolah Menengah kejuruan harus bisa bersaing secara kompetitif, sehingga sanggup memasuki dunia kerja baik pada dunia perjuangan maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada tingkat internasional.
B. Saran
1. Sekolah Menengah Kejuruan sebaiknya selalu dinamis dalam berbagi jadwal pendidikan, hal ini sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan mengikuti perkembangan IPTEK.
2. Untuk menunjang pembelajaran pada pendidikan kejuruan menekankan pada learning by doing sehingga Sekolah Menengah Kejuruan harus mempunyai sarana dan prasana yang mendukung tujuan tersebut dengan menyiapkan laboratorium, bengkel atau tempat praktek sesuai jadwal pendidikan masing-masing secara nyata sehingga siswa sanggup berlatih secara teori dan praktek hal ini merupakan pengalaman berharga sebelum memasuki dunia kerja serta akan meningkatkan mutu output dari institusi pendidikan kejuruan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung.
Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Ismail Majid. 2012. Landasan Filosofi dan Yuridis Pendidikan Teknologi Kejuruan. Diunduh dari http://ismailmajid.wordpress.com/2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-pendidikan-teknologi-kejuruan/ memberikan 16 butir dalil sebagai falsafah pendidikan kejuruan yaitu:
a. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi nyata dimana lulusan akan bekerja.
b. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan kiprah atau jadwal seusai dengan apa yang dikerjakan kelak. Demikian pula fasilitas atau peralatan beserta proses kerja dan operasionalnya dibuat sama dengan kondisi nyata nantinya.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif bilmana latihan dan kiprah yang diberikan secara pribadi dan spesifik (dalam arti mengerjakan benda kerja sesungguhnya, bukan sekedar tiruan).
d. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana dalam latihan kerja atau dalam pengerjaan kiprah sudah dibiasakan pada kondisi nyata nantinya.
e. Pendidikan kejuran akan efektif bilamana program-program yang disediakan yaitu banyak dan bervariasi meliputi semua profesi serta bisa dimanfaatkan atau ditempuh oleh penerima didik.
f. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan secara berulang kali hingga diperoleh penguasaan yang memadai bagi penerima didik.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif bila para guru dan instrukturnya berpengalaman dan bisa mentransfer kepada penerima didik.
h. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana bisa memperlihatkan bekal kemampuan minimal yang dibutuhkan dunia kerja (sebagai standar minimal profesi), sehingga gampang adaptif dan gampang pengembangannya.
i. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila memperhatikan kondisi pasar kerja.
j. Proses pemantapan berguru dan latihan penerima didik dalam pendidikan kejuruan akan efektif apabila diberikan secara proporsional.
k. Sumber data yang dipergunakan untuk menentukan jadwal pendidikan didasarkan atas pengalaman nyata pekerjaan di lapangan.
l. Pendidikan kejuruan memberikan jadwal tertentu yang fundamental sebagai dasar kejuruannya serta jadwal lain sebagai pengayaan atau pengembangannnya.
m. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila sebagai forum pendidikan yang menyiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja tertentu dan dalam waktu tertentu.
n. Pendidikan kejuruan sanggup dirasakan keuntungannya secara sosial kemasyarakatan termasuk memperhatikan korelasi kemanusiaan dan korelasi dengan masyarakat luar dunia pendidikan.
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila bersifat fleksibel dan tidak bersifat kaku.
p. Walaupun pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biaya investasi semaksimal mungkin, namun apabila hingga dalam batas minimal tersebut tidak efektif, maka lebih baik penyelenggaraan pendidikan kejuruan dibatalkan.
Berdasarkan falsafah pendidikan kejuruan yang diuraikan di atas, khususnya dari Charles Prosser sanggup diasumsikan bahwa 16 butir falsafah tersebut juga sekaligus kriteria dasar yang sagat esensial dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Maksudnya dalah pendidikan kejuruan akan dikatakan dengan penjabaran baik apabila bisa memenuhi 16 kriteria falsafah pendidikan kejuruan tersebut.
C. Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan Berdasarkan Sistem Perundang-undangan Republik Indonesia
Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan kejuruan tidak terlepas dari tujuan pendidikan kejuruan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tujuan pendidikan kejuruan sceara umum yaitu untuk mempersiapkan penerima didik memasuki dunia kerja dengan dibekali kompetensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut, diterjemahkan dalam kurikulum yang dikembangkan sesuai karakteristik pendidikan kejuruan.
Berdasarkan beberapa pendapat, terdapat beberapa Model Sistim Pendidikan Kejuruan :
1. Model Pasar
Merupakan sistim pendidikan yang merupakan tanggung jawab industri dan di jalankan sepenuhnya oleh industri. Pada model pasar pemerintah tidak terlibat dalam proses kualifikasi kejuruan. Model ini sering juga disebut Model Liberal dan pribadi di arahkan pada produksi dan pasaran kerja.
2. Model Sekolah
Model sekolah yaitu model pendidikan dimana pemerintah berperan merencanakan, mengorganisasikan, dan memantau pelaksanaan pendidikan kejuruan. Model ini sering juga disebut Model Birokratik.
3. Model Sistim Ganda
Merupakan perpaduan antara model pasar dan model sekolah dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pengawas model pasar, model ini disebut juga dual system. Dalam model ini, Siswa/Siswi Sekolah Menengah kejuruan melaksanakan berguru tidak hanya di dalam sekolah melainkan juga di luar sekolah melalui Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) di Dunia Usaha / Dunia Industri.
4. Model Pendidikan Koperatif
Pendidikan kejuruan yang diselenggarakan bersama antara sekolah dan perusahaan. Terbagi dalam dua macam :
a. School and Enterprise, pendidikan kejuruan yang merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan industri.
b. Training Center and Enterprise.
5. Informal Vocantional Education
Sistim pendidikan yang lahir dengan sendirinya, atas inisiatif pribadi atau kelompok untuk memenuhi ketrampilan yang tidak sanggup dipenuhi di pendidikan formal.
Semua model pendidikan di atas sebetulnya bertujuan sama, yaitu membuat tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan sesuai tuntutan kerja selain itu bisa berbagi potensi diri dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
D. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut sanggup dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran.
1. Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, sopan santun mulia, serta keterampilan penerima didik untuk hidup berdikari dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan jadwal kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan penerima didik untuk sanggup melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan jadwal kejuruan atau bidang keahlian. Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut :
a. Asumsi ihwal anak didik
Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk berbagi pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, menyerupai proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut proses perubahan akhir efek eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan akhir perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman berguru untuk membantu mereka dalam berbagi diri dan potensinya. Oleh alasannya yaitu itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman berguru merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibuat oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian kiprah atau tugas, dan sikap yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual sanggup dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan mempunyai konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan alasannya yaitu tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir penerima didik.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan penerima didik menjadi insan produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, sanggup dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.
d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan pembinaan yang bisa berbagi potensi insan secara optimal. Meskipun intinya korelasi antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan yaitu korelasi yang didasari oleh kepentingan ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa korelasi penyelenggaraan pendidikan kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi.
Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, alasannya yaitu keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti memperlihatkan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.
2. Peserta didik
Peserta didik pada Pendidikan Kejuruan lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan mempunyai kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus sanggup pribadi bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik. Usia penerima didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau penerima didik berada pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini biasanya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi alasannya yaitu adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh alasannya yaitu itu, di dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa kiprah perkembangan remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu :
a. Mampu menjalin korelasi yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan bisa memimpin tanpa mendominasi.
b. Mampu melaksanakan peran-peran sosial sebagai pria dan wanita. Mampu menghargai, mendapatkan dan melaksanakan peran-peran sosial sebagai pria dan perempuan dewasa.
c. Menerima kondisi jasmaninya dan sanggup menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut untuk menyenangi dan mendapatkan dengan masuk akal kondisi badannya, sanggup menghargai atau menghormati kondisi tubuh orang lain, sanggup memelihara dan menjaga kondisi badannya.
d. Memiliki kemandirian emosional dari orang renta dan orang cukup umur lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang tuanya, sanggup mengasihi orang tua, menghargai orang renta atau orang cukup umur lainnya tanpa tergantung pada mereka.
e. Memiliki perasaan bisa berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan bisa untuk mencari nafkah sendiri.
f. Mampu menentukan dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Anak telah bisa membuat perencanaan karir, menentukan pekerjaan yang cocok dan bisa ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.
g. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep ihwal hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern, berbagi keterampilan berpikir dan berbahasa untuk sanggup memecahkan problema-problema masyarakat modern.
h. Memiliki sikap sosial menyerupai yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
i. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah mempunyai seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan perjuangan untuk merealisasikannya.
3. Substansi pendidikan kejuruan
Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :
a. Orientasi (Orientation)
Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dengan keberhasilan pendidikan penerima didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa: Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman dan acara dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh pengalaman dan acara tersebut pada penerima didik).
b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan jadwal pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yang jelas. Justifikasi untuk jadwal pendidikan kejuruan yaitu adanya kebutuhan nyata tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia perjuangan dan industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan berdasarkan Finch dan Crunkilton (1984: 12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi pada penerima didik, maka santunan bagi kurikulum tersebut berasal dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.
c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan mempersiapkan penerima didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984: 13) mengemukakan bahwa: Kurikulum pendidikan kejuruan bekerjasama pribadi dengan membantu siswa untuk berbagi suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut jadinya bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan berguru pendidikan kejuruan mengupayakan di dalam berbagi pengetahuan penerima didik, keahlian meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya.
Seluruh kemampuan tersebut di atas, sanggup dikuasai oleh penerima didik melalui pengalaman berguru yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses berguru mengajar di sekolah maupun situasi kerja yang bergotong-royong pada dunia perjuangan atau industri (pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil berguru atau kemampuan yang telah dikuasai diharapkan sanggup memperlihatkan donasi pada pengembangan diri penerima didik, sehingga mereka bisa bekerja sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industri.
d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)
Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu forum pendidikan kejuruan diukur dari keberhasilan penerima didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan ia masuki. Penilaian keberhasilan pada penerima didik di sekolah harus pada penilaian bergotong-royong atau kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa dalam standar keberhasilan sekolah harus bekerjasama erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang dipakai oleh guru dengan mengacu pada standar atau mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja (dunia perjuangan dan dunia industri).
e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards)
Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia perjuangan atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan bermacam-macam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
Sebagai contoh, untuk menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan pada Sekolah Menengah kejuruan yaitu dengan dilaksanakannya uji level untuk kelas X dan XI, serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia perjuangan atau industri berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian.Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia perjuangan dan industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang dihasilkan oleh masing-masing industri.
f. Hubungan kolaborasi dengan masyarakat (School-community relationships)
Suatu perjuangan pendidikan harus bekerjasama dengan masyarakat, demikian pula dengan pendidikan kejuruan mempunyai tanggung jawab di dalam mempertahankan korelasi yang berpengaruh dengan banyak sekali bidang keahlian yang berkembang di masyarakat.
Pengertian masyarakat yang dimaksud yaitu dunia perjuangan dan dunia industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia perjuangan atau industri, maka duduk kasus korelasi antara forum pendidikan dengan dunia perjuangan atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan kejuruan. Perwujudan korelasi timbal balik berupa kesediaan dunia perjuangan atau industri, menampung penerima didik untuk mendapat kesempatan pengalaman berguru di lapangan kerja atau industri, merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement)
Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang akan dialokasikan, alasannya yaitu hal ini akan mensugesti kurikulum. Misalnya: Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang dipakai di bengkel atau laboratorium sanggup membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi.
h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya sesuai terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, penemuan dan penemuan-penemuan gres di bidang produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir penerima didik dalam jangka panjang.
i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung oleh fasilitas berguru yang memadai, alasannya yaitu untuk mewujudkan situasi berguru yang sanggup mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, dibutuhkan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium yaitu kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada sebagai fasilitas bagi penerima didik di dalam berbagi kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industri.
Kebutuhan untuk koordinasi jadwal kejuruan yang bekerja sama dengan industri di masyarakat, bekerjasama erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat kerja bagi penerima didik memperlihatkan suatu susunan unit permasalahan logistik.
j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan pembelajaran, meliputi biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik juga guru berharap untuk memperlihatkan pengalaman berguru yang bergotong-royong bagi penerima didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian yaitu pembelian materi habis sebagai materi praktikum yang dipakai secara rutin sesuai dengan jadwal keahlian yang dikembangkan pada sekolah masing-masing.
Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984) di atas, sanggup dijadikan contoh di dalam pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia sebaiknya mengacu pada karakteristik sebagai berikut :
1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan penerima didik memasuki lapangan kerja.
2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja.
3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan penerima didik harus pada “hands-on” atau performance dalam dunia kerja.
5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan kejuruan.
6) Pendidikan kejuruan yang baik yaitu responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi.
7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing”.
8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industry.
E. Prinsip-prinsip Pendidikan Kejuruan
Prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien jikalau lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya sanggup diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama menyerupai yang ditetapkan di tempat kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau institusi tersebut melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja menyerupai yang dibutuhkan dalam pekerjaan itu sendiri.
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau institusi tersebut bisa membekali setiap individu memodali minatnya, pengetahuan dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya sanggup diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang sanggup untung darinya.
f. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas menyerupai yang dibutuhkan dalam pekerjaan nantinya.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif jikalau gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dimiliki oleh seseorang biar ia tetap sanggup bekerja pada jabatan tersebut.
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan usul pasar (memperhatikan gejala pasar kerja).
j. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jikalau pembinaan diberikan pada pekerjaan yang nyata.
k. Sumber yang sanggup mendapatkan amanah untuk mengetahui isi pembinaan pada suatu okupasi tersebut.
l. Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
m. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jikalau sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jikalau dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
n. Pendidikan kejuruan akan efisien jikalau metode pengajaran yang dipakai dan korelasi pribadi dengan penerima didik mempertimbangkan sifat-sifat penerima didik tersebut.
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jikalau ia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar.
p. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jikalau tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan dilarang dipaksakan beroperasi.
F. Jenis Pendidikan Kejuruan di Indonesia
Jenis pendidikan kejuruan di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sekolah menengah kejuruan (SMK) yaitu salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil berguru yang diakui sama/setara SMP/MTs. Sekolah Menengah kejuruan sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Terdapat banyak sekali jadwal keahlian dalam sekolah menengah kejuruan (SMK) menyerupai Penerbangan, Perkapalan, Tata Boga (Memasak), Tata Rias (Kecantikan), Tata Busana (Desain Baju), Akutansi, Administrasi, Perkantoran, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Desain Grafis, Rancang Bangunan, Perhotelan, Keperawatan, Apoteker, Pendingin, Pengolah Suara, Elektronik, Pertanian, Perikanan, Seni, Bioteknologi, Perkantoran, Pengolahan Kayu, Olahraga, teknik, dan arsitektur.
2. Madrasah aliyah kejuruan (MAK) yaitu salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil berguru yang diakui sama/setara SMP/MTs.
G. Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Kejuruan
1. Kelebihan Sekolah Kejuruan
a. Bisa pribadi bekerja dan bahkan bisa kerja sambil kuliah
b. Bakat bisa dikembangkan secara optimal esuai dengan bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan/kesempatan kerja yang sedang dan akan berkembang pada kawasan tersebut.
c. Lulusan Sekolah Menengah kejuruan merupakan tenaga terdidik, terlatih, dan terampil.
d. Mampu mengikuti pendidikan lanjutan dan atau menyesuaikan dengan perubahan teknologi.
e. Berdampak sebagai pendukung pertumbuhan industri (kecil atau besar).
f. Mengurangi angka pengangguran dan kriminalitas.
g. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara melalui pajak penghasilan dan pertambahan nilai.
2. Kekurangan Sekolah Kejuruan
a. Pelajarannya kurang detail dan tidak bervariatif
b. Pelajaran yang diajarkan hanya mengarah pada jurusan tertentu
c. Sekolah kejuruan yang berbentuk yayasan/swasta akan mensugesti pendanaan dan manajemen sekolah sehingga sarana dan prasarananya kurang memadai.
d. Sekolah kejuruan yang mempunyai program, akan tetapi jadwal tersebut kurang diminati oleh masyarakat alasannya yaitu tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkini.
H. Contoh Sekolah Kejuruan di Indonesia
1. Profil Sekolah
Buat lebih berguna, kongsi: