Pengertian Alam Barzakh Menurut Iman Al-Ghozali dan Fazlur Rahman
Secara ontology,persoalan perihal eksistensi insan pasca janjkematian hamper tidak menyebabkan perselisihan yang mendasar di kalangan ulama. Sebab, Ayat- ayat Al-qur’an sendiri telah menjelaskan secara gamblang, bahwa sanya insan akan mendapatkan tanggapan atas segala apa yang telah dilakukannya di dunia.
Dokktrin perihal Alam Barzakh yaitu kepercayaan eskatologi yang hanya dianut dalam islam. Dalam agama lain, agaknya konsepsi Zoroasterianisme ( Majusi) –lah yang mempunyai kemiripan denga kepercayaan ini, yang juga mengakui adanya Alam Antara, yang menghubungkan janjkematian dan kebangkitan – kembali. Namun demikian, sekali pun kedua kepercayaan tersebut mempunyai kemiripan, akan tetapi keduanya tentu mempunyai landasan argument yang berbeda, karena dalam kepercayaan Zoroasterianisme diakui bahwa insan akan menjumpai daena –nya sehabis tiga hari dari kematian.
Tentang realitas eksistensi alam barzakh ini, memang tidak ada perbedaan persepsi dikalangan para ulama’, akan tetapi konflik yang muncul saat sejumlah ulama, termasuk Al-Ghozali,mengidentifikasikan Alam Barzakh dengan tanggapan pahala atau ganjaran dosa di suatu alam tertentu, kejadian yang berlangsung semenjak insan meniggal hingga ia dibangkitkan kembali pada hari kiamat. Lebih jauh berdasarkan Al-Ghozali, manusia, saat berada dalam kubur (Alam Barzakh) akan mengalami empat kondisi yang di sesuaikan dengan kualitas masing- masing perbuatannya ;
Pertama, diantara mereka ada yang duduk diatas tumitnya hingga matanya hancur berantakan,sementara jasad sang mayat sendiri berada dalam kondisi nanah dan kembali menjadi tanah. Setelah proses ini dilalui, ia akan berputar di Alam Malakut dibawah langit kedua.
Kedua, Diantara mereka ada yang diberi oleh Allah rasa kantuk yang luar biasa sehingga ia tidak bangun dan tidak mengetahui perihal apa yang terjadi hingga kelak terjadinya peniupan sangkakala ( terompet ) pertama. Diantara orang- orang in I ada yang berada dikuburnya hanya selam dua atau tiga bulan,setelah itu jiwanya akan naik keatas burung yang yang terbang ke Surga.
Ketiga, yang termasuk kedalam kelompok ini, mereka yang apabila jasadnya telah hancur, rohnya akan naik menuju sangkakala dan terus melekat disana hingga terompet tersebut ditiupkan.
Ke empat, khusus bagi para Nabi dan Wali Allah, diantara mereka ada yang terus berkeliling dimuka bumi hingga hari kiamat.
Demikian citra umum formulasi Al-ghozali perihal Alam Barzakh, yang dengan sangat terperinci mengaitkan kepercayaan ini dengan nikmat dan siksa.
Meskipun begitu, secara genealogis, gagasan Al- Ghozali ini intinya berangkat dari konsepsinya perihal janjkematian yang mengidentikkannyab dengan “ simpulan zaman kecil’ Implikasinya ,karena istilah simpulan zaman itu sudah mengindikasikan suatu kebangkitan _ yang tentu saja disertai dengan pertanggung jawaban beserta konsekuensi siksa atau ni’matnya. Dari sisi lain yang berbeda, akan terjawab pula implikasi dari konsep janjkematian Rahman. Konsepsi Rahman perihal Barzakh sama sekali tidak bertolak belakang dari Al-ghozali, jikalau Al-Ghozali sangat meyakini kepercayaan siksa dan ni’mat di Alam Barzakh, maka sebalikny a, Rahman memperlihatkan sangkalan, dengan menyampaikan bahwa kepercayaan eskatologi perihal adanya pengadilan pra- simpulan zaman yang kemudian di balas dengan kenikmatan atau malah di ganjar dengan siksaan bahwasanya tidak ditemukan di dalam Al qur’an, melainkan dalam hadits- hadits. Disamping itu, kepercayaan ini intinya merupakan gagasan yang diadobsi dari pemikiran Zoroasterianisme.
Klaim Rahman ini, sesungguhnya sekaligus meruntuhkan keyakinan teologis yang sudah berurat – berakar dikalangan umat muslim. Alam Barzakh yang merupakan alam Antara yang menjembatani kehidupan dunia dan hari kebangkitan, dalam pandangan rahman itu merupakan citra awal dari segala sesuatu yang akan dating. Sehingga anggapan bahwa perhitungan amal dilakukan sehabis janjkematian seseorang sepertinya diterima, karena hari Perhitungan merupakan masa depan yang tidak sanggup diketahui . karena itulah Rahman lebih meyakini bahwa Surga dan Neraaka telah dmulai saat insan berada di Alam Kubur. Dengaan kata lain, ia tidak memahami kualitasa barzakg sebagai realitas mediator sebagaimana Al- Ghozali.
Munculnya klaim Rahman yang memfonis bahwa doktri siksa dan ni’mat Baaarzakh tersebut merupakan pemikiran yang bersumber dari Zoroasterianisme, agaknya telah disinyalir sebelumnya dalam kontek kritisisme terhadap pendekaatan – pendekatan yang dilakukan oleh para filsuf dan teolog, sekalipun ia tidak secara eksplisit menyebutkan Zoroasterianisme.
Buat lebih berguna, kongsi: