Analisis Swot (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Dan Threats)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
.Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) telah menjadi salah satu alat yang mempunyai kegunaan dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program gres di forum pendidikan. Proses penggunaan administrasi analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal ihwal strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities (ancaman) dan threats (peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur yaitu sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum forum pendidikan.

Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah forum pendidikan. Selama dekade terakhir kurun ke dua puluh, lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-perubahan baru. Strategi-strategi gres yang inovatif harus dikembangkan untuk memastikan bahwa forum pendidikan akan melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang khususnya pada kurun 21 dan setelahnya.
Di dalam makalah ini akan dikupas beberapa hal mengenai SWOT antara lain: pengertian SWOT, faktor-faktor SWOT, kegunaan SWOT, korelasi SWOT, dan pola aplikasi SWOT.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu analisis SWOT?
2.      Apa faktor-faktor Analisis SWOT?
3.      Apa kegunaan Analisis SWOT?
4.      Bagaimana korelasi antara Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats dalam analisis SWOT?
5.      Bagaimana pola aplikasi SWOT itu?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian SWOT secara umum dan bisa menjelaskannya.
2.      Mengetahui faktor-faktor dalam Analisis SWOT.
3.      Mengetahui kegunaan Analisis SWOT.
4.      Mampu menjelaskan korelasi antara Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats dalam analisis SWOT.
5.      Mampu menyebutkan contoh aplikasi SWOT.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT yaitu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan bahaya (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk kependekan SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland dalam http://subliyanto.wordpress. com/2012/12/13/analisis-swot/, analisis SWOT yaitu instrumen perencanaaan strategis yang klasik dengan memakai kerangka kerja kekuatan dan kelemahan serta kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini memperlihatkan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melaksanakan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam Fortune500. Meskipun demikian, kalau ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada semenjak tahun 1920-an sebagai potongan dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di Harvard Business School. Namun, pada dikala pertama kali digunakan terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskriptif serta belum bahkan tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa dikembangkan dari analisis kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.
Hasil analisis biasanya yaitu arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah laba  dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini.
Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, alasannya yaitu bisa jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda keempat potongan tersebut. Hal ini masuk akal terjadi, alasannya yaitu analisis SWOT yaitu sebuah analisis yang akan memperlihatkan output berupa instruksi dan tidak memperlihatkan solusi “ajaib” dalam sebuah permasalahan.
Analisa SWOT sanggup diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah banyak sekali hal yang mensugesti keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, di mana aplikasinya yaitu bagaimana kekuatan (strengths) bisa mengambil laba (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah laba (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) bisa menghadapi bahaya (threats) yang ada, dan terakhir yaitu bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang bisa membuat bahaya (threats) menjadi nyata atau membuat sebuah bahaya baru.
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Oleh alasannya yaitu tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun eksternal.
Dalam melaksanakan analisis terhadap fungsi-fungsi dan faktor-faktornya, maka berlaku ketentuan berikut: untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya, minimal memenuhi kriteria kesiapan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya, tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal atau bahaya bagi faktor eksternal.
Untuk menentukan kriteria kesiapan, dibutuhkan kecermatan, kehati-hatian, pengetahuan, dan pengalaman yang cukup semoga sanggup diperoleh ukuran kesiapan yang tepat. Kelemahan atau bahaya yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor eksternal yang mempunyai tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama masih adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang telah ditetapkan diduga tidak akan tercapai. Oleh alasannya yaitu itu, semoga sasaran sanggup tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi tidak siap menjadi siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan atau bahaya semoga menjadi kekuatan atau peluang.
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya yaitu menentukan alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang dibutuhkan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap dan mengoptimalkan fungsi yang telah dinyatakan siap.
Oleh alasannya yaitu kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya, maka alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun sanggup berbeda, diubahsuaikan dengan kesiapan sumberdaya insan dan sumberdaya lainnya di sekolah tersebut. Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi duduk kasus yang sama.

B.     Faktor-faktor Analisis SWOT
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1.      Strengths (kekuatan)
Faktor-faktor kekuatan dalam forum pendidikan yaitu kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif forum pendidikan tersebut. Hal ini bisa dilihat kalau sebuah forum pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik atau hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang sanggup membuat sekolah tersebut unggul dari pesaing-pesaingnya serta sanggup memuaskan steakholders maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai pola dari bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, gambaran yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan banyak sekali pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan forum pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain yaitu sumber daya insan yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan yang sangat tinggi, didukung dengan sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai. Hal lain dari faktor keunggulan forum pendidikan yaitu kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan forum pendidikan yang agamis.
Bagi sebuah forum pendidikan untuk mengenali kekuatan dasar forum tersebut sebagai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi merupakan hal yang sangat penting. Mengenali kekuatan dan terus melaksanakan refleksi yaitu sebuah langkah besar untuk menuju kemajuan bagi forum pendidikan.
2.      Weakness (kelemahan)
Kelemahan yaitu hal yang masuk akal dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting yaitu bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam forum pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh forum pendidikan lain. Kelemahan ini sanggup berupa kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia perjuangan dan industri dan lain-lain
Oleh alasannya yaitu itu, ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para pengelola pendidikan, antara lain yaitu:
a.    Lemahnya SDM dalam forum pendidikan
b.    Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja
c.    Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi kini ini.
d.   Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3.      Opportunities (peluang)
Peluang yaitu suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam forum pendidikan. Situasi lingkungan tersebut misalnya:
a.    Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan penerima didik.
b.    Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum menerima perhatian.
c.    Perubahan dalam keadaan persaingan.
d.   Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
Peluang pengembangan dalam forum pendidikan sanggup dilakukan antara lain  yaitu:
a.    Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran menyerupai ini dibutuhkan tugas serta pendidikan agama  yang lebih dominan.
b.    Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kian menjamur. Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan forum pendidikan  ke depan.
c.    Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia yaitu muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini yaitu peluang yang sangat taktik bagi pentingnya administrasi pengembangan forum pendidikan.
4.      Threats (ancaman)
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, bahaya mencakup faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah forum pendidikan. Jika sebuah bahaya tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah forum pendidikan itu sendiri. Contoh bahaya tersebut yaitu minat penerima didik gres yang menurun, motivasi berguru penerima didik yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap forum pendidikan tersebut dan lain-lain.
C.    Kegunaan Analisis SWOT
Secara umum, analisis SWOT digunakan untuk:
1.      Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2.      Menganalisis kondisi internal forum dan lingkungan eksternal lembaga
3.      Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan
4.      Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita
5.      Mengetahui posisi sebuah forum diantara lembaga-lembaga lain
6.      Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan para pesaingnya.

D.    Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam Analisis SWOT
Sebuah forum pendidikan akan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan ketika kekuatan forum pendidikan melebihi kelemahan yang dimiliki. Oleh alasannya yaitu itu forum pendidikan harus bisa memperdayakan potensi yag dimiliki secara maksimal, mengurangi resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya tujuan forum pendidikan yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab lingkungan administrasi forum pendidikan. Jika analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka upaya untuk menentukan dan menentukan taktik yang efektif akan membuahkan hasil yang diinginkan.
Analisis SWOT dalam aktivitas sekolah sanggup dilakukan dengan melaksanakan matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan bahaya dalam penyelenggaraan aktivitas sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah sanggup dilakukan taktik SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), taktik WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), taktik ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), taktik WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Menurut Afhie, 2012 dalam http://afhie-cirebon.blogspot.com/2012/ 12/penerapan-analisis-swot-pada-lembaga.html korelasi antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT sanggup digambarkan melalui denah berikut ini
HUBUNGAN
S (KEKUATAN)
W (KELEMAHAN)
O (PELUANG)
Sebuah forum pendidikan harus sanggup memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan sebaliknya memanfaatkan peluang dan menjadikannya sebagai sebuah kekuatan (Strength).
Peluang digunakan untuk menekan banyak sekali macam kelemahan-kelamahan yang ada atau dengan kata lain menghilangkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang
T (ANCAMAN)
Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Suatu forum pendidikan, sebelum datangnya sebuah bahaya forum pendidikan tersebut harus bisa menutupi kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya dengan kekuatan dan peluang.
Sedangkan berdasarkan Said, 2013 dalam https://mataseluruhdunia1010.blogspot.com//search?q=%20analisa-swot menggambarkan korelasi antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT yaitu sebagai berikut
1.      Kekuatan dan Kelemahan.
Kekuatan yaitu faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan (strenghth) atau distinctive competence hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, contohnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mensugesti lingkungan di sekitarnya. Jika pada institusi lain juga terdapat kekuatan yang mempunyai core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi tersebut dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga sanggup disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa untuk dikembangkan alasannya yaitu ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu penting kalau dilihat dari lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.
2.      Peluang dan Ancaman.
Peluang yaitu faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisis internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan, peluang juga harus diranking berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam sasaran dan taktik institusi.
Peluang sanggup dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a.    Low, kalau mempunyai daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya juga kecil.
b.    Moderate, kalau mempunyai daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang pencapaian kecil atau sebaliknya. 
c.    Best, kalau mempunyai daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya besar.
Sedangkan, bahaya yaitu segala sesuatu yang terjadi jawaban trend perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya (seriousness) dan kemungkinan terjadinya (probability of occurance). Sehingga bahaya tersebut sanggup dikategorikan sebagai berikut:
a.    Ancaman utama (Major Threats) yaitu bahaya yang kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk bahaya utama ini, dibutuhkan beberapa planning yang harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
b.     Ancaman tidak utama (Minor Threats) yaitu bahaya yang dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil
c.    Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.
Dari hal tersebut sanggup disimpulkan beberapa kategori situasi institusi dilihat dari keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu sebagai berikut:
a.       Suatu institusi dikatakan unggul kalau mempunyai major opportunity yang besar dan major threats yang kecil.
b.      Suatu institusi dikatakan spekulatif kalau mempunyai high opportunity dan threats pada dikala yang sama.
c.       Suatu institusi dikatakan mature kalau mempunyai low opportunity dan low threat.
d.      Suatu institusi dikatakan in trouble kalau mempunyai low opportinity dan high threats.
Tidak ada satu cara terbaik untuk melaksanakan analisis SWOT. Yang paling utama yaitu membawa banyak sekali macam pandangan/perspektif gotong royong sehingga akan terlihat keterkaitan gres dan implikasi dari korelasi tersebut.

E.     Contoh Aplikasi Analisis SWOT
Sebagai contoh, untuk sasaran pertama, yaitu rata-rata GSA mencapai minimal +0,40 maka harus ditentukan fungsi-fungsi apa saja berikut faktor-faktornya yang berperan penting dalam mencapai sasaran tersebut. Berdasarkan hasil penilaian diri dan pengalaman sebelumnya, diidentifikasi bahwa fungsi yang berperan untuk meningkatkan GSA yaitu fungsi proses berguru mengajar yang didukung oleh fungsi ketenagaan, dan fungsi sarana belajar.
Berdasarkan pada fungsi-fungsi yang telah diidentifikasi, maka perlu ditemukan faktor apa saja yang berpengaruh, baik faktor internal maupun eksternal dalam fungsi tersebut dan kemudian masukkan ke dalam tabel analisis SWOT. Oleh alasannya yaitu sekolah mempunyai lebih dari satu sasaran, maka setiap sasaran yang telah ditentukan harus dianalisis melalui analisis SWOT.
Berikut dijelaskan dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, pola melaksanakan analisis SWOT untuk dua sasaran pertama yang ditentukan sekolah “X” pada tahun 2002/2003 serta fungsi dan faktor-faktornya yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran. Analisis SWOT untuk sasaran-1, yaitu peningkatan GSA minimal +0,40 ditunjukkan pada Tabel-1, sedangkan untuk sasaran-2, yaitu menjadi finalis pada turnamen bola voli tingkat Kota ditunjukkan pada Tabel-2.
Tabel-1. Analisis SWOT untuk Sasaran-1:
Peningkatan GSA minimal +0,40
Fungsi dan Faktornya
Kondisi Kesiapan (Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Tingkat Kesiapan Faktor
Siap
Tidak
A.      Fungsi Proses
Belajar Mengajar (PBM)
1.    Faktor Internal
a.     Motivasi berguru siswa

b.     Perilaku siswa


c.     Motivasi guru
d.    Pemberdayaan siswa


e.     Keragaman metode mengajar
f.      Penggunaan waktu belajar

2.    Faktor eksternal
a.       Kesiapan siswa mendapatkan pelajaran
b.      Dukungan orangtua
c.       Lingkungan sosial sekolah
d.      Lingkungan fisik sekolah

·      Tinggi


·      Disiplin dan tertib di dalam kelas
·      Tinggi
·      Guru bisa memberdayakan siswa

·      Bervariasi


·      Efektif



·      100%



·      Tinggi

·      Kondusif

·      Nyaman/tenang

·      60% siswa mempunyai motivasi tinggi
·      Kurang disiplin dan kurang tertib

·      Cukup tinggi
·      Kurang mampu



·      Tidak banyak variasi

·      Kurang efektif



·      50%



·      Tinggi

·      Kurang kondusif

·      Gaduh/ramai





























B.     Fungsi Pendukung PBM-
Ketenagaan
1.      Faktor Internal
a.       Jumlah guru
b.      Kualifikasi pendidikan guru minimal D-3

c.       Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diampu guru
d.      Beban mengajar guru


2.      Faktor eksternal
a.       Pengalaman mengajar guru
b.      Kesiapan mengajar guru
c.       Fasilitas pengembangan diri

·      Cukup
·      Semua guru pendidikan guru minimal D-3


·      100% sesuai





·      Rata-rata 18 JP





·      Rata-rata 2-5 tahun

·      100%


·      Tersedia

·      Cukup
·      60% minimal D-3




·      70% sesuai\





·      Rata-rata 22 JP





·      Rata-rata 6 tahun


·      80%


·      Kurang lengkap




























C.     Fungsi Pendukung PBM-
Sarana Belajar
1.       Faktor internal
a.    Buku setiap mata pelajaran
b.    Jumlah buku penunjang
c.    Jumlah lemari dan rak buku
d.   Kebersihan dan kerapihan ruang perpustakaan
e.    Pengelola perpustakaan
f.     Dana pengembangan perpustakaan

2.       Faktor eksternal
a.    Dukungan orangtua dalam melengkapi perpustakaan
b.    Kerjasama dengan perpustakaan lain yang lengkap
c.    Kesesuaian buku penunjang dengan potensi kawasan dan perkembangan iptek

·      Cukup dan lengkap
·      Cukup dan lengkap
·      Cukup

·      Bersih dan rapih



·      Ada dan mampu

·      Tersedia dan cukup



·      Mendukung




·      Ada kerjasama




·      Tinggi tingkat kesesuaiannya

·      Kurang lengkap

·      Kurang lengkap

·      Kurang

·      Cukup



·      Kurang mampu

·      Tidak tersedia




·      Mendukung




·      Tidak ada




·      Rendah tingkat kesesuaiannya



































Tabel-2. Analisis SWOT untuk Sasaran-2:
Menjadi finalis turnamen bola voli tingkat Kota
Fungsi dan Faktornya
Kondisi Kesiapan (Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Tingkat Kesiapan Faktor
Siap
Tidak
A.    Faktor Ketenagaan
1.  Faktor Internal
a.       Jumlah guru olahraga
b.      Kemampuan guru olahraga dalam bola voli
c.       Motivasi guru

2.  Faktor eksternal
a.       Pengalaman sebagai pelatih
b.      Dukungan orangtua
c.       Fasilitas pengembangan diri

·      Cukup

·      Tinggi



·      Tinggi


·      Cukup

·      Tinggi

·      Ada

·      Cukup

·      Tinggi



·      Cukup tinggi


·      Kurang

·      Tinggi

·      Tidak ada



















B.     Fungsi Prasarana
1.  Faktor Internal
a.       Lapangan bola voli di sekolah
b.      Alat pendukung olahraga bola voli (net, bola)
c.       Perawatan prasarana dan sarana
2.  Faktor eksternal
a.    Dukungan orangtua siswa dalam peningkatan mutu lapangan voli
b.    Lapangan bola voli di tingkat Kota/Kecamatan

·      Tersedia dan layak pakai
·      Tersedia dan layak


·      Terawat dengan baik


·      Tinggi





·      Tersedia dan layak pakai

·      Tersedia dan kurang layak pakai
·      Tersedia dan kurang layak


·      Terawat baik



·      Cukup





·      Tersedia dan kurang layak pakai


























C.     Fungsi Siswa
1.  Faktor internal
a.       Pemberdayaan siswa


b.      Alokasi waktu pelatihan
c.       Penggunaan waktu latihan

2.  Faktor eksternal
a.  Kesiapan siswa dalam mendapatkan pelatihan
b.  Pelatih yang berpengalaman
c.  Uji tanding dengan sekolah lain
d. Dukungan orangtua siswa dalam pelatihan

·      Guru bisa memberdayakan siswa

·      3x seminggu

·      Efektif



·      100%



·      Tersedia


·      1x sebulan


·      Tinggi

·      Cukup mampu



·      Kurang 1x seminggu
·      Kurang efektif



·      80%



·      Tidak ada


·      Tidak pernah


·      Tinggi























Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka sanggup diidentifkasi kelemahan dan bahaya yang dihadapi oleh sekolah pada hampir semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan yaitu siswa kurang disiplin, guru kurang bisa memberdayakan siswa dan umumnya tidak banyak variasi dalam memperlihatkan materi pelajaran di kelas serta waktu yang digunakan kurang efektif, sedangkan yang menjadi bahaya yaitu kurang siapnya siswa dalam mendapatkan pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari menjelang pulang. Di samping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang aman dan ramai alasannya yaitu berdekatan dengan sentra keramaian kota.
Selanjutnya untuk mengatasi kelemahan atau bahaya tersebut, sekolah mencari alternatif-alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1.      Pengaktifan kegiatan MGMP sekolah
Berdasarkan pada hasil analisis, disebutkan bahwa jumlah guru cukup tetapi suasana berguru belum cukup aman jawaban metode mengajar guru kurang bervariasi. Melalui MGMP sekolah diharapkan sanggup mengatasi persoalan, termasuk bagaimana menyiasati kurikulum yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang sempurna serta menemukan banyak sekali variasi metode dalam mengajarkan setiap mata pelajaran yang diajarkan. Kegiatan ini di bawah koordinasi Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum dan untuk setiap matapelajaran dipimpin oleh guru senior yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. MGMP minimal bertemu satu kali per ahad guna menyusun taktik pengajaran dan mengatasi masalah yang muncul.
MGMP sekolah juga menyusun dan mengevaluasi perkembangan kemajuan berguru sekolah. Evaluasi kemajuan dilakukan secara terjadwal dan akhirnya digunakan untuk menyempurnakan planning berikutnya. Kegiatan MGMP sekolah yang dilakukan dengan intensif, sanggup dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang diajarkan, terutama ditujukan untuk guru-guru yang mengajar bukan bidangnya (teacher mismatch).
2.      Pengiriman guru mengikuti pelatihan
Sebagai alternatif, sekolah sanggup mengirimkan guru-guru secara bergiliran untuk mengikuti training pada forum yang dianggap potensial dan berpengalaman. Pengiriman guru ini, dimaksudkan untuk memperlihatkan pelengkap pengetahuan dan keterampilan guru, baik dalam bidang keahlian/substansi, metode pengajaran, maupun banyak sekali metode evaluasi, sesudah melalui proses identifikasi kebutuhan yang dilakukan secara cermat oleh sekolah. Program ini sanggup mendorong sekolah untuk mengalokasikan sebagian anggarannya untuk peningkatan SDM, yang selama ini belum secara optimal dilakukan.
Selain itu, untuk mengatasi kelemahan tersebut, sekolah melalui kegiatan MGMP sanggup mengundang hebat dari luar, baik hebat substansi mata pelajaran untuk membantu guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas, maupun banyak sekali metode pengajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai dalam memperlihatkan materi mata pelajaran tertentu.
3.      Peningkatan disiplin siswa
Berdasarkan hasil analisis, dinyatakan bahwa disiplin siswa sangat rendah, baik dalam mengikuti hukum dan tata tertib sekolah, maupun dalam mengikuti pelajaran dan mengakibatkan lingkungan sosial sekolah menjadi kurang kondusif. Diperlukan adanya peningkatan disiplin siswa untuk membuat iklim sekolah yang lebih aman dan sanggup memotivasi siswa dalam belajar.
Adanya pinjaman guru yang cukup, sekolah sanggup membuat hukum dan tata tertib yang baik dan memadai. Tata tertib yang dibuat dan disepakati tersebut harus ditaati, khususnya oleh siswa dan warga sekolah lainnya, termasuk guru, karyawan, dan juga kepala sekolah. Aturan tersebut sanggup mencakup tata tertib waktu masuk dan pulang sekolah, kehadiran di sekolah dan di kelas serta mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, dan tata tertib sekolah lainnya.
Dengan meningkatnya disiplin siswa, diharapkan sanggup meningkatkan efektivitas jam berguru sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan meningkatkan iklim berguru yang lebih aman untuk mencapai hasil berguru yang lebih baik.
4.      Pembentukan kelompok diskusi terbimbing
Kelompok diskusi terbimbing ini dibuat untuk mengatasi siswa yang kurang persiapan untuk berguru di sekolah. Kegiatan diskusi ini, minimal 1 kali per ahad untuk setiap mata pelajaran di luar jam pelajaran sekolah. Pembentukan kelompok dilakukan oleh siswa dan dibimbing oleh guru. Dalam setiap kegiatan diskusi sanggup dihadirkan narasumber yang berasal dari guru, alumni, atau orang lain yang dianggap hebat dalam mata pelajaran yang berkaitan dan bertempat tinggal di sekitar kelompok tersebut berada.
Adanya pinjaman orangtua dalam meningkatkan motivasi belajar, memperlihatkan peluang dan kesempatan melaksanakan kegiatan kelompok diskusi, yaitu setiap kali pertemuan sanggup memakai rumah anggota kelompok secara bergiliran. Setiap kelompok diskusi menunjuk pemimpin kelompok dan guru pembimbingnya.
Untuk keperluan pengembangan materi pada MGMP sekolah, setiap guru pembimbing sanggup memberikan hasil diskusi kelompok, sehingga terjadi saling tukar pengalaman dan saling membantu bila terjadi kesulitan. Kelompok diskusi terbimbing ini, sebaiknya melibatkan guru pembimbing (BK), khususnya untuk meningkatkan motivasi siswa serta membimbing siswa untuk menghindari dampak pergaulan sosial yang negatif.
5.      Peningkatan pengadaan buku
Dari hasil analisis, ternyata sekolah masih memerlukan buku-buku bacaan wajib maupun penunjang untuk mendukung kegiatan berguru siswa. Pengadaan buku pustaka diarahkan untuk mendukung kegiatan guru mengajar, termasuk kegiatan MGMP sekolah dan mendukung berguru siswa. Untuk mendukung kegiatan guru, diadakan buku-buku pedangan guru dari sumber yang relevan. Sedangkan untuk mendukung berguru siswa, diadakan buku-buku yang dibutuhkan siswa untuk pendalaman materi ebtanas.
Pengadaan buku-buku tersebut hendaknya dimulai dengan melaksanakan identifikasi buku-buku yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dan mencatat buku-buku yang tidak ada atau tidak mencukupi kebutuhan sekolah. Berbagai cara sanggup dilakukan untuk memenuhi kekurangan buku-buku tersebut, antara lain dengan mengadakan kerjasama dengan perpustakaan pada instansi lain yang mempunyai potensi untuk membantu pengadaan buku sekolah, atau sekolah sanggup membeli buku-buku tersebut secara eksklusif apabila tersedia dana untuk pengembangan perpustakaan.
6.      Peningkatan layanan perpustakaan
Di samping pengadaan buku-buku, perlu diupayakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengelola perpustakaan untuk meningkatkan layanan perpustakaan. Apabila dimungkinkan, sekolah sanggup memperlihatkan kesempatan untuk mengikuti training singkat bagi pengelola perpustakaan. Hal yang lebih penting sekolah memperhatikan peningkatan dan pengembangan perpustakaan untuk sanggup menyediakan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan keperluan guru dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini sanggup berarti sekolah mempunyai kewajiban untuk memperhatikan penyediaan anggaran perpustakaan yang diubahsuaikan dengan kemampuan yang dimiliki sekolah.
Pada sasaran kedua, sekolah mengidentifikasi kelemahan dan bahaya yang dihadapi untuk mencapai sasaran menjadi finalis pada tingkat Kota/Kabupaten dalan bidang olahraga bola voli, yaitu waktu training yang kurang intensif dan tidak ada pengalaman guru dalam melatih bola voli secara profesional serta sekolah tidak pernah melaksanakan uji-tanding ke sekolah lain. Di samping itu, terbatasnya kemudahan pengembangan olahraga bola voli pada tingkat Kecamatan maupun Kota dan kondisi lapangan bola voli di sekolah dalam keadaan rusak sebagian. Berbagai peralatan olahraga voli yang dimiliki sekolah juga masih kurang, termasuk bola voli. Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan atau bahaya tersebut, sekolah melaksanakan beberapa langkah sebagai alternatif untuk memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1.      Pengaktifan tim bola voli sekolah
Hasil analisis menyebutkan bahwa minat siswa terhadap olahraga bola voli cukup tinggi, ditandai dengan cukup banyak siswa (hampir 80%) yang siap mengikuti training olahraga ini. Sementara latihan yang diadakan sekolah kurang dari 1x seminggu atau bahkan tidak ada latihan sama sekali. Hal ini memperlihatkan bahwa sekolah kurang memberi perhatian yang tinggi terhadap olahraga bola voli, walaupun banyak siswa yang berminat untuk mengikutinya.
Untuk itu, dibutuhkan penggalakan kegiatan olahraga bola voli dengan mengaktifkan kembali tim voli pada tingkat sekolah, melalui sosialisasi dan pembentukan tim kelas atau adonan beberapa kelas dengan keinginan memperoleh bibit pemain yang baik.
2.      Peningkatan prasarana dan sarana olahraga bola voli
Hasil analisis menyebutkan bahwa lapangan yang ada kondisinya sudah sangat buruk dan memerlukan perbaikan atau renovasi, termasuk penambahan sejumlah alat pendukung lainnya, menyerupai tiang, net, dan bola. Lapangan olahraga sebagai salah satu unsur penting dalam peningkatan prestasi perlu menerima perhatian sekolah secara sungguh-sungguh. Dengan lapangan yang memadai dan bentuk yang standar akan lebih menarik minat siswa untuk mengikuti latihan yang diadakan oleh sekolah dan juga sanggup menjadikan siswa besar hati mempunyai sekolah dengan lapangan olahraga yang baik. Untuk itu sekolah perlu memperlihatkan porsi anggaran yang cukup dalam rangka  melakukan renovasi lapangan dan mengalokasikan anggaran untuk membeli peralatan yang kurang atau tidak ada sebelumnya, tetapi sangat diperlukan.
3.      Peningkatan waktu latihan dan uji-tanding
Pada fungsi pelatihan, terdapat banyak kelemahan dan tantangan untuk menjadikan tim bola voli sekolah masuk menjadi finalis pada tingkat Kota/Kabupaten, diantaranya yaitu waktu latihan yang kurang banyak dan tidak efektif, alasannya yaitu training selama ini hanya sekedar memenuhi kegiatan rutin dan tidak mempunyai sasaran mutu. Untuk itu, aktivitas latihan perlu ditingkatkan lebih intensif lagi, contohnya dengan meningkatkan latihan menjadi 3x dalam seminggu dan menyusun aktivitas uji-tanding dengan sekolah lain sebanyak 1x sebulan. Uji-tanding dengan sekolah lain yang telah mempunyai tim yang kuat, sanggup memperlihatkan pengalaman dan memupuk keberanian tim sekolah dikala nanti mengikuti turnamen yang sebenarnya.


4.      Pelatih dari luar sekolah
Hasil analisis menyebutkan bahwa sekolah tidak mempunyai instruktur yang memabg berpengalaman dalam cabang olahraga bola voli. Pelatih yang ada hanya guru olahraga yang secara rutin memperlihatkan latihan dengan teknik yang masih konvensional dan belum mempunyai pengalaman bertanding di luar daerah. Hal itu sanggup dipahami, alasannya yaitu tidak semua guru olahraga sanggup menjadi instruktur yang baik untuk satu cabang olahraga tertentu. Untuk itu, dirasa perlu untuk mendatangkan instruktur dari luar yang mempunyai pengalaman bertanding dan bisa memperlihatkan cara-cara terbaik dalam bermain bola voli.
F.     Studi Kasus
SD XXX merupakan salah satu SD Negeri di kota XXX. Sejak didirikannya SD XXX sekitar 30 tahun yang lalu, sekolah tersebut merupakan sekolah yang sangat diperhitungkan dan menjadi incaran oleh orang bau tanah untuk menyekolahkan anak-anaknya. Tetapi, semenjak lima tahun terakhir ini prestasi sekolah tersebut mulai menurun. Semakin usang keberadaan sekolah tersebut semakin menghilang dari banyak sekali ajang kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler di kota XXX. Hubungan antarguru kurang serasi bahkan muncul kecurigaan baik di antara kepala sekolah dengan guru maupun guru dengan guru. Sebagian orang bau tanah menarik anaknya dari sekolah tersebut dan memindahkan ke sekolah lain.
Sebagai  seorang  yang  memahami  entrepreneurship  di  bidang pendidikan,  misalkan saya direkrut  oleh  Dinas  Pendidikan  Kota  XXX  sebagai  konsultan untuk  membenahi  sekolah  tersebut maka  saran-saran  untuk  memperbaiki SD XXX tersebut dapat diberikan melalui analisis dan klarifikasi singkat berikut ini.
Berdasarkan kasus yang dikemukakan di atas, sebagai seorang konsultan akan memperlihatkan banyak sekali saran/masukan demi pembenahan dan pemulihan kualitas sekolah tersebut. Kapasitas sebagai konsultan yang dimaksud di sini yaitu seorang profesional yang hebat dalam bidang administrasi pendidikan, khususnya untuk terapi ‘penurunan kualitas’ sebuah institusi pendidikan. SD XXX yaitu sekolah yang secara sosiogeografis berada di sebuah perkotaan, tentu saja kota besar. Jika jumlah sekolah mencapai 74, umumnya hanya ada di kota besar. Berbagai saran yang diberikan oleh konsultan ke depan harus selalu mempertimbangkan sekolah tersebut sebagai salah satu sekolah di kota modern. Selain itu, SD XXX juga merupakan sekolah tua. Konsultan perlu mempertimbangkan para alumni yang tersebar di banyak sekali pelosok untuk mengembalikan kualitas sekolah tersebut menyerupai sedia kala.
SD XXX di Kota XXX yaitu sebuah sekolah yang mempunyai permasalahan serius, terutama dalam hal sikap kepala sekolah, guru, dan siswa. Berbagai sikap negatif ini sanggup diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak baik dalam tataran administrasi sekolah. Beberapa hal yang sanggup disarankan yaitu sebagai berikut.
1.      Sebagai konsultan resmi yang ditunjuk harus mencari dokumen resmi dan memahami dengan baik sejarah sekolah, riwayat prestasi sekolah, dan melaksanakan banyak sekali analisis SWOT dari sekolah tersebut selama 30 tahun terakhir. Hasil dari observasi dan analisis ini akan menjadi dasar bagi konsultan untuk memetakan perubahan sekolah tersebut menuju kualitas yang lebih baik.
2.      Melakukan konsultasi administrasi pendidikan dengan pihak dinas pendidikan dalam upaya perubahan sistem administrasi dan struktur di sekolah tersebut. Jika kepala sekolah (sebagai manajer) saja  sudah tidak mempunyai korelasi yang baik dengan orang yang dipimpinnya (bawahannya), maka ini yaitu menunjukan administrasi yang tidak harmonis. Penggantian kepala sekolah perlu segera dilakukan untuk memperoleh manajer yang lebih muda dan mempunyai semangat dan visi yang jelas.
3.      Mengupayakan adanya keterlibatan para alumni untuk kembali memperhatikan almamaternya. Sudah bukan diam-diam lagi bahwa SD XXX telah terpuruk, publik sudah mengetahuinya bahwa kualitas sekolah tersebut semakin menurun. Dari banyak sekali gosip media, banyaknya orangtua yang menarik anaknya dari sekolah itu, tentu suatu hal yang tidak perlu dirahasiakan lagi. Pemanfaatan teknologi gosip dan komunikasi untuk menjaring saran dan keterlibatan para alumni kini ini amat gampang dilakukan. Jejaring sosial yang banyak digandrungi orang sanggup menjadi salah satu alternatif untuk membangun komunikasi dengan para alumni. Tetapi untuk menjaga privasi sekolah, tetap  saja model grup tertutup yang dianjurkan untuk digunakan.
4.      Meningkatkan upaya untuk menjamin keamanan, keselamatan dan visi yang terang untuk masa depan para penerima didik. Dari upaya ini akan mengembalikan kepercayaan para orang bau tanah sehingga “turn over” sanggup dihindari. ‘Turn over’ yang tinggi juga terjadi di perusahaan-perusahaan besar dan salah satu penyebabnya yaitu tidak adanya jaminan keamanan untuk masa depan 
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.        Analisis SWOT yaitu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan bahaya (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
2.        Faktor-faktor analisis SWOT ada empat yaitu kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan bahaya (threats).
3.        Analisis SWOT digunakan untuk: menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi, menganalisis kondisi internal forum dan lingkungan eksternal lembaga, menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan, mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita, mengetahui posisi sebuah forum diantara lembaga-lembaga lain, dan mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan para pesaingnya.
4.        Analisis SWOT dalam aktivitas sekolah sanggup dilakukan dengan melaksanakan matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan bahaya dalam penyelenggaraan aktivitas sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah sanggup dilakukan taktik SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), taktik WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), taktik ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), taktik WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
5.        Analisis SWOT sangat penting kiprahnya dalam meningkatkan mutu pendidikan alasannya yaitu analisis dan gambaran yang diberikan merupakan tolok ukur dalam membuatkan lembaga/satuan pendidikan lebih lanjut. Setelah analisis, perlu dirumuskan visi,misi, tujuan, dan aktivitas kerja yang lebih nyata untuk memperbaiki aktivitas sebelumnya.



B.     Saran
1.        Guru perlu memahami analisis SWOT secara mendalam semoga nantinya sanggup melaksanakan analisis SWOT sebagai bentuk dukungan/partisipasi terhadap aktivitas administrasi berbasis sekolah.
2.        Guru harus memperhatikan faktor-faktor dalam analisis SWOT semoga sanggup memformulasikan analisis SWOT dengan baik dan mencapai sasaran/tujuan yang diharapkan.
3.        Guru harus sanggup memfungsikan analisis SWOT sesuai kegunaannya dengan tepat.
4.        Guru harus sanggup memahami korelasi dari faktor-faktor SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) semoga sanggup memanfaatkan faktor-faktor kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman.
5.        Guru harus sanggup memahami pola aplikasi SWOT semoga di kemudian hari sanggup mengaplikasikan SWOT dalam aktivitas administrasi berbasis sekolah.












Buat lebih berguna, kongsi: