Fact-Check Google Search Engine, Memerangi Konten Hoax Dan Kebencian

Mulai tanggal 7 April 2017, dalam memerangi dan menyaring konten hoax, Google menampilkan label/ tags "Fact-Check" di produk utama Google, di Search Engine/ Mesin Pencari nya.

 dalam memerangi dan menyaring konten hoax Fact-Check Google Search Engine, Memerangi Konten Hoax dan Kebencian

Raksasa teknologi ini menyampaikan pada Jumat 7 April 2017 kemaren sudah menambahkan "Fact-Check" label untuk beberapa hasil di mesin pencari google. Jika Anda mencari sesuatu dan cerita, sumber Fact-checking yang kredibel menyerupai PolitiFact atau Snopes akan muncul, dan mempersembahkan label atas hasil pencarian tersebut.

Fact-Check Google Search Engine


Bagi beberapa konten atau diberita, hasil pencarian akan menampilkan potongan yang menyampaikan kebenaran dari konten atau diberita tersebut, siapa yang sanggup membenarkannya dan siapa yang memeriksanya fakta sebenarnya. Sebagai contoh, misalnya, jikalau kita mengetik atau mencari seperti, "27 juta orang diperbudak," Google akan memunculkan dongeng PolitiFact dengan evaluasi yang menyampaikan klaim tersebut "sebagian besar benar."

Pada bulan Oktober, google search engine memperkenalkan label Fact-check untuk Google News di beberapa negara. Tapi kini Google sedang menyebarkan penerapan tag untuk mesin pencari/ google search engine, menyerupai pada Google News di setiap negara lain di mana itu tersedia.

Penyebaran informasi yang salah/ hoax sudah menjadi persoalan yang cukup tinggi untuk perusahaan teknologi terbesar di dunia. Sesudah Donald Trump terpilih sebagai presiden pada bulan November, beberapa pengKoreksinya beropini bahwa kesalahan informasi di Facebook memmenolongnya menang. Facebook sudah mencoba untuk mengekang diberita tiruan dengan menambahkan label Fact-Check nya sendiri. Facebook dan Google juga sudah mengubah kebijakan iklan mereka serta memastikan diberita hoax tidak akan menghasilkan uang dari iklan yang disematkan.

Perusahaan teknologi berada di bawah tekanan lebih besar dari sebelumnya untuk mengatur konten di situs mereka. Google sebagai pemilik YouTube sudah mengundang banyak perdebatan, dan menjadi sasaran boikot atas iklan yang ditempatkan di samping konten kebencian. Pada hari Rabu, pemerintah Jerman menyetujui rencana yang akan menghukum situs menyerupai Facebook atau Twitter dengan denda sampai 50 juta euro atau $ 53 juta, jikalau mereka gagal untuk menghapus posting kebencian secara cepat.

Adapun label fact-check pada hasil pencarian google search engine, Google menyampaikan kemungkinan bukan spesialuntuk ada satu bahkan mungkin akan ada lebih banyak ratifikasi atau pernyataan ihwal kebenaran suatu konten. Terkadang fakta-check dari organisasi yang tidak sama besar kemungkinan akan mempersembahkan kesimpulan yang tidak sama pula.

"Meskipun tidak sama kesimpulan, akan tetap ditampilkan, kami pikir hal itu masih akan memmenolong bagi orang untuk memahami tingkat konsensus pernyataan tertentu dan mempunyai informasi yang terperinci dari sumber yang terperinci pula," kata Justin Kosslyn, manajer produk untuk anak perusahaan Google, perusahaan Jigsaw, dan Cong Yu , seorang ilmuwan penelitian di Google Research, menulis dalam sebuah posting blog.

"Kami akan membuat fact-check akan lebih terlihat dalam hasil pencarian," tulis mereka, "kami percaya orang akan mempunyai lebih banyak waktu dan megampangkan mereka untuk meninjau dan menilai dari fact-check ini, dan sanggup mempersembahkan pendapat mereka sendiri atas informasi yang diterima."

C-NET
Buat lebih berguna, kongsi: