Pahala Sedekah Dan Menyebarkan Bulan Ramadhan, Refleksi Terhadap Sifat Kedermawanan Nabi Muhammad Saw

Hadis dan Pahala Sedekah Bulan Ramadhan - Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa bulan ramadhan ialah salah satu formasi bulan yang mulia di antara bulan lainny. Di dialamnya dianjurkan untuk memperbanyak amalan utama serta doa untuk meraih ampunan Allah SWT. Dari kesekian banyak amalan tersebut, salah satu amalan yang tidak luput dikerjkan oleh Nabi Saw ialah memperbanyak sedekah. 

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Nabi SAW ialah orang yang paling dermawan, dan dia lebih gemar memberi pada bulan Ramadhan, ketika dia Saw ditemui Jibril untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Jibril menemui dia SAW setiap malam pada bulan Ramadhan, kemudian membacakan kepadanya Al-Qur'an. Rasulullah SAW ketika ditemui Jibril lebih gemar memberi dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.”

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan: "Dan dia tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya." Dan berdasarkan riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah ra:"Rasulullah SAW kalau masuk bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta."

 Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa bulan ramadhan ialah salah satu dereta Pahala Sedekah dan Berbagi Bulan Ramadhan, Refleksi terhadap Sifat Kedermawanan Nabi Muhammad Saw

Kedermawanan ialah sifat murah hati dan banyak memberi. Allah SWT pun bersifat Maha Pemurah, Allah Maha Pemurah, kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu menyerupai bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW ialah insan yang paling dermawan, juga paling mulia, paling berani dan amat tepat dalam segala sifat yang terpuji; kedermawanan dia SAW pada bulan Ramadhan berlipat ganda dibanding bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemurahan Tuhannya berlipat ganda pada bulan ini.

Meneladani Sifat Dermawan Nabi SAW ketika Bulan Ramadhan

Sebagaimana yang telah kami kemukakan di atas, menyebarkan di bulan ramadhan merupakan salah satu ibdah utama yang harus dilakuakn oleh tiap muslim yang bisa untuk melakukannya. Beberapa alasan berikut sanggup dijadikan sebagai materi pertimbangan untuk mengikuti jejak Rasulullah Saw.

1. Bahwa kesempatan ini amat berharga dan melipatgandakan amal kebaikan. 

2. Membantu orang-orang yang berpuasa dan berdzikir untuk senantiasa taat, semoga memperoleh pahala menyerupai pahala mereka; sebagaimana siapa yang membekali orang yang berperang maka ia memperoleh menyerupai pahala orang yang berperang, dan siapa yang menanggung dengan balk keluarga orang yang berperang maka ia memperoleh pula menyerupai pahala orang yang berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid bin Khalid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dia Saw bersabda:

"Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa maka baginya menyerupai pahala orang yang berpuasa itu tanpa menguuangi sedikitpun dari pahalanya. " (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

3. Bulan Ramadhan ialah ketika Allah berderma kepada para hamba-Nya dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api Neraka, terutama pada Lailatul Qadar Allah SWT melimpahkan kasih-Nya kepada para hamba-Nya yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba Allah pasti Allah Maha Pemurah kepadanya dengan anugerah dan kebaikan. Balasan itu ialah homogen dengan amal perbuatan.

4. Puasa dan sedekah bila dikerjakan gotong royong termasuk lantaran masuk Surga. Dinyatakan dalam hadits Ali ra, bahwa Nabi Saw bersabda:

"Sungguh di Surga terdapat ruangan-ruangan yang bab luamya sanggup dilihat dari dalam dan bab dalamnya sanggup dilihat dari luar." Maka berdirilah kepada dia seorang Arab Badui seraya berkata: “Untuk siapakah ruangan-ruangan itu wahai Rasulullah?” Jawab dia Saw: "Untuk siapa saja yang berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa dan shalat malam ketika orang-orang dalam keadaan tidur." (HR. At-Tirmidzi dan Abu Isa berkata, hadits ini gharib).

Semua kriteria ini terdapat dalam bulan Ramadhan. Terkumpul bagi orang mukmin dalam bulan ini; puasa, shalat malam, sedekah dan perkataan baik. Karena pada waktu ini orang yang berpuasa tidak boleh dari perkataan kotor dan perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah sanggup menghantarkan pelakunya kepada Allah SWT.

5. Puasa dan sedekah bila dikerjakan gotong royong lebih sanggup menghapuskan dosa-dosa dan menjauhkan dari api Neraka Jahannam, terutama kalau ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah hadits bahwa Nabi SAW bersabda:

"Puasa itu merupakan perisai bagi seseorang dari api Neraka, sebagaimana perisai dalam peperangan" (Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari Ustman bin Abil-'Ash; juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan disetujui Adz-Dzahabi.) Hadits riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al-Baihaqi.

Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: "Puasa itu perisai dan benteng kokoh yang melindungi seseorang) dari api Neraka". 

Dan dalam hadits Mu'adz, Rasulullah Saw bersabda: "Sedekah dan shalat seseorang di tengah malam sanggup menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api". (Hadist riwayat At-Tirmidzi dan katanya. "Hadits hasan shahih").

6. Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa sanggup menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri dari apa yang mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi sanggup terlengkapi. Karena itu pada selesai Ramadhan, diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.

7. Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia sanggup membantu orang lain yang berpuasa semoga besar lengan berkuasa dengan makan dan minum maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan syahwatnya lantaran Allah, memperlihatkan dan membantukannya kepada orang lain. 

Untuk itu disyari'atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa bersamanya, lantaran makanan ketika itu sangat disukainya, maka hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut, semoga ia termasuk orang yang memberi makanan yang disukai dan kesannya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat makanan dan minuman yang dianugerahkan kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak mendapat anugerah tersebut. Sungguh nikmat ini hanyalah sanggup diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178.) 

Semoga Allah SWT melimpahkan taufik-Nya (kepada kita semua). Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi kita Muhammad Saw, segenap keluarga dan sahabatnya.

Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: