Kabar terbaru bagi guru Madrasah. Dirjen Pendis Sudah menerbitkan Keputusan No 2761 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis (juknis) Penyusunan KTSP RA atau satuan pendidikan anak usia Dini (PAUD) tahun pelajaran 2019/2020. Insya allah artikel kali ini akan menuliskan informasi lengkap ihwal topik tersebut
Sahabat guru RA. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yakni kurikulum operasional yang dibentuk dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik RA. Penyusunan KTSP diubahsuaikan dengan karakteristik satuan RA, potensi lingkungan, penerima didik, pendidik, pengembangan pembelajaran PAI, perkembangan zaman, nilai-nilai dan kearifan lokal di lingkungan RA.
Penyusunan KTSP dilakukan dengan tujuan:
a. Meningkatkan mutu pendidikan RA.
b. Meningkatkan kepedulian forum dan masyarakat.
c. Meningkatkan daya saing RA dalam mewujudkan mutu pembelajaran.
d. Menyiapkan penerima didik yang mempunyai kekhasan keagamaan Islam.
Dalam menyusun dokumen KTSP, tim penyusun kurikulum perlu memahami konsep pengembangan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Tahapan penyusunan Dokumen KTSP yakni menciptakan dokumen 1 dan 2
Penyusunan Dokumen I KTSP
Dokumen I disebut dengan dokumen induk, terdiri dari dua bagian:
a. Bagian pertama, berisi Profil Lembaga RAb. Bagian kedua, berisi Struktur Kurikulum RA
2. Penyusunan Dokumen II KTSP
Dokumen II disebut dengan dokumen program, terdiri dari:
a. Program Semester;b. Program Mingguan;
c. Program Harian;
d. Penilaian Perkembangan Anak.
Prinsip Penyusunan KTSP
Dalam menyusun KTSP Raudhatul Athfal, hendaknya menganut prinsip- prinsip sebagai berikut:
1. Pembentukan sikap spiritual dan sosial anak
Pengembangan Kurikulum berpegang pada pembentukan sikap spiritual dan sosial yaitu sikap yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa, hidup sehat, rasa ingin tahu, berpikir dan bersikap kreatif, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, bisa bekerja sama, bisa menyesuaikan diri, santun dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru di lingkungan rumah, daerah bermain, dan satuan RA.
2. Mempertimbangkan fitrah, tahapan tumbuh kembang anak, potensi, bakat, minat dan karakteristik anak.
Pengembangan kurikulum RA mempertimbangkan fitrah anak yang terdiri dari fitrah keimanan (nilai agama dan moral), fitrah jasmani (fisik motorik) fitrah berguru dan bernalar (kognitif), fitrah berkomunikasi (bahasa), fitrah seksualitas dan individualitas (nilai sosial emosional), dan fitrah estetika (seni
3. Holistik-Integratif
Pengembangan kurikulum RA mempunyai prinsip (holistik) yaitu memperhatikan keseluruhan ranah perkembangan anak sesuai Kompetensi Dasar yang dimuat dalam Panduan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Pengembangan kurikulum RA juga mempunyai prinsip Integratif yaitu segala upaya yang dilakukan dalam menyebarkan kurikulum RA memakai langkah terpadu, baik pada upaya pemenuhan layanan pedagogis, kesehatan, gizi, bereksplorasi maupun layanan proteksi dari kekerasan fisik dan psikologis.
Layanan pedagogis berfokus pada stimulasi perkembangan anak terutama pada stimulasi perkembangan kognitif, psikomotorik dan sosial-emosional. Layanan kesehatan dan gizi difokuskan pada upaya membantu pertumbuhan anak dan kemampuan bereksplorasi. Layanan proteksi dilakukan dengan cara proteksi kondisi dan lingkungan yang nyaman (safety) serta kondusif (security), atau terbebas dari kecemasan, tekanan dan rasa takut sehingga tumbuh kembang anak lebih optimal.
4. Proses berguru dilaksanakan melalui bermainPengembangan Kurikulum RA berprinsip pada pemberian kesempatan berguru kepada anak untuk membangun pengalamannya dalam proses transmisi, transaksi, dan transformasi pengetahuan, keterampilan, nilai- nilai, dan moral di bawah bimbingan pendidik. Proses penerapan Kurikulum RA bersifat aktif bermain yaitu anak terlibat eksklusif dalam aktivitas bermain yang menyenangkan, dan memakai ide-ide gres yang diperoleh dari pengalaman belajar, pengambilan keputusan dan pemecahan problem sederhana.
5. Mempertimbangkan hak anak yang berkebutuhan khususPengembangan Kurikulum RA bersifat inklusif dengan mengakomodir kebutuhan dan perbedaan anak baik dari aspek jenis kelamin, sosial, budaya, agama, fisik, maupun psikis. Dengan demikian semua anak sanggup terfasilitasi sesuai dengan fitrah dan potensi masing-masing tanpa ada diskriminasi aspek apapun. Pendidikan inklusi merupakan respon dari kebutuhan berguru yang luas supaya terdapat kesetaraan dalam pemerolehan Pendidikan yang berkualitas.
6. Perkembangan anak berkesinambungan atau kontinum dari usia lahir sampai 6 tahunPengambangan Kurikulum RA memperhatikan kesinambungan secara vertikal (antara tujuan pendidikan nasional, tujuan lembaga, tujuan pembelajaran), dan kesinambungan horizontal yaitu kesinnambungan tahap perkembangan anak: dari bayi, batita, balita, dan pra sekolah. Prinsip ini menekankan bahwa tahap pertumbuhan dan perkembangan anak diperhatikan dalam mencapai tujuan pendidikan baik secara umum maupun khusus.
7. Memperhatikan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan TeknologiPengembangan kurikulum RA mengadopsi dan memanfaatkan perkembangan keilmuan dan teknologi. Dalam aktivitas pembelajaran, ilmu pengetahuan dan teknologi selalu diselaraskan dengan nilai-nilai agama Islam, tahapan perkembangan anak, nilai moral yang ingin dibangun, serta kearifan lokal Indonesia. Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rangkaian media sekaligus konten yang mewarnai Pendidikan anak usia dini di RA.
8. Memperhatikan Sosial BudayaPengembangan Kurikulum RA memasukkan lingkungan fisik dan budaya ke dalam proses pembelajaran untuk membangun kesesuaian antara pengalaman yang sudah dimiliki anak dengan pengalaman gres untuk membentuk konsep gres ihwal lingkungan dan norma-norma komunitas di dalamnya. Lingkungan sosial dan budaya berperan tidak sebagai obyek dalam kurikulum tetapi sebagai sumber pembelajaran bagi anak RA.
Cara Penyusunan KTSP RA
Bapak ibu guru yang saya hormati. Secara umum terdapat tiga langkah dalam penyusunan KTSP Raudhatul Athfal yaitu:
1. Analisis KonteksSebelum melaksanakan analisis konteks, forum RA membentuk Tim Pengembang Kurikulum RA (TPK RA). Tim pengembang Kurikulum terdiri atas: kepala RA, pendidik, ketua yayasan, pengawas, dan komite. Tugas TPK RA yakni melaksanakan analisis konteks mempelajari, dan menganalisis dokumen perundang-undangan, kondisi, peluang, dan tantangan yang sesuai analisis strength, weekness, opportunity, treathy (SWOT) terkait dengan 8 Standar Nasional Pendidikan.
Hasil dari aktivitas analisis konteks diperlukan membantu RA menemukan karakteristik, kekhasan dan potensi RA yang akan diwujudkan dalam visi, misi serta tujuan RA.
2. Penyusunan dokumen KTSP RAMekanisme penyusunan dokumen KTSP RA sebagai berikut :
a. Kepala RA menyusun dan memutuskan SK TPK
b. TPK melaksanakan analisis konteks
c. TPK menyusun draf kurikulum menurut hasil analisis konteks.
d. TPK melaksanakan pembahasan untuk menelaah kembali kesesuaian kurikulum dengan perundangan dan menurut pada visi, misi serta tujuan lembaga
e. TPK melaksanakan review dan perbaikan hasil terhadap draf kurikulum.
f. Kepala RA memutuskan dokumen KTSP dengan Surat Keputusan.
g. Kepala RA mengajukan akreditasi dokumen KTSP kepada Kepala Kantor Kementerian Agama setempat sesudah melalui validasi pengawas.
h. Dokumen KTSP selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan.
i. TPK melaksanakan pendampingan pelaksanaan KTSP RA
3. Pengesahan dokumen KTSP RA1. Sebelum KTSP disahkan harus divalidasi oleh Pengawas untuk melihat kesesuaian dokumen KTSP dengan dokumen fisik yang dimiliki oleh forum RA.
2. Dokumen KTSP R A yang telah disusun dan ditetapkan oleh kepala RA harus disahkan oleh pejabat yang berwenang.
3. Dokumen KTSP RA yang sudah disahkan segera diimplementasikan di forum oleh para pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Kepala RA harus melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan dokumen KTSP RA.
Jangan lupa lihat juga : Dokumen 1 KTSP Kurikulum 2013 tahun 2019
Selengkapnya silahkan download Juknis penyusunan Dokumen KTSP RA tahun 2019 melalui link berikut , UNDUH.